Ikuti Kami

Subscribe

Kajian

Kondisi-kondisi Suami Dilarang Berhubungan Badan dengan Istri

bersetubuh saat azan
Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

BincangMuslimah.Com – Allah Swt. telah memberikan syariat pernikahan kepada segenap umat muslim agar menolong mereka untuk dapat menjaga kehormatan (kemaluan) dan pandangannya. Salah satu hikmah disyariatkannya pernikahan tersebut sebagaimana riwayat Abdullah bin Yazid Ra., ia berkata:

دَخَلْتُ مَعَ عَلْقَمَةَ وَالأَسْوَدِ رضي الله عنهما عَلَى عَبْدِ اللهِ بن مسعود رضي الله عنه، فَقَالَ عَبْدُ اللهِ رضي الله عنه: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآله وسَلَّمَ شَبَابًا لاَ نَجِدُ شَيْئًا، فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآله وسَلَّمَ: «يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ» أخرجه البخاري في “صحيحه”.

“Aku bersama Alqamah dan Al Aswad r.a. berkunjung ke Abdullah bin Mas’ud, lalu beliau (Abdullah) berkata: “Kami dulu ketika bersama Nabi saw. masih muda, kami tidak mendapatkan (mempunyai) apa-apa, lalu beliau bersabda kepada kami: “ Wahai para pemuda, siapa yang mampu menikah, maka menikahlah, karena yang demikian itu lebih menjaga pandangan (agar tidak liar) dan lebih memelihara kemaluan, dan siapa yang belum mampu (menikah), maka hendaknya ia berpuasa, karena hal itu benteng baginya.” (HR. Al Bukhari).

Oleh karena itu, pernikahan merupakan suatu akad yang dapat menghalalkan bercumbu antara seorang laki-laki dan perempuan, di mana keadaan itu adalah salah satu pemenuhan kebutuhan biologis manusia yang wajar.

Bercumbu itu boleh menurut syara’/agama dilakukan oleh suami kepada istrinya baik dengan cara berhubungan badan maupun sekadar pemanasan. Tetapi selama tidak ada halangan-halangan dari agama. Seperti, ketika istri dalam keadaan haid, nifas, ihram umrah atau haji, puasa fardu.

Maka, jika ada halangan-halangan yang telah diatur oleh agama tersebut, otomatis bagi suami haram berhubungan badan dengan istrinya. Tetapi, bagi suami masih boleh bersenang-senang atau bercumbu kepada istinya dengan cara apapun selama masih dalam koridor yang dibenarkan oleh agama. Yakni tidak menjimak istrinya pada masa haid dan nifas dan tidak menjimak lewat dubur/jalan belakang.

Adapun cara bercumbu ketika istri dalam keadaan haid dan nifas atau dalam keadaan yang menjadi penghalang ia dapat berhubungan badan dengan suaminya adalah semua area badan selain area antara pusar dan lutut dengan tanpa ada penghalang. Hal ini sebagaimana riwayat  Abdullah bin Sa’ad Ra. ia pernah bertanya kepada Nabi saw.

ما يحلُّ لي من امرأتي وهي حائضُ ؟ قال: “لَكَ مَا فّوقَ الإِزَارِ”.

“Apa yang halal bagiku dari istriku saat ia haid? Nabi saw. menjawab: “Bagi mu (semua) yang ada di atas sarung.” Di dalam kitab Al Fiqh Al Manhaji Ala Madzhab Al Imam Al Syafii diterangkan bahwa maksud dari izar/sarung tersebut adalah baju yang menutup area tubuh bagian tengah, yakni area antara pusar sampai lutut secara umum.”

Dan ketika bercumbu tersebut, dengan syarat istri tidak bersenang-senang dengan tangannya sendiri atau suami juga dengan tangannya sendiri. Boleh bersenang-senangnya itu masing-masing dari keduanya dengan tangan yang lain. Dengan demikian, jika ia dapat menghindari hal yang dilarang, maka ia boleh bersenang senang dengan istrinya dengan cara apapun.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bercumbu atau bersenang-senangnya suami dengan istrinya itu tidak ada batasnya, baik dengan berhubungan badan/jimak maupun hanya pemanasan. Hanya saja, jika istri dalam keadaan haid, nifas, ihram umrah atau haji, dan sedang melaksanakan puasa fardu, maka suami haram bercumbu dengan cara berhubungan badan. Tetapi ia boleh bercumbu dengan istri selain area antara pusar sampai lutut dengan cara apapun. Wa Allahu a’lam bis shawab.

*Artikel ini pernah dimuat BincangSyariah.Com

Rekomendasi

Annisa Nurul Hasanah
Ditulis oleh

Redaktur Pelaksana BincangMuslimah.Com, Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah

Komentari

Komentari

Terbaru

sakit safar tidak puasa sakit safar tidak puasa

Syarat Sakit dan Safar Hingga Boleh Tidak Puasa

Kajian

Tips Kuat Puasa Rasulullah Tips Kuat Puasa Rasulullah

Tips Kuat Puasa ala Rasulullah

Kajian

halal lifestyle muslim perkotaan halal lifestyle muslim perkotaan

Halal Lifestyle; Tawaran Gaya Hidup untuk Muslim Perkotaan

Muslimah Talk

Tafsir Ayat tentang Puasa Tafsir Ayat tentang Puasa

Kajian Tafsir: Ayat tentang Puasa

Kajian

muhammad pelopor gerakan perempuan muhammad pelopor gerakan perempuan

Nabi Muhammad Sang Pelopor Gerakan Perempuan dalam Islam

Khazanah

tidurnya orang puasa ibadah tidurnya orang puasa ibadah

Tidurnya Orang Puasa, Ibadah atau Tidak?

Kajian

hikmah perintah puasa islam hikmah perintah puasa islam

Empat Hal yang Mungkin Kamu Ingin Tahu tentang Puasa

Kajian

konteks tentang sifat allah konteks tentang sifat allah

Larangan Mengabaikan Konteks dari Teks tentang Sifat Allah

Kajian

Trending

nama anak kakek buyutnya nama anak kakek buyutnya

Apakah Anak Rambut yang Tumbuh di Dahi Termasuk Aurat Shalat?

Berita

Pandangan Islam Tentang Perempuan yang Bekerja

Muslimah Daily

Keutamaan Menikahi Seorang Janda

Ibadah

Hukum Berdandan Sebelum Shalat

Ibadah

islam ibadah aktivitas ritual islam ibadah aktivitas ritual

Benarkah Muslimah Tidak Boleh Shalat Zuhur hingga Selesai Shalat Jumat?

Ibadah

Azzahra al-batul putri rasulullah Azzahra al-batul putri rasulullah

Julukan Azzahra dan Al-Batul untuk Fathimah Putri Rasulullah

Khazanah

Doa Mendengar Azan Keutamaannya Doa Mendengar Azan Keutamaannya

Doa Agar Tidak Overthinking dari Ibnu Atha’illah as-Sakandari

Ibadah

puasa sunnah hari jumat puasa sunnah hari jumat

Bagaimana Hukum Puasa Sunnah pada Hari Jumat?

Ibadah

Connect