BincangMuslimah.Com – Setiap orang tentu ingin semua keinginannya terwujud. Tak ayal banyak cara yang dilakukan agar angan-angan tersebut tercapai. Ada yang memakai cara yang halal, dan sebaliknya, banyak juga yang memakai cara yang tidak benar.
Dalam Islam, keinginan pasti akan terkabul jika kita mendekati si empunya keinginan. Allah berfirman di dalam surah Al-Baqarah ayat 18,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُون
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran”.
Berdasarkan ayat tersebut, Allah Swt. memberikan jaminan pengabulan doa kepada hamba yang meminta kepada-Nya. Akan tetapi, kadangkala, doa terhambat karena dosa yang kita perbuat. Untuk itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk mengantarkan doa kita melalui media yang bisa menyampaikan komunikasi kita kepada Allah.
Sebagaimana seseorang yang ingin masuk ke istana negara untuk menemui presiden. Seseorang tersebut tidak bisa langsung memenuhi hajatnya kecuali ia adalah orang yang dekat dengan presiden atau punya mediator yang akan mempertemukannya dengan presiden, begitu pula hubungan vertikal kita dengan Allah yang membutuhkan perantara untuk menyampaikan maksud kita kepada Allah. Sehingga para ulama mengajarkan kita tentang keutamaan tawasul kepada Rasul dan para ulama sebelum berdoa yang akan memudahkan terijabahnya doa.
Pengertian tawassul
Secara etimologi tawashul merupakan bentuk masdar dari fiil tsulatsi mazid تَوَصَّلَ – يَتَوَصَّلُ – تَوَصُّلًا yang bermakna akses, jalan masuk. Dengan kata lain, ketika kita berdoa dengan didahului tawasul berarti kita menjadikan Rasulullah atau ulama yang merupakan waliyullah sebagai jalan masuk kita kepada gerbang terijabahnya doa yang kita panjatkan.
Selain itu, Allah juga telah menegaskan bahwa doa yang dipanjatkan Rasulullah untuk seseorang akan membuat tentram jiwa orang tersebut karena Allah pasti akan mendengarkan dan mengabulkan doa tersebut. Sebagaimana yang termaktub dalam QS. At-Taubah ayat 103,
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”.
Menurut Imam Abu Ja’far yang dinukil oleh Imam al-Qurthubi di dalam kitab tafsirnya juz 14 halaman 454. Ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah kepada Rasulullah untuk mengambil harta orang-orang yang mengakui dosanya lalu bertaubat sebagai zakat yang membersihkan kotoran dosa mereka dan mensucikannya.
Lalu Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdoa tentang ampunan bagi mereka karena sesungguhnya doa Rasulullah dan permohonan ampunan dari Rasulullah adalah sebuah ketenangan bagi mereka. Sebab Allah akan mengampuni dan menerima taubat mereka. Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar yang mendengar doa Rasulullah apabila berdoa untuk mereka dan untuk yang lainnya.
Keutamaan tawasul
Dari ayat dan tafsir tersebut terlihat jelas bahwa Allah pasti akan mendengarkan dan mengabulkan doa kekasih-Nya (Rasulullah). Dengan demikian, berdoa yang didahului dengan tawasul sejatinya adalah bentuk pengharapan kita agar Rasulullah juga mendoakan agar doa kita didengar dan terkabul, karena beliau akan menjadi perantara yang akan menghubungkan komunikasi kita dengan Allah.
Demikian pula tawasul melalui ulama khususnya waliyullah karena mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Allah dan Rasulnya. Bukankah permohonan akan lebih cepat dikabulkan jika yang meminta adalah sang Kekasih?
Sekian penjelasan tentang keutamaan tawasul yang memudahkan terijabahnya doa dari seorang hamba, semoga bermanfaat.
2 Comments