BincangMuslimah.Com – Alat bersuci yang paling utama untuk mengerjakan ibadah adalah air. Sangat banyak pembahasan para ulama mengenai air yang bisa digunakan untuk bersuci ini. Di antaranya adalah pembahasan mengenai air musta’mal (air yang sudah digunakan untuk bersuci). Bolehkah air musta’mal dipakai untuk bersuci?
Dalam kitab Fiqh as-Sunnah,Sayyid Sabiq menyebutkan pengertian air musta’mal.
وهو المنفصل من أعضاء المتوضئ والمغتسل
Artinya: “Air musta’mal adalah air yang jatuh dari anggota badan orang yang berwudhu atau mandi (wajib).”
Sementara dalam pembahasan yang terdapat pada kitab fikih lainnya, ulama juga memasukkan air yang telah digunakan untuk menghilangkan najis dan hadas sebagai air musta’mal. Mereka sepakat bahwa hukum air musta’mal adalah suci selama tidak ada perubahan pada warna, rasa ataupun baunya. Namun,mereka berbeda pendapat mengenai kebolehan memakai air ini untuk bersuci.
Macam-macam air musta’mal
Secara umum air musta’mal terbagi menjadi dua:
Pertama, air musta’mal yang dipakai untuk menghilangkan hadas (dengan wudhu atau mandi). Status air ini adalah suci, akan terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai keabsahannya sebagai alat bersuci.
Dalam kitab Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah disebutkan: “Jika air mutlak digunakan untuk thaharah membersihkan hadas kecil atau hadats besar, maka air tersebut tidak lagi disebut dengan air mutlak. Sehingga air itu memiliki hukum yang berbeda dari segi thahuriyyah-nya (bisa digunakan untuk bersuci). Ulama Hanafiyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah mengatakan bahwa air tersebut suci, tetapi tidak bisa mensucikan. Sementara ulama Malikiyyah berbeda dengan pendapat jumhur dengan mengatakan bahwa air tersebut tetap bisa mensucikan namun makruh hukumnya jika sebenarnya ada air lain yang bukan musta’mal”.
Kedua, air musta’mal yang dipakai untuk menghilangkan najis. Status air ini tergantung dengan melihat perubahan pada sifatnya (bau, rasa dan warna). Jika salah satu sifatnya berubah karena najis maka air tersebut dihukumi sebagai najis. Namun, jika tidak terdapat perubahan pada sifatnya maka statusnya adalah suci.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di mengatakan di dalam kitab Irsyad Ulil Bashair li Nail al-Fiqhi: “Adapun air musta’mal yang sudah digunakan untuk menghilangkan najis, jika terdapat perubahan pada sifatnya (oleh najis) maka air tersebut berstatus najis”.
Sedangkan status keabsahannya untuk mensucikan jika tidak ada perubahan pada sifatnya, maka terdapat khilaf di kalangan para ulama mengenai hal ini sebagaimana telah disebutkan pada bagian yang pertama.
Dalil air musta’mal bisa digunakan untuk bersuci
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa status air musta’mal menurut jumhur ulama dari Syafi’iyyah, Hanafiyah, dan Hanabilah adalah suci tetapi tidak mensucikan. Para ulama tersebut berdalil dengan hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
لا يغتسِلُ أحدُكم في الماءِ الدَّائم ِوهو جنُبٌ . فقالَ : كيفَ يفعَلُ يا أبا هُرَيرةَ ؟ قال : يتناولُها تناوُلًا
Artinya: “Janganlah salah seorang dari kalian mandi di air yang tidak mengalir, sedangkan ia sedang junub”. Perawi bertanya kepada Abu Hurairah: “Lalu seharusnya bagaimana wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab: “Seharusnya ia menciduknya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, pendapat yang lain mengatakan bahwa air musta’mal itu suci dan bisa mensucikan. Hal tersebut berdasarkan dalil yang terdapat dalam kitab Mausu’ah Fiqhiyyah Muyassarah karya Syaikh Husain al-‘Awaisyah:
عن ابن عباس –رضي الله عنهما– قال: اغتسل بعض أزواج النّبيّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – في جفنة ,فجاء النّبيّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ليتوضَّأ منها –أو يغتسل– فقالت له: يا رسول الله! إِنِّي كنتُ جُنُباً. فقال رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: إِنَّ الماء لا يُجْنِب
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a berkata: Sebagian istri Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mandi dalam sebuah bak. Lalu Nabi saw. datang untuk berwudhu -atau mandi- dari air bak tersebut. Maka diantara istri Nabi ada yang berkata: “Wahai Rasulullah, saya tadi mandi junub di situ.” Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya air itu tidak membuat junub.” (H.R. Tirmidzi).
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai keabsahan menggunakan air musta’mal bisa untuk bersuci. Menurut jumhur ulama, air musta’mal tidak bisa dipakai untuk bersuci. Sementara menurut ulama Malikiyah, air tersebut bisa dipakai untuk bersuci.
Kalian bisa kolaborasi buat bantu Bincangmuslimah.com terus menyajikan artikel-artikel yang bermanfaat dengan berbelanja minimal 150.000 di Allofresh. Dapatkan rangkaian cashback dengan download aplikasinya disini (https://app.adjust.com/152thwfc?campaign=Affiliate_Syariah_Oct&adgroup=AFBM12) dan masukan kode AFBM12 saat berbelanja.