BincangMuslimah.Com – Rabiatul Adawiyah adalah satu dari sekian banyak seorang pecinta sejati, Ia hanya mencintai sang maha penciptanya Allah. Ia tidak berniat mengharap surga dan selamat dari neraka dengan amal saleh yang Ia lakukan atau Ia tidak pernah meminta upah berupa materi duniawi dan ukhrawi atas amalnya itu.
Lalu bagaimana dengan kita? Sudahkah memiliki rasa cinta yang luar biasa seperti Rabiatul Adawiyah? sehingga tanpa Ia meminta apapun Allah telah memberikan segalanya untuknya, sehingga Ia menjadi kekasih Allah.
Sejatinya setiap orang yang mencintai seseorang berharap cintanya terbalaskan, namun cinta yang sesungguhnya ialah seseorang yang mencintainya dengan setulus hati tanpa mengharapkan imbalan dan balasan dari yang kita cintai. Dengan indahnya Ibn Atha’illah menuliskan:
ليس المحب الذي يرجو من محبوبه عوضا أو يطلبه منه غرضا فإن المحب من يبذل لك ليس المحب من تبذل له
“Pecinta bukanlah orang yang mengharapkan imbalan atau upah dari kekasihnya. Sejatinya pecinta adalah yang mau berkorban untukmu, bukan yang menuntut pengorbanan darimu”
Cinta sejati adalah selalu mengenang sifat-sifat kekasihnya didalam hati nya, sehingga pada diri pecinta tak ada kenginan sama sekali untuk menoleh kepada selain kekasihnya. Menyadari bahwa semua kenikmatan yang ada adalah datangnya dari Allah, bukan dari yang lain.
Begitupun dengan datangnya cobaan, hanya Allah yang bisa menolongnya. Senada denagn QS An-Nahl ayat 53:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan.”
Orang yang paling berbahagia dan paling baik keadaannya di akhirat adalah yang paling besar cinta nya kepada Allah. Makna akhirat adalah kembali kepada Allah dan meraih kebahagiaan bersua dengannya. Betapa besar kenikmatan seseorang yang dimabuk cinta jika dia datang menghampiri kekasihnya setelah sekian lama memendam rindu, lalu memandangi nya sepuas hati tanpa ada sesuatupun yang mengganggunya, dan hal seperti ini pula yang dialami oleh Rabiatul Adawiyah.
Bukankah Allah sudah mengingat setiap selain-Nya adalah ujian yang sengaja dijadikan indah pada setiap pandangan manusia? Termaktub dalam QS Ali Imran ayat 14 :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang”
*Artikel ini pernah dimuat BincangSyariah.Com