BincangMuslimah.Com – Hiburan adalah kebutuhan hati dan jiwa, juga salah satu sarana untuk membuat pikiran kembali fresh dan bahagia. Terlebih lagi bagi para istri, keperluan rumah tangga yang sangat merepotkan, tidak jarang membuat mereka merasa jenuh dan bosan. Tidak harus jauh dan mahal, hiburan-hiburan kecil yang dilakukan di rumah juga dapat membuat hubungan suami istri menjadi romantis dan harmonis.
Rasulullah saw. adalah sosok yang seringkali membahagiakan istri-istrinya. Ada cara tersendiri dari Rasulullah untuk menghibur istrinya. Sebagaimana dinukil al-Bukhari, Aisyah, salah satu istri tercinta Nabi berkisah:
Pada hari raya orang-orang Habasyah bermain sangkur dan perisai dari kulit. Terkadang akulah yang bertanya kepada Nabi dan kadang-kadang beliaulah yang bertanya kepadaku. “Apakah kau suka melihatnya”
Aku menjawab: “Ya!”
Beliau lalu menempatkan aku di belakang tubuh beliau dan pipiku menempel pada pipi beliau. Beliau bersabda “Karena kalianlah aku menonton wahai Bani Arfidah! Hingga apabila aku merasa bosan”. Beliau bertanya “Cukup?” aku menjawab: “Ya” kemudian beliau bersabda “Pergilah!”
Kata-kata Aisyah:, dan pipiku menempel pada pipi beliau menunjukkan bahwa Rasulullah mencoba menciptakan kedekatan dengan istrinya. Beliau ingin istrinya merasa dicintai dan dimanja. Dan memang itulah kodrat dan keinginan setiap perempuan. Rasulullah mengajarkan para suami bagaimana membahagiakan istri. Sebagaimana sabda beliau:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lelaki yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Di lain kesempatan, Aisyah berkisah tentang hiburan yang dilakukan Rasul untuk melepas penat ketika bepergian jauh. Imam Ahmad Ibn Hanbal meriwayatkan dalam Musnad-nya:
Suatu ketika, Aku ikut bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan. Saat itu aku masih muda belia dan badanku masih langsing tak berlemak. Rasulullah meminta para rombongan untuk berjalan lebih dahulu. “Majulah! Majulah!”.
Setelah mereka berada di depan, beliau berkata kepadaku,
“Wahai Aisyah, Kemarilah! ayo kita berlomba lari.”
Kemudian, aku dan Nabi berlomba lari. Perlombaan itu aku yang memenangkannya.
Pensyarah hadis menambahkan bahwa Rasulullah Saw sebenarnya bisa mendahului Aisyah dan memenangkan lomba lari tersebut. Namun, demi membahagiakan sang istri, Rasulullah memperlambat larinya agar lomba tersebut dimenangkan oleh Aisyah.
Setelah itu, beliau tidak pernah lagi menyinggung perlombaan kami hingga ketika aku bertambah gemuk dan telah lupa akan perlombaan itu, aku kembali pergi bersama beliau dan Nabi kembali meminta para rombongan untuk berjalan mendahului. Selanjutnya, Nabi mengatakan kepadaku:
“Wahai Aisyah, Ayo kita kembali berlomba lari. Kali ini aku akan mengalahkanmu!”
Aku berkata “Bagaimana aku dapat mengalahkanmu Rasul? Badanku sekarang seperti ini!”
Namun Nabi tetap memaksa dan yang menjadi pemenang adalah Nabi. Nabi kemudian tertawa seraya berkata, “Ini balasan atas kekalahanku yang dulu.”
Salah seorang sahabat berkata, “Rasulullah, Anda bergurau dengan kami.”
“Aku hanya manusia seperti kalian. Wajar jika aku bergurau dengan kalian,” jawab Nabi
Cerita diatas menunjukkan betapa pengertiannya Rasulullah saw. terhadap Aisyah. Perjalanan jauh yang harus ditempuh ketika menemani Rasulullah berdakwah sedikit banyak membuat Aisyah lelah dan bosan. Dengan hiburan seperti lomba lari, Aisyah bisa merasa amat bahagia sehingga dapat menikmati setiap momen yang dilaluinya bersama sang suami.
Hal yang perlu diperhatikan, jangan sampai hiburan-hiburan yang kita pilih mengandung noktah-noktah kesyirikan, kejahiliyahan, ikhtilath dan maksiat yang dapat menghancurkan kesucian rumah tangga yang sudah susah payah kita bangun dari awal. Wallahu A’lam bis Shawab…