BincangMuslimah.Com- Wudu merupakan salah satu alternatif untuk membersihkan seorang Muslim dari hadas kecil. Wudu acap kali memjadi sebagai syarat sahnya suatu ibadah seperti salat misalnya. Karena hal ini, wudu menjadi salah satu hal penting yang berperan dalam keabsahan salat, yang membuat seorang muslim seharusnya juga memperhatikan keabsahan wudunya. Oleh karena itu, timbul satu pertanyaan tentang kasus bagaimana jika setelah wudu seseorang terkena najis apakah wudunya tetap sah untuk menjadi syarat salat atau harus mengulang kembali?
Terkena Najis Bukan Bagian dari Pembatal Wudu
Sejatinya wudu merupakan cara dari membersihkan hadas kecil saja. Sedangkan najis memiliki cara tersendiri untuk membersihkannya. Selain itu, najis juga bukan termasuk perkara yang membatalkan wudu.
Sebagaimana pendapat Syekh Abu Syuja’ di dalam al-Ghayah wa al-Taqrib halaman 4:
والذي ينقض الوضوء ستة أشياء: ما خرج من السبيلين والنوم على غير هيئة المتمكن وزوال العقل بسكر أو مرض ولمس الرجل المرأة الأجنبية من غير حائل ومس فرج الآدمي بباطن الكف ومس حلقة دبره على الجديد
“Terdapat 6 hal yang membatalkan wudu. Yaitu adanya sesuatu yang keluar dari qubul atau dubur, tidur yang tidak menetap, hilang akal sebab mabuk atau sakit, menyentuh yang bukan mahram tanpa adanya pembatas, menyentuh farji dengan telapak tangan dan menyentuh lingkaran dubur berdasarkan qaul jadid.”
Berdasarkan keterangan ini, terkena najis bukan perkara yang membatalkan wudu. Dengan kata lain, ketika seseorang terkena najis, ia tidak harus mengulangi wudunya. Akan tetapi, jika ingin melaksanakan sholat atau ibadah lainnya yang mensyaratkannya untuk bersih dari najis, dan tetap harus menghilangkan najis tersebut dengan cara sesuai ketentuan.
Cara Membersihkan Najis
Cara membersihkan najis salah satunya sebagaimana penjelasan Syekh Salim bin Sumair di dalam kitab Safinah al-Najah fi Ushul al-Din wa al-Fiqh ‘ala Mazhab al-Imam al-Syafi’I halaman 6:
والمغلظة تطهر بسبع غسلات بعد ازالة عينها احداهن بتراب. والخففة تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وازالة عينها. والمتوسطة تنقسم على قسمين: عينية وحكمية. العينية التي لها لون وريح وطعم فلا بد من ازالة لونها وريحها وطعمها. والحكمية التي لا لون ولا ريح ولا طعم لها يكفيك جري الماء عليها.
“Najis Mughallazah (najis besar) bisa disucikan dengan 7 kali basuhan yang salah satunya menggunakan tanah setelah menghilangkan ain najis tersebut. Adapun Najis mukhoffafah (najis ringan) bisa disucikan dengan memercikkan air di samping juga menghilangkan ainnya. Najis mutawassithoh (najis pertengahan) terbagi menjadi 2 yaitu ‘ainiyyah dan hukmiyyah. ‘ainiyyah adakah najis yang memiliki warna, aroma dan rasa. Najis jenis ini bisa disucikan dengan menghilangkan warna, aroma dan rasanya. Sedangkan hukmiyyah adalah najis yang tidak memiliki warna, rasa dan aroma. Najis ini bisa dsucikan dengan cukup mengalirkan air saja.”
Berdasarkan keterangan ini, terdapat 3 jenis najis dengan cara menyucikannya sesuai ketentuan masing-masing.
Pertama, najis mughollazhoh. Najis ini adalah najis yang masuk kategori sebagai najis berat yang meliputi anjing dan babi ataupun anak dari keduanya. Cara menyucikan najis jenis ini bisa dengan cara menghilangkan ‘ain atau rupa dari najis tersebut terlebih dahulu kemudian mencucinya sebanyak 7x yang salah satunya menggunakan tanah.
Kedua, najis mukhoffafah. Najis ini adalah najis ringan meliputi kencing bayi laki-laki yang belum mengkonsumsi apapun kecuali ASI. Cara mensucikan najis ini dengan menghilangkan ‘ain najis tersebut kemudian memercikkan air saja pada tempat yang terkena najis.
Ketiga, najis mutawasshithoh. Najis ini adalah najis pertengahan yang meliputi semua najis kecuali najis-najis yang sudah disebutkan sebelumnya. Mensucikan najis jenis ini bisa dengan menghilangkan warna, aroma dan rasanya jika termasuk najis ‘ainiyyah (ada warna, aroma dan rasa) atau cukup dengan mengalirkan air saja jika termasuk ke dalam najis hukmiyyah (tidak ada warna, aroma dan rasa).
Dengan demikian, ketika seseorang sudah berwudu kemudian terkena najis, ia hanya cukup membersihkan najis tersebut cara sesuai ketentuan masing-masing najis. Kemudian tidak perlu mengulang wudunya karena terkena najis bukan termasuk perkara yang membatalkan wudu.
4 Comments