BincangMuslimah.Com – Dunia maya tengah diramaikan oleh pernyataan Mama Gufron yang mengakui bahwa dirinya dapat berbicara bahasa Suryani sebagai alat komunikasi dengan semut, malaikat, dan jin. Tak hanya itu, bahkan ia mengklaim telah menulis sebanyak 500 kitab dalam bahasa Suryani.
Yang membuat penasaran, apa itu sebenarnya bahasa Suryani? Benarkah bahasa Suryani dapat menjadi alat komunikasi dengan makhluk lain seperti malaikat?
Ada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Adam adalah seorang yang berbangsa dan berbahasa Suryani. Hadis tersebut berbunyi:
يَا أَبَا ذَرٍّ أَرْبَعَةٌ سُرْيَانِيُّونَ آدَمُ وَشِيثُ وَأَخْنُوخُ وَهُوَ إِدْرِيسُ وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ خَطَّ بِالْقَلَمِ وَنُوح
Artinya: Wahai Abu Dzar, ada empat Nabi yang berasal dari bangsa Suryani, yakni Adam, Syits; Akhnukh; yakni Idris, yaitu orang yang pertama kali menulis dengan pena; dan Nuh. (Shahih Ibnu Hibban)
Dari hadis di atas dapat juga dipahami bahwa Nabi Adam dan keturunannya memakai bahasa ini di surga. Dikatakan para ulama bahwa penduduk surga, termasuk malaikat memakai bahasa tersebut. Oleh karena itu, Nabi Adam berbahasa Suryani ketika ia diturunkan ke muka bumi.
Mengutip keterangan dari Syekh Ahmad Ali al-Jamal dalam artikelnya yang berjudul al-Quran wa Lughat al-Suryaniyyah yang diterbitkan di Majalah al-Azhar tahun 2007, bahasa Suryani dahulu dipakai oleh orang Aram kuno di Timur Tengah. Bangsa Aram sendiri adalah keturunan Aram bin Saam bin Nabi Nuh. Bangsa ini menempati suatu negeri yang di dalam Taurat di sebut Negeri Aram, dahulu meliputi daerah Syam dan Irak.
Banyak yang beranggapan bahasa Suryani adalah bahasa Arab dialek orang-orang Suriah karena dialeknya banyak mempengaruhi bahasa Arab. Namun, bahasa Suryani adalah bahasa yang saat ini dituturkan oleh kaum minoritas Kristen Siria yang tinggal di sebelah timur Turki, sebelah utara Irak dan sebelah timur laut Suriah. Adapun bahasa Arab baru digunakan sekitar masa Nabi Hud bin Abdullah bin Rabah bin Khulud bin Ad bin Aus bin Iram bin Sam bin Nuh.
Dalam Alquran, kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah di tanah Arab sejatinya juga terdapat beberapa kosa kata dari bahasa Suryani. Dalam tafsirnya Imam at-Thabari misalnya, ada riwayat dari Imam Mujahid yang mengatakan bahwa lafadz Sariyya pada QS. Maryam (19) :24 adalah bahasa Suryani yang artinya sungai. Pendapat ini senada dengan Imam al-Dhahhak yang menyatakan Sariyya adalah bahasa Suryani yang bermakna anak sungai yang kecil.
Syekh Ahmad Ali al-Jamal dalam artikelnya juga memberikan beberapa contoh lafaz dalam Alquran yang konon diambil dari bahasa Suryani. Misalnya, beliau menjelaskan panjang lebar tentang kata Maryam. Nama ibu dari Nabi Isa ini berasal dari bahasa bangsa Aram (Suryani), yaitu dari kata Maray/Mari yang artinya tuhan dan Ama yang bermakna ibu yang memoriam diserap ke dalam bahasa Arab menjadi Maryam.
Syekh Abu al-Qasim al-Asfahani dalam kitab Mufradat Alfadz al-Quran (1/58) menyebutkan bahwa nama-nama malaikat ternyata berasal dari bahasa Suryani. Seperti Jibril, Ibnu Abbas mengatakan bahwa kata Jibr berarti Hamba, dan Ail berarti Allah.
Tidak hanya sebagai alat komunikasi dan kosa-kata Alquran, bahasa Suryani ini juga menjadi bahasa yang digunakan dalam tasawuf. Sebagaimana Syekh Abdul Aziz Ad-Dabbagh dalam Kitab al-Ibriz (1/184) menerangkan, “Sesungguhnya bahasa Suryani adalah bahasa arwah, dengannya para awliya’ saling bercengkrama antar-mereka, karena lafadznya yang singkat dan kandungan maknanya yang sangat banyak yang tak mungkin diungkapkan dengan lafaz-lafaz dalam bahasa lain”
Adapun pendapat ulama tentang bahasa Suryani sebagai bahasa para malaikat, hal itu sejatinya ada pada keterangan dalam kitab Syarh as-Shudur, Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang mengutip Imam al-Buqini dalam Kitab Fatawa bahwa mayit akan menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur dengan bahasa Suryani. Selain itu, dalam kitab at-Tadzkirah (1/102), Imam Syamsuddin al-Qurthubi mengisahkan bahwa suatu waktu ketika Nabi Ibrahim pulang dari mengorbankannya putranya ia didatangi tamu seorang malaikat yang berbicara kepadanya dengan bahasa Suryani. Wallahu a’lam.[]