Ikuti Kami

Muslimah Talk

Biografi Alissa Wahid: Pejuang Moderasi Beragama Perempuan Indonesia

Biografi Yenny Wahid
foto: Media Indonesia

BincangMuslimah.Com – Salah satu tokoh perempuan muslim yang memiliki banyak andil dalam hal moderasi beragama yakni Alissa Wahid.  Beliau terkenal dengan sifat moderatnya yang begitu luar biasa. Memperjuangkan moderasi dalam kemajemukan negara Indonesia. Serta menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Berikut biografi Alissa Wahid, kiprah, dan pemikirannya.

Biografi dan Kiprah Alissa Wahid 

Alissa Wahid merupakan anak sulung dari pasangan Gus Dur dan Sinta Nuriyah. Ia lahir pada tanggal 25 Juni 1973 di kompleks Pondok Pesantren Denanyar, Jombang. Alissa kecil hidup di lingkup keluarga santri dan santri pesantren Denanyar yang terkenal. Ia juga tinggal bersama keluarga Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, tempat Gus Dur dilahirkan. Namun, ketika berumur 14 tahun ia mengikuti keluarganya berpindah ke ibu kota Jakarta.

Alissa menyelesaikan sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan lulus sebagai sarjana psikologi hingga memperoleh gelar master. Dirinya banyak berperan dalam beragam kegiatan masyarakat, seperti mendirikan dan membina berbagai lembaga pendidikan internasional yang unggul di Yogyakarta. Di antaranya SD Tumbuh, Fastrack Funschool, dan Sekolah Komunitas Yogyakarta. 

Alissa juga merupakan Sekretaris Jenderal Gerakan Suluh Kebangsaan. Selain itu, ia ditunjuk oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai Duta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Indonesia pada tahun 2019. Pada bulan Mei 2021, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menunjuk Alissa Wahid sebagai Komisaris Independen.

Sejak tahun 2012, Alissa bersama adiknya Yenny Wahid membentuk Gerakan Nasional Gusdurian yang berpusat di Yogyakarta. Alissa berperan sebagai Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian. Dalam gerakannya ini, ia berfokus pada bidang pendidikan, dan kebudayaan. Komunitas ini kerap memberikan pandangan terkait sikap Gusdurian terhadap persoalan kebangsaan dan politik. Selain itu, ia juga aktif di Nahdlatul Ulama (NU) Yogyakarta. Ia menjadi Wakil Ketua Lembaga Kesejahteraan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) DIY. Kemudian, sejak tahun 2019, Alissa menjadi Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan (GSK). Gerakan ini dilakukan guna bersilaturahmi dengan tokoh penting, dan menggelar diskusi unik. 

Baca Juga:  Farha Ciciek, Aktivis Kemanusiaan dari Ambon

Alissa juga menjadi pembicara pada acara Indonesia Millennial Summit 2020 oleh IDN Media bersama bertema “Shaping Indonesia’s Future” pada 17-18 Januari 2020 di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta. Ia bercerita jika setelah ayahnya wafat, banyak minoritas datang kepadanya dan keluarga. Ini adalah momen yang membawanya berjuang dari desa ke desa untuk mencari hak-haknya dan menyatukan jaringan mahasiswa Gus Dur yang tersebar di beberapa wilayah. 

Alissa sering kali harus berhadapan dengan elit pemerintahan ketika membantu kelompok minoritas. Keislamannya sering dipertanyakan ketika memperjuangkan hak kebebasan beragama bagi kelompok minoritas. Ia berupaya memperjuangkan tentang nilai hak asasi manusia dan inklusivitas.

Pada 23 Februari 2020 dalam sesi panel Konferensi Islam Inggris Alissa Wahid juga menegaskan bahwa Islam Indonesia dapat menjadi inspirasi perdamaian dan peradaban umat Islam saat ini. Alissa Wahid mewakili Indonesia dalam forum konferensi tahunan bergengsi ditangani oleh para akademisi, diplomat dan penasihat pemerintah dari berbagai negara. Ia diundang oleh Moazzam Malik mantan Duta Besar Inggris untuk Indonesia (Oktober 2014-Juli 2019). 

Pada awal tahun 2021, Alissa Wahid menerima penghargaan Nasional Koordinator Jaringan Gusdurian dari Satgas NU Peduli Covid-19. Mendapat  penghargaan sebagai  Ibu Nyai Inspiratif dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasinya bersama Gusdurian selama tahun  2020. Melakukan gerakan sosial dengan memberikan edukasi perihal Covid-19.

Pemikiran Alissa Wahid

Sikap Alissa Wahid yang Humanis dan Moderasi Islam seperti yang dicontohkan oleh Gus Dur. Humanisme Gus Dur merupakan humanisme Islam komunitarian, prinsip kemanusiaan yang berdasarkan nilai-nilai Islam dan berakhir pada terbentuknya masyarakat berkeadilan. 

Bagi Alissa, sikap toleransi adalah kunci dalam arti dapat menghargai perbedaan, mengekspresikan keyakinan, dan mengutarakan pendapat. Selain itu,  ti-violence, yakni menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu dengan menggunakan kekerasan dalam mengupayakan perubahan yang diinginkan, hal ini termasuk sifat yang moderat. Seorang yang moderat adalah sikap penerimaan terhadap tradisi, yakni ramah dalam menerima tradisi dan budaya masyarakat setempat dalam perilaku keagamaannya, selama tidak melawan ajaran utama agama.

Baca Juga:  Organisasi Masyarakat Muslim Perempuan di Indonesia

Toleransi dalam ruang nasional dapat dicapai dengan diawali adanya toleransi dalam lingkungan internal umat Islam sendiri. Salah satu caranya adalah meneladani para ulama terdahulu dalam membangun toleransi. Sebagaimana Alissa Wahid mencontoh Gus Dur dalam bersikap toleran. Tidak peduli adanya perbedaan di antara mereka, mereka tetap dan selalu saling memuji, menghormati, dan menerima perbedaan tanpa ancaman apapun.

Alissa Wahid juga menyarankan agar Aparatur Sipil Negara menjauhinya radikalisme. Ia tidak setuju dengan penggunaan kata radikalisme setiap saat. Sebelum kita memberi label radikalisme pada seseorang atau kelompok, kita harus memahami terlebih dahulu apa pengertian radikalisme.

Menurutnya, terdapat  lima tantangan dalam kehidupan beragama, yaitu keagamaan eksklusivisme besar, ekstremisme agama, kekerasan atas nama agama, diskriminasi , dan intoleransi. Memang nampak sulit,  namun harus dibedakan antara yang eksklusif agama dan radikalisme. Sebagaimana pendapat Gus Dur, radikalisme diakibatkan ketidaktahuan dan kedangkalan. Digitalisasi ada untuk dicintai satu sama lain, jangan sampai kafir.

Berikutnya, Pancasila sebagai pedoman. Alissa mengatakan “ketika kita beragama, kita mengambil peduli terhadap tanah air kita.” Bernegara berarti kita beragama, begitu pula sebaliknya. Ia berpendapat jika ada pihak yang berkata Pancasila itu tidak sesuai dengan ajaran agama, ini suatu  hal yang aneh. Karena seperti dijelaskan dalam Alquran bahwa manusia diciptakan menjadi bersuku-suku, berbangsa-bangsa sebagaimana tertulis dalam surat Al-Hujurat ayat 13.

Kehidupan umat beragama di Indonesia perlu dijaga. Negara perlu memastikan bahwa agama-agama dapat hidup bersama secara harmonis. Kuncinya adalah Reli-Moderasi yang luar biasa. Moderasi Beragama bukan sebatas  program, melainkan berjuang. Kementerian Agama perlu memimpin perjuangan ini. Sebagaimana pernyataan Alissa Wahid dalam pidatonya pada Malam Syukuran Hari Amal (HAB) ke-76 Tahun Kementerian Agama, di Kantor Kementerian Agama, Jakarta. Tentang mewujudkan kehidupan beragama yang moderat merupakan panggilan negara.

Baca Juga:  Biografi Singkat Sayyidah Nafisah, Cicit Rasulullah yang menjadi Guru Imam Syafi’i

Dalam pidatonya, ia juga menyampaikan urgensi personel Kementerian Agama mempunyai tiga peran: sebagai tokoh agama, sebagai warga negara Indonesia, dan sebagai penyelenggara urusan agama yang harus menggunakan kacamata negara dalam melihat masalah agama. 

Itulah biografi Alissa Wahid. semoga semangat perjuangannya mengalir ke generasi selanjutnya.

Daftar Pustaka

Mursalat. “THE ROLE OF ALISSA WAHID AS A WOMEN FIGHTER IN IMPLEMENTING WASATHIYYAH ISLAM IN INDONESIA”. Jurnal Dakwah. Vol. 23, No. 2. 2022.

Rekomendasi

Ning Khilma Anis Ning Khilma Anis

Ning Khilma Anis; Bu Nyai Muda yang Berdakwah Melalui Karya Sastra

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Biografi Siti Suryani Thahir Biografi Siti Suryani Thahir

Biografi Siti Suryani Thahir: Perintis Majelis Taklim Jakarta

butet manurung model barbie butet manurung model barbie

Butet Manurung, Dari Sokola Rimba Hingga Global Role Model Barbie

Ditulis oleh

Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Komentari

Komentari

Terbaru

Ayat-Ayat Iddah di dalam al-Quran Ayat-Ayat Iddah di dalam al-Quran

Ayat-Ayat Iddah di dalam al-Quran

Kajian

Tradisi Humkoit/Koin: Melahirkan dalam Pengasingan

Diari

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Empat Pesan Rasulullah kepada Siti Aisyah sebelum Tidur Empat Pesan Rasulullah kepada Siti Aisyah sebelum Tidur

Empat Pesan Rasulullah kepada Siti Aisyah sebelum Tidur

Khazanah

Tidak ada Perempuan di Komisi VIII: Mungkinkah Mewujudkan Kebijakan Adil Gender? Tidak ada Perempuan di Komisi VIII: Mungkinkah Mewujudkan Kebijakan Adil Gender?

Tidak ada Perempuan di Komisi VIII: Mungkinkah Mewujudkan Kebijakan Adil Gender?

Muslimah Talk

Riset Google: Wirausaha Perempuan di Indonesia Paling Banyak dari 12 Negara

Kajian

Islam menyunahkan Nikah muda Pernikahan di Bawah Umur Islam menyunahkan Nikah muda Pernikahan di Bawah Umur

Mengapa Agama Menjadi Legitimasi Pernikahan Anak?  

Kajian

Pola Asuh Co-Parenting Sebagai Perwujudan Konsep Mubadalah Pola Asuh Co-Parenting Sebagai Perwujudan Konsep Mubadalah

Pola Asuh Co-Parenting Sebagai Perwujudan Konsep Mubadalah

Keluarga

Trending

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Tiga Tradisi Bersalawat yang Rutin Diadakan di Pesantren Sunan Pandanaran

Muslimah Daily

Talak Menurut Hukum Islam atau Hukum Negara, Mana yang Berlaku??

Kajian

Perjalanan Hagia Sophia, dari Gereja Hingga Jadi Museum dan Masjid

Khazanah

Konsep Cinta Dalam Alquran Konsep Cinta Dalam Alquran

Perbedaan Jatuh Cinta dan Benar-Benar Mencintai Seseorang Menurut Buya Syakur Yasin

Muslimah Daily

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Mengenal Fatima al-Fihri, Perempuan Muslim Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Muslimah Talk

Bukan Cengeng: Menangis adalah Hak Setiap Orang Tidak Hanya Perempuan

Diari

Tafsir Penciptaan Perempuan menurut Muhammad Abduh

Kajian

Connect