Ikuti Kami

Kajian

Tiga Hukum Seputar Memakai Rambut Palsu

Tiga Hukum Seputar Memakai Rambut Palsu
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Trend di zaman sekarang apabila seorang perempuan ingin berpenampilan cantik dengan rambut panjang, mereka sudah tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memanjangkannya. Mereka cukup dengan melakukan penyambungan rambut atau yang disebut cemara, hair extension, maupun dengan memasang rambut palsu atau wig. Bagiamanakah hukum memakai rambut palsu bagi muslimah?

Terdapat beragam bahan yang digunakan untuk pembuatan rambut palsu tersebut. Ada yang terbuat dari rambut manusia, rambut binatang, serat nanas, benang, atau sintetis. Namun, pada umumnya, bahan pembuatan rambut palsu berasal dari potongan rambut manusia. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan K.H. Ahmad Syakir perihal bahan-bahan pembuatan rambut palsu dalam kitab al-Hikmah sebagai berikut: 

“Nyubal rambut (ndamel Cemara) punika wonten kalane mawi sami rambut manungsa, lan wonten ingkang mawi rambut hayawan, lan wonten ingkang mawi serat nanas utawi mawi benang utawi sintetis lan sesamine.” 

Artinya: “Sambungan rambut (cemara) itu ada yang terbuat dari rambut manusia, ada yang dari rambut binatang, ada yang terbuat dari serat nanas, dari benang atau sintetis lainnya.” 

Hukum Memakai Rambut Palsu 

Dalam kitab al-Hikmah, K.H. Ahmad Syakir mengklasifikasikan hukum memakai rambut palsu yang terbagi menjadi tiga macam: 

Haram mutlak

Apabila sambungan rambut itu berbahan dari rambut manusia, hukumnya menjadi haram mutlak. Keharaman tidak dapat berubah-ubah walaupun berasal dari rambutnya sendiri dan sudah memperoleh izin dari suaminya.

Jaiz (boleh) tetapi harus mendapat izin dari suami

Apabila sambungan rambut berbahan dari rambut atau bulu binatang yang suci, hukumnya adalah jawaz (boleh). Kebolehan pemakaian rambut ini disyaratkan dengan adanya izin dari suami.

Jaiz (boleh) tanpa harus izin suami

Baca Juga:  Kriteria Takwa dan Balasan bagi Mereka dalam Alquran

Apabila sambungan rambut itu menggunakan bahan selain rambut manusia dan binatang, hukumnya jawaz (boleh) dan tidak harus mendapatkan izin suaminya. Yang terpenting adalah rambut yang digunakan harus suci.

Pendapat K.H. Ahmad Syakir ini sangat jelas dan terperinci, wanita yang memakai rambut palsu (wig, cemara, atau sanggul) itu hukumnya diharamkan, apabila wig atau cemara tersebut berbahan dari rambut manusia. Dengan alasan, karena rambut itu adalah bagian tubuh manusia yang juga mulia, sama seperti mulianya manusia itu sendiri.

Maka dari itu, manusia juga harus memperlakukan rambut tersebut sebagaimana mestinya, jika rambut yang sudah terpisah atau terpotong dari badan maka hukumnya sunnah atau sebaiknya untuk dikuburkan.  Apalagi jika menurut hukum syar’i, rambut bagi wanita itu tergolong aurat. Hukum penggunaan wig, cemara, atau sanggul yang terbuat dari rambut manusia oleh seorang wanita adalah haram mutlak, dengan berbagai alasan tersebut.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita petik kesimpulan bahwasannya wanita diperbolehkan memakai rambut palsu dengan syarat rambut palsu tersebut berbahan suci dan diizinkan oleh suami, serta yang paling utama tidak terbuat dari rambut manusia. Jika tidak memenuhi ketiga syarat ini maka hukumnya haram mutlak. 

Sumber

Samidi. “Fikih Kontemporer Bahasa Lokal (Studi Kitab al-Hikmah Karya KH. Ahmad Syakir Lasem)”. Jurnal SMaRT. Vol. 01, No. 02. 2015.

 

Rekomendasi

Ditulis oleh

Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Komentari

Komentari

Terbaru

Umar perhatian kaum perempuan Umar perhatian kaum perempuan

Kisah Umar bin Khattab yang Sangat Perhatian kepada Kaum Perempuan

Khazanah

doa tak kunjung dikabulkan doa tak kunjung dikabulkan

Parenting Islami: Mendidik Generasi Tauhid di Era Modern

Keluarga

sahabat tabi'in memperbolehkan musik sahabat tabi'in memperbolehkan musik

Beberapa Nama Sahabat Nabi dan Tabi’in yang Memperbolehkan Musik

Khazanah

alasan fatimah julukan az-zahra alasan fatimah julukan az-zahra

Alasan Fatimah Mendapat Julukan az-Zahra

Khazanah

Tiga Macam Pernikahan yang Dilarang, Meski dengan Motif untuk Menghindari Zina

Kajian

sayyidah nafisah guru syafi'i sayyidah nafisah guru syafi'i

Biografi Singkat Sayyidah Nafisah, Cicit Rasulullah yang menjadi Guru Imam Syafi’i

Khazanah

beberapa Dimakruhkan Membaca Alquran beberapa Dimakruhkan Membaca Alquran

Beberapa Tempat dan Keadaan yang Dimakruhkan Membaca Alquran

Kajian

meneladani rasulullah anti rasisme meneladani rasulullah anti rasisme

Meneladani Rasulullah yang Mengajarkan Sikap Anti Rasisme

Khazanah

Trending

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Tafsir Al-Baqarah 187: Kiat Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga menurut Islam

Kajian

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Yoga gerakan ibadah hindu Yoga gerakan ibadah hindu

Yoga Dianggap Menyerupai Gerakan Ibadah Hindu, Haramkah Menurut Islam?

Kajian

malaikat melaknat istri menolak malaikat melaknat istri menolak

Benarkah Malaikat Melaknat Istri yang Menolak Ajakan Suami untuk Berhubungan Badan?

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

alasan fatimah julukan az-zahra alasan fatimah julukan az-zahra

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Connect