BincangMuslimah.Com – Manusia memang diciptakan dengan tidak sempurna, banyak kesalahan dan kekurangan yang diharapkan mendatangkan nilai hikmah lainnya. Namun banyak manusia yang lebih cenderung memandang keburukan daripada kebaikan. Seperti selalu mempermasalahkan kesalahan orang lain dengan membicarakannya lebih dari sekali dalam sehari, terlebih jika banyak tersambung dengan berbagai platform digital yang semakin mudah untuk mengerti berbagai permasalahan hidup orang lain.
Jika kita terlalu cenderung pada keburukan orang lain, kemudian menceritakan dan menjelaskan kembali keburukan tersebut pada orang lain, maka yang kita dapat adalah waktu yang diganjar dengan tumpukan dosa. Mengapa demikian? Karena perbuatan tersebut tergolong pada ghibah (menggunjing). Penyebutan tersebut juga senada dengan penjelasan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kemudian Rasulullah saw. bersabda: ‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ‘ Beliau berkata: ‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.’
Kegiatan ghibah (menggunjing) ini bisa menyangkut perihal keadaan jasmani, nasab-keluarga, pekerjaan, ibadah dan juga lainnya yang terlihat buruk di mata manusia. Ayat Alquran Q.S Al Hujurat;12 sudah jelas melarangnya, namun rupanya ghibah ini sering terlaksana dengan tanpa niat, atau tiba-tiba saja terseret suasana karena banyak faktor yang mendukung. Karenanya penting untuk kita mencari solusi bagaimana cara melebur dosa ghibah yaitu dengan memberi pujian dan doa kepada yang menjadi objek ghibah. Muhammad ibn Muhammad al-Husaini al-Murtadha al-Zabidi menjelaskan dalam kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin:
كفارة أكل لحم أخيك أن تثني عليه وتدعو له بخير
Kafarat (penebus dosa) memakan daging saudaramu (ghibah) adalah memujinya dan mendoakan kebaikan untuknya.
Jika sering lalai menceritakan keburukan orang lain, maka kita juga dianjurkan untuk sering memuji dan mendoakan kebaikannya. Karena dengan demikian, insya Allah dosa ghibah-nya bisa dimaafkan dan dilebur oleh Allah sang Maha Pemberi Maaf. Jika sudah lengkap memuji dan mendoakan, maka langkah selanjutnya adalah menjaga diri agar tidak tergelincir dalam jurang yang sama.
Langkah awal untuk menghindari lingkaran ghibah adalah menghindari orang-orang yang senang ghibah, kemudian jauhkan lingkaran mereka dari lingkungan kita yang sudah sehat. Langkah yang sedikit berat, namun pasti ada kabar Bahagia dengan segudang hikmah dan pahala bagi siapapun yang bisa meninggalkannya.
Demikian cara melebur dosa apabila terlanjur melakukan ghibah yaitu dengan melemparkan pujian dan doa untuk objek yang dighibahi. Akan tetapi, berusahalah sekuat mungkin untuk menghindari perbuatan ini.
Editor: Zahrotun Nafisah