Ikuti Kami

Kajian

Apakah Kepemilikan Aset Kripto Harus Dizakati?

kepemilikan aset kripto dizakati
Gambar: Freepik.

BincangMuslimah.Com – Berikut ini penjelasan terkait apakah kepemilikan aset kripto harus dizakati? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut penjelasannya.

Aset kripto (cryptocurrency) merupakan aset yang diperoleh dari hasil proses mining (penambangan) dengan hasil berupa bilangan algoritma kriptografi yang selanjutnya dienkripsi dalam suatu rantai blok di bawah platform tertentu.

Belakangan, aset ini kemudian digabungkan dengan teknologi non-fungible token (NFT) dan aset seni sehingga menghasilkan crypto art yaitu token kripto yang berbasis aset seni.

Di sisi lain, ada pula kriptografi yang diubah menjadi token kripto dengan stable coin yang menjadi aset dasarnya, misalnya USDT dan beberapa aset token kripto lainnya. Aset ini kemudian dipercaya sebagai aset yang stabil, tidak sebagaimana 2 aset kripto sebelumnya, yang murni terdiri dari bilangan kriptografi dan NFT.

Bulan Ramadhan 1443 H, merupakan bulan mulia di mana banyak pihak mulai mempertanyakan, apakah harta yang dimilikinya termasuk yang wajib dizakati? Salah satunya adalah para pemilik aset kripto yang tersimpan di dompet digitalnya. Apakah aset tersebut wajib dizakati?

Tiga Hal mengganti puasa

Standar Obyek Zakat

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita membutuhkan sepakat terhadap pemahaman kunci, bahwa semua obyek zakat yang wajib dikeluarkan zakatnya oleh seorang muslim adalah apabila obyek tersebut terdiri atas harta yang halal dan meniscayakan diperoleh dari cara yang halal.

Mengapa? Sebab, harta bagi seorang muslim adalah wajib memenuhi standar halalan thayyiban. Apabila harta itu tidak halal jenisnya dan tidak thayyib dalam memperolehnya, maka harta tersebut tidak wajib dizakati, melainkan wajib dikembalikan kepada yang berhak.

Misalnya, kepemilikan emas melebihi 80 gram. Apabila emas ini diperoleh dengan jalan halal, dan sudah disimpan selama 1 tahun maka emas tersebut menjadi obyek zakat sehingga wajib dikeluarkan 2,5%-nya.

Baca Juga:  Qadha Shalat Perempuan Haid, Begini Ketentuannya

Namun, apabila emas itu diperoleh dari hasil mencuri atau menghashab atau dari cara yang tidak dibenarkan secara syara’, maka emas itu wajib dikembalikan kepada pemilik aslinya sehingga bukan kewajiban zakat yang dikenakan.

Apakah Aset Kripto merupakan Obyek Zakat?

Permasalahannya adalah apakah aset kripto merupakan harta yang halal dan thayyib sehingga memenuhi standar sebagai obyek zakat? Di sinilah dibutuhkan kejelian kita dan kecermatan kita dalam memilah,benarkah kripto itu merupakan harta?

Karena aset kripto sejauh ini dipandang sebagai produk (sil’ah) dari suatu hasil produksi, maka secara tidak langsung aset kripto tersebut wajib memenuhi 5 standar produk dalam Islam. Kelima standar tersebut, antara lain:

  1. Harus berupa barang yang suci
  2. Bisa dimanfaatkan barangnya. Seumpama sepeda maka bisa diambil jasanya.
  3. Bisa diserah-terimakan (imkan al-taslim wa al-qabdli)
  4. Bisa terjadi pindah milik, dan
  5. Tidak ada mawani’ (penghalang) syar’i yang menyebabkan batalnya kepemilikan.

Sebagai barang, maka aset kripto juga meniscayakan hadir dalam bentuk ain musyahadah (fisik tampak) dan syaiin maushuf fi al-dzimmah (sesuatu yang memiliki aset kolateral berupa fisik).

Dari kelima syarat sil’ah di atas, dan dua kriteria produk syar’i di atas, aset kripto tidak memenuhi standar dasarnya aset, yaitu ada kehadiran bentuk fisiknya.

Selanjutnya, para penggemar aset kripto mencoba mengalihkan kategorinya sebagai aset berjamin disebabkan ada proses penambangannya.

Ditilik dari mekanisme penambangan, maka kripto adalah berkedudukan sebagai upah dari jasa menambang bagi penambang. Pertanyaannya, apakah pihak platform yang menerbitkan aset kripto itu (misalnya: bitcoin) mau membeli produk kripto hasil tambang sehingga bersalin mata uang resmi berupa rupiah?

Setelah kita telusuri, ternyata pihak platform tidak bertanggung jawab terhadap produk tambang tersebut, melainkan menyuruh para penambang untuk menjual produk kripto hasil tambangnya ke pasar.

Baca Juga:  Bisakah Perempuan Korban Kekerasan Menjadi Penerima Zakat?

Di sinilah, titik krusial itu terjadi. Itu artinya aset kripto adalah aset ma’dum disebabkan upah para penambang diperoleh dari orang lain yang tidak berperan selaku penerbit. Alhasil, aset kripto adalah termasuk aset ma’dum (fiktif).

Aset fiktif adalah aset yang tidak sah berlaku sebagai harta bagi seorang muslim. Oleh karena itu, maka kepemilikan aset fiktif, adalah tidak wajib mengeluarkan zakat.

Kewajiban yang berlaku atas pemilik aset fiktif adalah mengembalikan harta milik orang lain yang terambil olehnya secara batal, meskipun diatasnamakan jual beli atau niaga. Mengapa? Sebab, barang yang dijual-belikan dan diniagakan tidak memenuhi standar sebagai mabi’ atau sil’ah.

Ditulis oleh Muhammad Syamsudin, salah satu kontributor Bincangsyariah.Com. Tulisan ini merupakan kerjasama antara Bincang Syariah X Bincang Muslimah. Selama Ramadhan ini kami akan menayangkan pelbagai konten tentang “Islam Itu Mudah”. Ikuti terus konten keislaman Bincang Syariah selama Ramadhan 1443 H.

Rekomendasi

buku zakat kekerasan perempuan buku zakat kekerasan perempuan

Resensi Buku “Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak”

pingsan Wajib Mengqadha shalat pingsan Wajib Mengqadha shalat

Islam dan Ibadah yang Tak Hanya Aktivitas Ritual

Semua Sahabat Meriwayatkan Hadis Semua Sahabat Meriwayatkan Hadis

Apakah Semua Sahabat Bisa Meriwayatkan Hadis?

Seorang Muslim Mengamalkan Rukhsah Seorang Muslim Mengamalkan Rukhsah

Makna Rukshah dan Praktiknya dalam Ibadah

Ditulis oleh

Redaksi bincangmuslimah.com

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect