Ikuti Kami

Khazanah

Gayatri Chakravorty Spivak, Feminis dan Pembaharu India

Gayatri Chakravorty Spivak India
Credit: Photo from https://www.wellesley.edu/news/2018/stories/node/145021

BincangMuslimah.Com – Gayatri Chakravorty Spivak dan dikenal dengan panggilan Spivak ini, lahir di Calcutta, India pada tanggal 24 Februari 1942. Dalam buku Moore Gilbert chapter 3, ia dibesarkan  oleh seorang intelektual yang membesarkan anak-anak mereka dengan kehidupan yang penuh pemikiran. Ayahnya seorang proto-feminis dan  ibunya seorang feminis. Perempuan keturunan kelas menengah India ini lulus dari Universitas Calcutta pada tahun 1959 kemudian meraih gelar Master dan Doktor dari Fakultas Sastra Inggris di Universitas Cornell, Ithaca, New York. Saat ini Spivak mengajar di Universitas Iowa. 

Spivak dikenal luas atas kontribusinya yang sangat besar terhadap kajian Poskolonial. Ia juga  merupakan seorang terpelajar yang sangat terkenal sebagai  sarjana  produktif dan salah satu pendiri Institute for Comparative Literature and Society di Universitas Kolombia. Ia telah menulis banyak buku yang dilatarbelakangi oleh berbagai topik. Mulai dari pemikiran postrukturalis, kritik sastra, filsafat kontinental, psikoanalisis, teori feminis, gender, dekontruksi, Marxisme, Posmarxisme dan Poskolonilisme. Karya-karyanya tersebut dipegaruhi oleh pemikiran Derrida, Barthes dan Foucalt. 

Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah sudut pandang kaum Subaltern yang tertindas oleh kolonialisme, ketidakadilan gender, kebijakan pembangunan internasional dan sebagainya. Bersama dengan Edward Said dan Homi Babha, Spivak menjadi juru bicara terakhir dan tokoh penting dalam ranah kajian Poskolonial dan Kaum Sulbatern. Dalam hal ini para ilmuwan sosial berhutang budi kepadanya. 

Dalam sebuah wawancara bersama  Steve Paulson yang dikutip  dari lsfdiscourse.org dijelaskan bahwa  Spivak menjalani karir yang berbeda. Ia menjadi perintis sarjana Marxis-feminis dan  membantu meluncurkan studi poskolonial melalui esai yang berjudul Can the Subaltern Speak. Ia tidak hanya seorang intelektual menara gading, ia juga mendirikan sekolah dasar untuk para siswa yang buta huruf di negara asalnya, India, tempat Spivak mengajar selama beberapa dekade. Spivak juga berhasil mengajarkan teori kritis kepada mahasiswa pascasarjana di salah satu universitas elit di Amerika Serikat sekaligus mengajarkan pemberdayaan demokratis kepada anak-anak pedesaan di Bengal Barat. Ia juga berhasil menyatukan antara teori dan praksis yang terintegrasi di dalam satu orang.  

Baca Juga:  Teladan Rasulullah Sebagai Kepala Keluarga

Pada tahun 1985 Spivak menerbitkan esai berjudul Can the Subaltern Speak. Ia menjelaskan bahwa istilah subaltern merujuk pada kelompok yang tidak dapat memberikan perintah namun mereka hanya dapat menerima perintah saja. Istilah ini ia dapatkan dari  Antonio Gramsci ketika mengamati masyarakat yang tidak termasuk dalam kelas pekerja dan juga sebagai korban kapitalisme. Ia menjumpai masyarakat yang berada di luar logika tersebut, itu karena ia sendiri berasal dari Sardinia, yang berada di luar wilayah High Italy sebelah Utara. Selain itu, “Subaltern” juga merujuk kepada mereka yang tidak memiliki akses kepada struktur kewarganegaraan. Ia mulai memahami subaltern ketika berbicara tentang kondisi India kala itu, sebagian besar sektor pemilih adalah daerah pedesaan yang rakyatnya masih buta huruf dan tidak memiliki akses atas kepemilikan tanah. 

Jauh sebelum itu, dalam perjalanan hidupnya, ibunya menceritakan  bahwa  bibinya  gantung diri pada tahun 1926 ketika ia berusia 17 tahun. Hal ini disebabkan karena bibinya merupakan bagian dari kelompok anti-imprealis. Dia sendiri tak mampu membuat  para imperialis berhenti, karena itulah bibinya merenggut nyawanya sendiri. Dia menunggu selama empat hari untuk memastikan bahwa dia benar-benar sudah menstruasi. Itu dilakukan agar orang tidak menuduh bahwa ia merenggut nyawanya sendiri karena mengandung anak haram. 

Alasan mengapa dia menunggu terlebih dahulu kedatangan menstruasi karena satu-satunya motif mengapa wanita remaja di kelas menengah gantung diri adalah hamil di luar nikah. Sebelum ia meninggal, dia sempat meninggalkan sepucuk surat kepada neneknya. Aksi yang dia lakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya berada di bawah ketiak laki-laki saja. Jika dibayangkan betapa sulitnya untuk menunggu? Pada akhirnya, mayatnya tidak lain adalah bentuk protes yang dia lakukan. Begitulah kontruksi kepada perempuan kelas menengah di India. 

Baca Juga:  Dalam Islam, Perempuan Punya Hak untuk Memilih Pasangan

Dalam esai tersebut juga dijelaskan Spivak pergi ke sebuah kelompok subaltern di India, yang merupakan tempat ia belajar. Mereka adalah rakyat yang menolak hak atas kerja intelektual di mana sifat ini telah diwariskan oleh leluhurnya  sendiri yakni kasta Hindu.  Setiap harinya, ia melihat bagaimana, bahkan jika mereka berbicara, mereka tidak diperbolehkan bersuara dengan cara yang mudah kita pahami. Beberapa orang feodal yang dermawan mencoba untuk berbaik hati terhadap mereka, tetapi kebaikan mereka tidak mengubah apa-apa. 

 

Rekomendasi

rasuna said pahlawan kemerdekaan rasuna said pahlawan kemerdekaan

Rasuna Said: Pahlawan Kemerdekaan dari Kalangan Santri dan Pejuang Kesetaraan Perempuan Bersenjata Pena

hukum islam perjalanan perempuan hukum islam perjalanan perempuan

Hukum Islam Terkait Mahram pada Perjalanan Perempuan: Kehadiran Negara Pun Diperlukan

Pray the Devil Back Pray the Devil Back

Pray the Devil Back to Hell, Cerita Powerfull Perempuan Mengusung Perdamaian

Ning Khilma Anis Ning Khilma Anis

Ning Khilma Anis; Bu Nyai Muda yang Berdakwah Melalui Karya Sastra

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

Momentum Hari Santri: Refleksi Kehadiran Santri di Ruang Publik Momentum Hari Santri: Refleksi Kehadiran Santri di Ruang Publik

Momentum Hari Santri: Refleksi Kehadiran Santri di Ruang Publik

Muslimah Talk

Cerita Seru Serba-Serbi Mondok: Selamat Hari Santri!!!

Diari

Parenting Islami : Ini Empat Cara Mendidik Anak yang Over Aktif

Keluarga

Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern

Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern

Muslimah Talk

Bullying Pada Anak Usia Sekolah: Antara Tanggung Jawab Moral dan Hukum Bullying Pada Anak Usia Sekolah: Antara Tanggung Jawab Moral dan Hukum

Bullying Pada Anak Usia Sekolah: Antara Tanggung Jawab Moral dan Hukum

Muslimah Talk

ratu bilqis ratu bilqis

Meneladani Kisah Ratu Bilqis Sebagai Sosok Perempuan Pemberani

Muslimah Talk

Oprah Winfrey: "Ratu Segala Media" yang Mendedikasikan Hidup untuk Kemanusiaan Oprah Winfrey: "Ratu Segala Media" yang Mendedikasikan Hidup untuk Kemanusiaan

Oprah Winfrey: “Ratu Segala Media” yang Mendedikasikan Hidup untuk Kemanusiaan

Muslimah Talk

Kata Nabi Tentang Seseorang yang Senang Membully Temannya

Kajian

Trending

Kata Nabi Tentang Seseorang yang Senang Membully Temannya

Kajian

ratu bilqis ratu bilqis

Meneladani Kisah Ratu Bilqis Sebagai Sosok Perempuan Pemberani

Muslimah Talk

Ruby Kholifah: Pejuang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Muslimah Talk

Cerita Seru Serba-Serbi Mondok: Selamat Hari Santri!!!

Diari

Parenting Islami : Ini Empat Cara Mendidik Anak yang Over Aktif

Keluarga

Mengapa Suara Perempuan Baru Didengar Setelah Viral? Mengapa Suara Perempuan Baru Didengar Setelah Viral?

Mengapa Suara Perempuan Baru Didengar Setelah Viral?

Muslimah Talk

Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern Kekuatan Batin Perempuan: Menguak Jalan Sunyi Dan Jembatan Keilahian Di Era Modern

Perluasan Makna Aurat; Perspektif Al-Qur’an Surah Al-A’raf Ayat 26

Kajian

Refleksi Al-Qur’an Surah Yusuf Ayat 51: Pelajaran Penting Dari Kisah Pengakuan Zulaikha Refleksi Al-Qur’an Surah Yusuf Ayat 51: Pelajaran Penting Dari Kisah Pengakuan Zulaikha

Refleksi Al-Quran Surah An-Nisā’ ayat 34: Tentang Kepemimpinan Laki-Laki Atas Perempuan

Kajian

Connect