Ikuti Kami

Keluarga

Memilih Pasangan; Ikhtiar Menuju Pernikahan

makna sekufu dalam pernikahan
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Membicarakan pernikahan adalah membicarakan pasangan. Bagaimana tidak? Pernikahan adalah perjalanan panjang setelah akad nikah diucapkan sampai akhir hayat bahkan sampai kelak di alam akhirat. Mengingat begitu panjangnya perjalanan pernikahan yang tidak mungkin hanya berupa kebahagiaan saja, maka memilih pasangan atau teman menikah adalah sebuah ikhtiar untuk mengarungi perjalanan pernikahan dengan baik. 

Analogi pernikahan adalah petualangan berlayar mengarungi samudra, rumah tangga adalah kapal pesiarnya, dan suami istri adalah nahkodanya. Dibutuhkan kesalingan dan kerjasama yang baik antara suami dan istri agar kapal tetap berlayar dengan baik. Maka memilih pasangan untuk menahkodai kapal yang sama adalah sebuah usaha agar kapal tetap berjalan stabil meskipun banyak ombak yang menerjang.

Lihat saja bagaimana perjalanan pernikahan Rasulullah SAW dengan Sayyidah Khadijah. Pernikahan agung tersebut diwarnai dengan akad kesalingan dan kerjasama yang baik. Ketika pertama kali Nabi Muhammad mendapatkan wahyu, Sayyidah Khadijah lah yang pertama kali beriman mempercayai suaminya. Bahkan ketika Nabi Muhammad mengalami tekanan dari kaum Quraisy pada masa awal dakwahnya, Sayyidah Khadijah lah yang siap pasang badan membersamai suaminya dalam menyebarkan Islam. Kesalingan yang dibangun oleh keduanya menjadikan Islam tangguh dengan saling membantu antara Sayyidah Khadijah dan Rasulullah. 

Banyak teman bercerita kepada saya tentang tipe pasangan idamannya kelak, harus lebih dewasa dari dia, harus seorang santri, harus seorang yang bisa menyayangi dia apapun keadaannya, harus mapan, harus berpendidikan, harus dari keluarga yang terpandang, dan berbagai macam kriteria lainnya. Terlepas dari cerita teman saya, dalam agama kita sendiri, Islam telah memberikan panduan lengkap dalam memilih pasangan hidup yang ideal.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a dari Rasulullah SAW bersabda yang artinya berikut:

Baca Juga:  Nikah Siri Sah dalam Islam? Ini Kata Pakar Perbandingan Mazhab Fikih

Wanita umumnya dinikahi karena empat hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Karena itu, pilihlah agamanya, kalian akan beruntung”.

Terdapat empat standar atau kriteria yang bisa dijadikan pertimbangan dalam memilih pasangan berdasarkan hadits tersebut. Empat standar dalam memilih pasangan meliputi hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun, Rasulullah sendiri menyarankan memilih satu standar, yaitu agama. Pilihlah karena agamanya, maka kamu akan beruntung.

Lalu pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa seseorang berhak dipilih sebagai pasangan karena agamanya?

Dalam buku “Nalar Kritis Muslimah” yang ditulis oleh Bu Nyai Nur Rofi’ah, yang dimaksud dengan pilihlah pasangan karena agamanya adalah memilih pasangan karena takwanya. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Hujuraat ayat 13 yang artinya:

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertakwa”.

Yang dimaksud dengan bertakwa itu bagaimana?

Definisi dari takwa itu sendiri adalah beriman, bertauhid kepada Allah SWT yang melahirkan kemaslahatan kepada makhluk-Nya. Seseorang belum bisa dikatakan bertakwa apabila hanya beriman kepada Allah SWT namun memberikan dan melakukan kemafsadatan kepada lingkungan sekitarnya. Orang yang beriman kepada Allah SWT pasti akan melakukan kebaikan kepada lingkungan sekitarnya. Sebagaimana kata Gus Dur, “Orang yang baik kepada Allah SWT, pasti baik kepada ciptaan-Nya”.

Bu Nyai Nur Rofi’ah juga menjelaskan bahwa diantara empat standar memilih pasangan yang meliputi harta, nasab, rupa, dan agama. Yang nomor satu adalah baik atau maslahah. 

Kita boleh mencari calon suami atau istri yang kaya hartanya, tetapi  harus baik dulu. Sebab orang kaya yang tidak baik punya modal ekonomi yang cukup untuk menyakiti. Bagaimana dengan mencari calon suami atau istri yang berlatar belakang dari keluarga terhormat? Boleh tapi harus baik dulu. Karena jika tidak, dia dan keluarga besarnya juga berpotensi akan menyakiti. 

Baca Juga:  Ssst… Jangan Melamar Perempuan ini!

Selain itu, kita juga diperbolehkan untuk mencari calon suami atau istri berdasarkan rupanya, cantik atau tampannya. Tapi yang dinomorsatukan harus baik dulu. Sebab jika tidak baik, kecantikan atau ketampanannya akan menebarkan pesona kepada yang lain dan menyaikiti pula. Begitu juga ketika kita memilih calon suami atau istri berdasarkan agamanya. Yang nomor satu harus baik dulu. Sebab orang yang beragama namun tidak baik akan menyakiti dengan menggunakan dalih agamanya. 

Lalu apakah cukup untuk mengarungi bahtera pernikahan dengan memilih pasangan yang maslahah? Jawabannya tentu tidak jika kita hanya menggantungkan pernikahan sakinah kepada pasangan saja. Karena subjek pernikahan adalah suami dan istri, bukan suami saja atau istri saja. Oleh karena itu, baik calon suami maupun calon istri harus berproses bersama menggali dan memperbaiki potensi fisik, intelektual, dan spiritual agar bisa memberikan maslahah seluas-luasnya, untuk diri sendiri, pasangan, keluarga, dan lingkungan sekitar.

 

Rekomendasi

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Ingin Memantaskan Diri Menjelang Pernikahan? Simak Ulasan Berikut

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Uang Panai, Wajibkah?

Ditulis oleh

Trainer Peace Academy dan Tutor Kampung Inggris LC

Komentari

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect