BincangMuslimah.Com – Tidak hanya dalam puasa Ramadhan, kesunnahan puasa juga dianjurkan dilaksanakan dalam puasa-puasa lainnya. Baik puasa wajib (qadha puasa ramadhan) ataupun puasa sunnah seperti puasa rajab. Nah, apa saja kesunnahan puasa tersebut?
Puasa memiliki banyak keutamaan dan pahala yang tidak terhitung, kecuali hanya Allah yang dapat menghitungnya. Karena itu Allah menyandarkan puasa untuk dirinya sendiri, bukan lainnya. Dalam hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Allah berfirman
كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به
Artinya: semua perbuatan manusia itu untuk dirinya sendiri, kecuali puasa karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Sayalah yang akan membalas ibadah puasa itu.
Nah agar puasa yang dilaksanakan lebih bermakna dan berkualitas, maka orang yang berpuasa dianjurkan beberapa sunnah puasa. Secara singkat penjelasan tentang sunnah-sunnah puasa terangkum dalam kitab Matan al-Ghayah wa at-Taqrîb karya al-Qâdhi Abu Syuja’, dijelaskan:
ويستحب في الصوم ثلاثة أشياء تعجيل الفطر وتأخير السحور و ترك الهجر من الكلام
“Dalam berpuasa disunnahkan 3 perkara: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meninggalkan perkataan yang jelek.”
Sheikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy (918 H / 1512 M) dalam kitab Fathul Qarib yang merupakan syarah Matan Taqrib, menjelaskan masing-masing dari tiga kesunnahan dalam puasa sebagaimana berikut:
Pertama, segera berbuka. Jika memang nyata terbenamnya matahari. Apabila masih meragukan, maka tidak diperbolehkan segera berbuka. Dalam berbuka disunnahkan dengan kurma, apabila tidak ada, maka sunnah berbuka dengan air.
Kedua, mengakhirkan sahur. Selama tidak sampai jatuh dalam keraguan. Sebab jika hal tersebut terjadi, maka mengakhirkan sahur tidak diperbolehkan. Sahur sudah mendapatkan kesunnahan dengan sedikit makan dan minum.
Ketiga, meninggalkan perkataan jelek. Maka hendaknya orang yang berpuasa menghindari berdusta, menggunjing dan lain sebagainya, seperti mencaci maki. Apabila dimaki oleh seseorang hendaknya ia berkata “aku sedang berpuasa” dengan dua kali atau tiga kali.
Adakalanya diucapkan dengan lisannya, sebagaimana dituturkan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar, atau dengan hatinya, sebagaimana pendapat yang dinukil oleh Imam Rafi’i dari para Imam, yang ia sendiri condong terhadap pendapat tersebut.