BincangMuslimah.Com – Inayah Wahid adalah putri bungsu Gus Dur selama ini dikenal publik sebagai sosok yang dianggap nyentrik dan berbeda dengan ketiga saudaranya, dia akrab dipanggil Mba Nay. Dalam salah satu sesinya di channel youtube bersama Merry Riana, dia menyatakan bahwa salah satu hal yang membuatnya menyukai Gus Dur adalah karena Gur Dur bukanlah tipikal orang tua yang gemar memberikan nasihat, meskipun Gus Dur dikenal sebagai seorang yang tinggi ilmunya, luas wawasannya dan banyak pengalamannya. Sederet predikat tersebut seharusnya membuat Gus Dur pantas memberi nasihat dan dengan senang hati orang akan menerima nasihat-nasihat tersebut.
Alih-alih banyak memberikan nasihat, menurut pengakuan Mba Nay, sepanjang hidupnya Gus Dur hanya 4 kali memberikan nasihat kepada dirinya. 4 nasihat tersebut yang selanjutnya menjadi nilai-nilai yang akan selalu ada dan disebar luaskan serta menjadi semangat yang mewarnai perjuangan putrinya dalam melanjutkan impian-impian Gus Dur.
Dalam ceritanya, ketika Mba Nay memasuki jenjang pendidikan SMA, Gus Dur pernah dipanggil oleh pihak sekolah karena Mba Nay sengaja tidak masuk sekolah selama sebulan penuh karena merasa stress dengan masa transisi dari SMP ke SMA. Setelah kejadian itu, ada hal menarik yang Gus Dur lakukan bersama Mba Nay yang berbeda dengan orang tua pada umumnya. Jika pada umumnya orang tua akan memberikan banyak nasihat atau mungkin marah dan kecewa ketika dipanggil pihak sekolah karena perilaku anaknya, Gus Dur justru tidak menunjukkan gejala marah atau kecewa.
Malam itu, Gus Dur memanggil Mba Nay dan mengajaknya mengobrol dan bercerita mengenai banyak hal yang berujung dengan pertanyaan :
“Kamu kalau sudah gede mau ngapain?”
“Kamu lagi seneng apa sih?”
Mba Nay menjawab :
“Gak tau, lagi seneng nulis cerita.”
Selanjutnya Gus Dur mengatakan, ‘Ya udah, nanti kamu nulis ya soalnya orang itu hanya akan menjadi jenius ketika ia ada di tempatnya.’
Mba Nay menjelaskan bahwa sederhananya, kita tidak bisa memaksa seseorang untuk berada di tempat lain yang bukan tempatnya untuk menjadi jenius, karena you are where you should be. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Albert Einsten ‘Setiap orang jenius. Tapi, jika kita menilai ikan dari kemampuannya memanjat pohon, maka seumur hidup dia akan menganggap dirinya bodoh.’
Nasihat kedua, berupa permintaan maaf Gus Dur kepada anaknya. Dalam ceritanya, Mba Nay menuturkan bahwa saat itu dia sangat bahagia karena Gus dur meminta maaf kepadanya. Gus Dur waktu itu meminta maaf karena dia tidak meletakkan istri dan anak-anaknya pada posisi prioritas utama. Gus Dur menjadikan Allah sebagai prioritasnya selanjutnya Islam, Indonesia dan NU, baru setelah itu istri dan anak-anaknya.
Permintaan maaf ini merubah persepsi Mba Nay tentang Gus Dur, sebagaimana umumnya seorang anak, tentunya menginginkan kehadiran bapak di rumah. Bahkan Mba Nay menambahkan bahwa dia tidak tahu kapan bapaknya akan pulang ke rumah.
Ada sebuah anekdot yang mengatakan bahawa “Tak ada yang mengalahkan kesibukan Gus Dur, kecuali Malaikat yang paling sibuk”. Sebagaimana kita ketahui sepanjang hidupnya Gus Dur menjalankan banyak peran, Gus Dur dikenal sebagai negarawan, cendekiawan, agamawan, pemimpin umat, tokoh publik, mubalig bahkan presiden. Semua peran tersebut membuat Gus Dur menghabiskan banyak waktunya di luar rumah.
Permintaan maaf itu menyadarkan Mba Nay bahwa tidak seharusnya dia membiarkan bapaknya melakukan peran besar itu sendiri dan sebagai anaknya seharusnya dia mendukung dan membantunya.
Minta maaf adalah hal yang mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, jarang kita menemukan orang yang bersedia meminta maaf. Apalagi Gus Dur yang waktu itu menjadi seorang presiden, pemimpin negara, kyai, orang besar dan seorang bapak, dia tetap bersedia meminta maaf kepada anaknya. Itu adalah hal yang sangat besar dan luar biasa, tutur Mba Nay.
Nasihat ketiga diberikan Gus Dur sebelum meninggal dunia. Nasihat itu merupakan perintah yang diberikan Allah kepada Nabi Muhamamd dalam wahyu-Nya yang pertama yakni QS. Al-Alaq (96) : 1-5). Gus Dur mengatakan kepada putrinya bahwa ‘jangan pernah berhenti membaca’.
Dalam akhir sesi, Mba Nay menambahkan ada satu nasihat lagi yang diberikan Gus Dur sebelum meninggal yakni ‘sebagai manusia kita harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada orang lain’. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”
Semoga kita semua mampu mengamalkan nasihat-nasihat Gus Dur, sehingga kita tidak terburu-buru menilai orang lain tidak brilian karena kita patut menunggu sampai dia berada di posisi yang tepat. Kita memiliki hati yang lapang sehingga mudah untuk meminta dan memberi maaf sehingga dapat mengurangi benih-benih permusuhan dan selalu mempelajari sesuatu sebelum menilai atau berkomentar. Dengan menjalankan ketiga nasihat tersebut, semoga kita bisa mencapai nasihat Gus Dur yang terkakhir yakni menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Walahhu a’lam