BincangMuslimah.Com – The Story of Moses merupakan film yang menggambarkan kisah perjalanan Nabi Musa semasa hidupnya. Film garapan sutradara Benjamin Rose ini mampu menggambarkan kisah hidup Nabi Musa secara epik, detail, teliti dan yang paling mengherankan adalah dengan menggandeng para akademisi untuk memperjelas kisah hidup Nabi Musa dari beberapa perspektif, seperti Islam, Yahudi dan Kristen.
The Story of Moses bukan satu-satunya film yang menggambarkan kehidupan Nabi Musa. Sebelumnya terdapat film The Ten Commandment dan The Prince of Egypt. Akan tetapi, The Story of Moses ini cukup menarik dari alur hingga penjelasan sejarah yang sangat detail dengan terbagi menjadi tiga episode, setiap episodenya berdurasi 81-88 per menit.
Alvi Azula yang memerankan Musa di sini sangat profesional dalam meggambarkan sosok Musa. Film tersebut dimulai dari kisah kelahiran Musa. Musa lahir dari rahim seorang perempuan yang hebat, atau sering disapa dengan Yukabid. Yukabid merupakan perempuan bukan berdarah Mesir asli, ia adalah perempuan berdarah Israil yang dilahirkan di Mesir.
Pada zaman tersebut, Fir’aun yang sedang menduduki tahta melarang perempuan-perempuan di luar istana melahirkan bayi laki-laki. Pasalnya, Fir’aun meyakini dalam mimpinya bahwa akan ada anak laki-laki bukan dari kaumnya menduduki tahta kepemimpinannya. Akan tetapi, bagi Yukabid, sosok perempuan yang berani menentang kebijakan Fir’aun, secara diam-diam meminta pertolongan temannya seorang bidan untuk melancarkan persalinannya dan lahirlah Musa.
Hari demi hari, penyembunyian Musa bayi tidak bisa dilakukan dengan waktu yang lama. Kemudian di tengah kegelisahan tersebut, Yukabid mendapatkan mimpi untuk menghanyutkan Musa ke sungai. Dengan memantapkan hati, akhirnya Yukabid menghanyutkan Musa ke sungai Nil sebagaimana di mimpinya.
Di sisi lain, Yukabid meminta Maryam kakak perempuan Musa untuk mengikuti aliran sungai yang menghanyutkan adiknya. Yang ternyata ditemukan oleh Bitiah, istri dari Fir’aun. Singkat cerita, karena Bitiah sedang kehilangan anaknya, akhirnya mengadopsi Musa yang ditemukan di sungai tanpa sepengetahuan orang lain. Hari hingga hari yang berganti menjadi tahun, Musa dibesarkan layaknya keluarga Istana. Sampai akhirnya ada suatu kejadian yang membuat Musa meninggalkan istana.
Di suatu hari, Musa melihat orang Qibti (istilah penduduk Mesir asli) yang sedang menganiaya para masyarakat pendatang seperti bangsa Israel, dll. Melihat kezaliman tersebut, Musa berusaha menyelamatkan orang Israel dan tak sengaja membunuh orang Qibti tersebut. Mengetahui hal ini, orang-orang merasa geram dengan Musa, sehingga memicu kemarahan Fir’aun untuk membunuh Musa. Mengetahui nyawanya yang terancam, akhirnya Musa melarikan diri ke daerah pinggiran Mesir, yang kemudian bertemu dengan Zipora yang kelak menjadi istrinya.
Perjalanan Musa sebelum menjadi Nabi memang tidak didapatkan secara langsung. Setelah tinggal dengan Zipora, Musa mengalami ada panggilan di dalam dirinya yang berbeda dengan orang lain. Tepatnya Musa sering bermimpi aneh dan seakan mempunyai ikatan dengan gunung Sinai.
Mimpi-mimpi aneh tersebut tidak bisa dijelaskan. Hingga suatu waktu, dengan pikiran yang bergemuruh, Musa mendaki gunung Sinai untuk menenangkan diri. Sesampainya di puncak Sinai, akhirnya pertanyaan Musa terjawabkan. pertemuan Musa dengan Allah ini menjadi sesuatu yang heroik dari semua kegelisahan dan jawaban atas mimpi-mimpinya, bahwa Allah itu ada dan kuasa.
Setelah bertemu dengan Allah, Musa mendapatkan perintah baru, yaitu mengajak Fir’aun dan kaumnya untuk menyembah Allah. Turun dari gunung Sinai, Musa dan Zipora mengatur strategi dan persiapan untuk kembali ke tanah asal Musa, Mesir. setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Musa bertemu dengan Fir’aun dan mengajak untuk menyembah Allah. Akan tetapi Fir’aun menolak ajakan tersebut.
Pertemuan Musa dan Fir’aun tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Tetapi, Fir’aun berhasil mengajak orang-orang untuk menyembah Allah, salah satunya yaitu Bitiah, ibu angkat Musa.
Bagi saya, film The Story of Moses menyajikan kisah Musa dengan begitu epik, mulai dari pengambilan sudut cerita yang diambil dari beberapa sumber, baik dalam Taurat maupun Alquran. Sisi tersebut merupakan poin plus yang ada dalam film dokumenter sejarah, bagaimana kita sebagai umat Islam untuk mempunyai pandangan yang luas mengenai sejarah kenabian.