BincangMuslimah.Com – Berperan sebagai orang tua tunggal, seorang single mother harus dituntut untuk bisa mengatur segalanya seorang diri. Berbagai masalah yang dihadapi tersebut dapat membuat hidup dan perjuangan ibu tunggal menjadi sangat berat, terlebih ditambah dengan stigma negatif single mother. Kisah Hannah dan Maryam yang tercuplik dalam Alquran setidaknya bisa kita jadikan sebagai sosok teladan bagi ibu tunggal lain di luar sana.
Alquran sebagai muara hikmah menampilkan kisah yang dialami oleh single mother sebagai perjuangan keras dalam kesulitan dan penderitaan. Penggambaran tersebut sangat dekat dengan kenyataan ibu tunggal pada zaman sekarang. Walaupun figur yang dikisahkan dalam Alquran merupakan wanita-wanita luar biasa, namun persoalan dan masalah yang mereka hadapi merefleksikan esensi apa yang juga dialami oleh ibu tunggal masa kini.
Dua Sosok Single Mom yang Terabadikan dalam Alquran
Sosok ibu tunggal yang dikisahkan dalam Alquran sebagai wanita tangguh yang mulia dan besar ketaatan kepada Allah adalah Maryam binti Imran. Kemuliaan itu dimulai dari ibunya yang salihah pula yaitu Hannah binti Faqud. Kilasan betapa mulianya mendidik anak terdapat pada kisah yang terekam dalam QS. Ali Imran [3]: 35-37; bahwa membesarkan dan merawat anak memiliki nilai yang tinggi dan luar biasa.
Dalam suasana hati Hannah yang gembira menunggu kelahiran seorang anak yang sudah puluhan tahun dinantikannya ternyata perasaan itu berganti dengan kesedihan, karena suaminya Imran meninggal dunia. Hannah yang seorang diri menjalankan peran ganda sebagai ibu tunggal, namun ia seorang perempuan ulet sehingga berani menantang tradisi yang dianggapnya tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan karena memojokkan perempuan.
Sejak awal keluarga Imran mendambakan anak. Hannah bahkan sudah bernazar seandainya ia dikaruniai anak, akan mendidiknya sebagai anak yang taat mengabdi kepada Tuhan. Doa dan nazar tersebut dikabulkan dengan munculnya tanda-tanda kehamilan di dalam perutnya. Akhirnya Hannah melahirkan seorang putri. Meskipun agak sedikit kecewa karena yang terlahir ternyata anak perempuan.
Harapannya untuk menjadikan anaknya sebagai ahli ibadah dan sekaligus pelayan umat bisa terancam dengan tradisi masyarakat yang biasa menjadi aktifis baitullah dan pelayan umat adalah laki-laki. Perempuan umumnya berada di rumah. Hanya laki-laki yang dominan di dalam rumah ibadah saat itu.
Hannah memberi nama putrinya Maryam yang artinya pengabdi Tuhan. Ia mendoakan agar pekerti anak itu sesuai dengan namanya. Ia juga memohon agar Maryam dan keturunannya dilindungi Allah dari godaan-godaan setan. Hal ini mengajarkan bahwa menjadi single parent, harus memiliki ketaatan dan kedekatan kepada Allah dan tidak pernah lepas mendoakan kebaikan untuk anak turunnya.
Di lain sisi, ulama tafsir berpendapat bahwa masyarakat saat itu yang memberi nama anak ialah suami atau ayah. Tetapi kenyataan yang diungkap dalam Alquran yang memberi nama ialah Hannah sendiri sebab suaminya telah tiada. Dalam konteks ayat lain, Hannah juga yang lebih pro aktif membina Maryam.
Pesan Berharga dari Sosok Hannah dan Maryam
Hal ini dapat diambil ibrah meskipun anak yang dibina single parent dapat menjadi anak salihah. Ini menjadi bukti bahwa orang tua tunggal bisa juga melahirkan anak-anak yang sukses. Sebaliknya anak-anak yang dibesarkan dengan orangtua lengkap bukan jaminan untuk menjadi anak saleh atau salehah.
Setelah beberapa waktu kemudian, Hannah membawa bayinya dan diserahkan untuk memenuhi nazarnya, sebab taat akan janji yang sudah diucapkan kepada Allah. Sebagai orang tua, kita diberi contoh bahwa ketulusan dan keikhlasan hati dalam menerima ketentuan Allah akan membuahkan hasil. Allah mengabulkan nazar Hannah, sehingga apa yang dimohonkan terkabul secara bertahap dari waktu ke waktu. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah menghadirkan seorang pendidik terbaik, yaitu Nabi Zakaria yang juga seorang pengabdi Bait al-Maqdis.
Hingga tumbuhlah Maryam menjadi sosok yang sangat tekun beribadah. Suatu waktu hadir Jibril dan mengabarkan amanah dari Allah bahwa ia akan mengandung bayi mulia yang akan mengantarkan risalahNya kepada umat. Kisah tersebut termaktub dalam QS. Maryam [19]: 19-21.
Dalam Tafsir al-Ibriz dijelaskan saat itu Maryam mengalami dilema yang luar biasa, kaumnya mencaci maki dirinya sebagai seorang pezina. Ia menanggung malu yang luar biasa karena pendahulunya termasuk Ali Imran adalah keluarga yang sangat beriman dan memiliki ketaatan yang luar biasa. Keadaan sulit dan menghimpit mengharuskan Maryam pergi menjauh dari kampungnya, dia mengasingkan diri bersama janin yang dikandungnya ke tempat yang sangat jauh.
Maryam sendirian dalam ketakukan, kekhawatiran, dan kesakitan. Quraish Shihab menggambarkan keadaannya saat akan melahirkan, Maryam terbayang kemungkinan sikap ingkar orang-orang di sekitar terhadap kelahiran anaknya kelak. Ia pun berharap cepat meninggal dunia supaya kejadian ini tidak lagi berarti dan cepat dilupakan. Dalam sakitnya melahirkan seorang diri, dia meratap “Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam [19]: 23). Keadaan Maryam demikian sedih dan ucapannya menggambarkan kecemasan yang mendalam.
Beberapa waktu kemudian, Maryam kembali ke lingkungan masyarakat di mana ia tumbuh. Seperti yang sebelumnya dibayangkan, benar saja ia mendapat tudingan dari orang-orang sekitarnya. Mereka tidak percaya bahkan mendustakan kabar yang menyebutkan bahwa bayi yang bernama Nabi Isa adalah anugerah dari Allah tanpa melalui seorang laki-laki. Tetapi Maryam memilih menghadapinya dengan keyakinan pada pertolongan Allah tanpa melarikan diri atau bersembunyi.
Beberapa potong kisah teladan ibu tunggal diatas menyuguhkan susunan dan relasi sebuah plot yang indah. Sebagaimana Hannah dan Maryam yang memiliki keberanian luar biasa dalam perjuangannya, keduanya mempunyai karakter kuat dan hebat dalam menghadapi ujian berat dari Allah.
Hal ini menjadi pelajaran yang dapat dipetik dari dua sosok ibu yang istimewa tersebut. Potret kisah Hannah dan Maryam yang tercuplik dalam Alquran ini mampu menggerakkan kesadaran dan memancarkan motivasi serta harapan untuk menjalani hari-hari dengan kualitas spiritual yang lebih baik di tengah berbagai tantangan kehidupan khususnya yang dihadapi oleh seorang single mom. Wallahu a’lam.
3 Comments