BincangMuslimah.Com – Hari Perempuan Internasional dirayakan dengan banyak cara di berbagai negara. Tanggal 8 Maret resmi dijadikan sebagai hari libur di Afghanistan, Armenia, Azerbaijan, Belarus, Kamboja, Kuba, Turkmenistan, Uganda, Ukraina sampai Vietnam. Berbeda dengan di China dan Nepal, kedua negara tersebut mempersembahkan Hari Perempuan Internasional sebagai hari libur hanya untuk perempuan.
Beberapa negara lain merayakan Hari Perempuan Internasional serupa dengan Hari Ibu. Ada yang merayakannya dengan memberi hadiah kepada ibu, kekasih atau kakak/adik perempuan berupa seikat bunga atau hadiah lain yang dirasa cukup mewakili. Di Indonesia sendiri, hari sakral ini dirayakan dengan long march dan berbagai kegiatan positif lain seperti diskusi dan pelatihan atau edukasi.
Each for Equal
Perempuan di pelbagai belahan bumi merayakan Hari Perempuan Internasional di mana kontribusi dan peran para perempuan menjadi sorotan. Tahun ini, tema yang diangkat adalah #EachforEqual. Situs resmi International Women’s Day mengungkapkan alasan kenapa #EachforEqual menjadi isu yang kembali dibahas di 2020.
Pada 2017, isu yang sama juga diangkat di Hari Perempuan Internasional. Hashtag yang digunakan saat itu adalah #BeBoldForChange, fokus pada gerakan untuk menyemangati orang-orang—khususnya perempuan—agar berani mengambil langkah nyata dan memberikan terobosan baru dalam membantu mewujudkan keserasian dan kesetaraan gender.
Hastagh #EachforEqual berarti dunia yang setara, dan dunia yang setara adalah dunia yang memungkinkan untuk melakukan apa pun. Kesetaraan bukan hanya isu perempuan tapi juga isu bisnis. Kesetaraan gender sangat penting bagi perkembangan ekonomi dan masyarakat. Dunia yang setara secara gender bisa jadi lebih sehat, kaya dan harmonis.
Di website resminya, Hari Perempuan Internasional mengimbau para perempuan untuk melakukan pose #EachforEqual dan mengunggahnya ke media sosial. Konten yang diunggah mesti disertai pesan makna dari pose tersebut. Pose #EachforEqual dilakukan dengan mengangkat tangan kanan dan tangan kiri ke depan dada serta posisi tangan kanan di atas tangan kiri sebagai lambang kesetaraan.
Perempuan Mewujudkan Keseimbangan
Tak lengkap rasanya jika merayakan Hari Perempuan Internasional dengan selebrasi belaka. Perempuan punya hak untuk berkontribusi sesuai bidangnya. Maka, tindakan adalah kunci dari terwujudnya kesetaraan. Kesetaraan dan keserasian gender bukan berarti perempuan melawan laki-laki dan merebut posisinya. Kesetaraan berarti keseimbangan, hak asasi manusia perempuan dan laki-laki tidak tumpang tindih dan tidak ada lagi ketidakadilan menimpa perempuan.
Jika perempuan hanya menuntut tanpa tindakan nyata, kesetaraan gender tidak akan pernah terwujud. Berkarya dan bekerja adalah cara alternatif bagi perempuan untuk mengaktualisasikan diri, memberi kontribusi dan mewujudkan kesetaraan gender. Selain itu, peran laki-laki pun sangat dibutuhkan. Bagaimana perempuan bisa berkontribusi jika tak didukung laki-laki?
Ajaran agama Islam sangat mementingkan persaudaraan. Allah Swt memerintahkan manusia untuk saling memelihara silaturrahim satu sama lain, agar saling meminta satu sama lain. Perintah ini tertuang dalam Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 1:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Islam tak membedakan perempuan atau laki-laki untuk saling menjaga silaturrahim dan menolong satu sama lain. Sayangnya, kaum laki-laki kerap menyepelekan perempuan lantaran dianggap tidak kompeten dan hanya digunakan sebagai objek, tanpa diberikan kesempatan untuk bisa berkontribusi. Sikap ini tentu bertentangan dengan konsep menjaga silaturrahim dan saling menolong dalam Islam.
Maka, #EachforEqual sangat bisa diwujudkan apabila perempuan terus berusaha, berkarya dan bekerja untuk mewujudkan kesetaraan gender. Laki-laki juga mesti memahami bahwa apa yang diperjuangkan perempuan mesti didukung, bukan malah memperparah keadaan dengan menyepelekan dan melemahkan perjuangannya. Hari Perempuan Internasional bukan hanya untuk perempuan, tapi juga untuk laki-laki yang menghargai dan menghormati perempuan.
Keseimbangan adalah kunci. Perayaan Hari Perempuan Internasional semestinya menjadi refleksi bagi para perempuan untuk mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Sebab, hashtag #EachforEqual tidak akan mungkin bergaung jika hanya didengungkan di media sosial, tapi tak digerakkan di dunia nyata.
Baik perempuan dan laki-laki boleh menyuarakan pendapatnya dalam demonstrasi, long march dan lain sebagainya. Tapi jangan lupa, berkarya dan bekerja adalah yang utama. Mari merefleksikan Hari Perempuan Internasional 2020 sebagai titik balik untuk kembali memperbaharui kualitas karya dan kerja perempuan. Sudah seberapa jauh kita berusaha menyeimbangkan dan mewujudkan kesetaraan gender?