BincangMuslimah.Com – Ketika pengajian bulan Ramadan, biasanya para guru ustadz ataupun ustadzah akan membahas kitab-kitab yang berisi tentang tuntunan dan amalan selama bulan Ramadan. Salah satunya adalah kitab Nafahat Ramadhaniyah. Di dalam kitab ini ada satu bab yang meriwayatkan pesan Rasulullah kepada umat Islam dalam khutbahnya di hadapan para sahabat di masa itu.
Sebagaimana riwayat dari Salman al-Farisi.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِمًا كَانَ لَهُ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ
Rasul saw bersabda: Wahai umat manusia, telah ada di hadapan kalian bulan agung yang penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah jadikan berpuasa di dalamnya sebagai kewajiban dan menghidupkan malam-malamnya sebagai kesunnahan. Bulan yang merupakan bulan kesabaran, dan pahala kesabaran adalah surga.
Ramadan ialah bulan santunan, yang jika orang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa di bulan itu maka itu menjadi ampunan Allah. Ampunan terhadap dosa-dosanya dan kemerdekaan diri dari neraka. Dia mendapat pahala yang menyerupai pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa berkurang pahalanya sedikitpun. (HR. Al-Baihaqi, Ibn Khuzaimah)
Bulan yang Penuh Berkah
Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan, di mana setiap ibadah yang kita kerjakan akan dilipatgandakan pahalanya. Rasulullah bersabda bahwa ada satu malam bernama lailatul Qadar, orang yang beribadah di dalamnya lebih baik dari pada ibadah seribu bulan atau 83 tahun.
Ini merupakan keistimewaan untuk umat Rasulullah. Jika setiap umat mendapati lailatul Qadar sekali saja seumur hidupnya, maka itu sudah melampaui umur mereka yang rata-rata hanya sampai 63 tahun. Dalam redaksi tambahan, Rasulullah bersabda:
مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاه
Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah pada bulan ini (dengan melakukan kebaikan), ia seperti melakukan ibadah wajib pada bulan selain Ramadan. Dan barangsiapa melakukan ibadah wajib pada bulan ini seperti melaksanakan 70 kali ibadah pada bulan selain Ramadan.
Ibadah di Bulan Ramadan
Pesan cinta Rasulullah menyebutkan dua ibadah utama pada bulan ini. Puasa di siang hari dan qiyamulail (di malam hari). Dalam hadis, “Barangsiapa mengerjakan qiyam Ramadan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”
Mayoritas ulama menyebutkan bahwa makna dari qiyam Ramadan adalah melaksanakan salat sunnah Tarawih yang tidak ada di selain bulan mulia ini. Dalam riwayat, salafuna saleh dan juga ulama terdahulu selalu bersungguh-sungguh menghidupkan sepanjang malam Ramadan. Yakni dengan shalat, ta’lim, tadarus Alquran, meskipun di siang hari mereka juga bekerja dan berkegiatan.
Karena itu, anjuran untuk kita agar jangan melewatkan malam-malam Ramadan dengan keadaan lalai. Terutama di sepertiga malam terakhir bersamaan dengan sahur. Mengingat nasehat dari Hubabah Ummu Abdul Qadir al-Habsyi Seiwun, Yaman. Beliau satu waktu pernah berkata, termasuk perempuan yang sedang haid ataupun nifas bisa melaksanakan qiyamul lail dengan memperbanyak dzikir, shalawat, ataupun tadabbur dengan tafsir.
Bulan Kesabaran
Bulan Ramadan mendidik kita supaya menjadi pribadi yang lebih sabar dalam menghadapi berbagai masalah. Dalam hal ini, Rasulullah pernah mengingatkan, dari Abu Hurairah, bahwa beliau saw. ” Apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah dia berkata kotor dan jangan pula dia bertindak bodoh. Jika ada orang yang memaki atau berkelahi dengannya, maka katakanlah, ‘Aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bulan Peduli
Pada bulan ini kita diajarkan untuk memperhatikan saudara, tetangga, dan orang-orang yang membutuhkan. Sebagaimana hadis di atas sedekah yang dianjurkan adalah memberi buka puasa. Di mana faidahnya menjadikan ampunan bagi dosa sang pemberi, pembebas dari neraka. Ia mendapat pahala seperti orang puasa yang ia beri buka puasa tanpa mengurangi pahala orang yang diberi makan buka puasa sama sekali.
Karena besarnya fadhilah memberi buka puasa, bahkan meskipun orang yang mungkin secara materi kurang. Karena Rasulullah juga menganjurkan mereka untuk melakukan hal itu. Seperti dalam riwayat, sahabat ketika mendengar khutbah Rasulullah tersebut mereka bertanya,
قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفْطِرُ الصَّائِمَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى مَذَقَّةِ لَبَنٍ أَوْ تَمْرَةٍ أَوْ شَرْبَةً مِنْ مَاءٍ،
“Ya Rasulullah, tak semua dari kita mampu memberi makanan orang yang berbuka puasa. Lalu Rasul saw. menjawab “Allah memberi pahala ini kepada setiap orang yang memberi menu orang yang berbuka meskipun sehisap susu, atau satu buah kurma atau seceguk air minum saja.” Wallah a’lam.[]