Ikuti Kami

Khazanah

Kasih Sayang Nabi Nuh kepada Putranya yang Amoral

kasih sayang nabi nuh
The Noah's Ark on Mount Ararat, 1570. From a private collection. Artist De Myle, Simon (active ca. 1570). (Photo by Fine Art Images/Heritage Images/Getty Images)

BincangMuslimah.Com – Memiliki putra putri yang shalih dan shalihah tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Rajin shalat, mengaji, sopan kepada yang lebih tua, dan menyayangi teman-temannya. Namun, realitanya ada di antara mereka yang justru berperilaku sebaliknya. Padahal, orang tua sudah mengarahkan mereka kepada hal-hal yang positif. 

Fenomena tersebut sebenarnya sudah digambarkan oleh Allah swt. di dalam Q.S. Hud ayat 42-43 melalui kisah kasih sayang Nabi Nuh a.s. dan putranya yang konon dalam sebagian kitab Tafsir, ia bernama Kan’an. Meskipun di dalam Al-Qur’an sendiri, Allah swt. tidak menyebut namanya. 

وَهِيَ تَجْرِيْ بِهِمْ فِيْ مَوْجٍ كَالْجِبَالِۗ وَنَادٰى نُوْحُ ِۨابْنَهٗ وَكَانَ فِيْ مَعْزِلٍ يّٰبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنْ مَّعَ الْكٰفِرِيْنَ

Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.”

قَالَ سَاٰوِيْٓ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَاۤءِ ۗقَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚوَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ

Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.

Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah (Vol. 5, hal. 634) menjelaskan bahwa ayat  ini menunjukkan betapa naluri manusia begitu cinta kepada anaknya –kendati sang anak durhaka- dan betapa anak durhaka melupakan kebaikan dan ketulusan orang tuanya. Nabi Nuh a.s. menyeru anaknya dengan panggilan mesra yaitu يّٰبُنَيَّ bunayya

Baca Juga:  Rasuna Said: Pahlawan Kemerdekaan dari Kalangan Santri dan Pejuang Kesetaraan Perempuan Bersenjata Pena

Kata bunayya adalah bentuk tashghir /perkecilan dari kata ibni /anakku. Bentuk itu antara lain digunakan untuk menggambarkan kasih sayang karena kasih sayang biasanya tercurah kepada anak, apalagi yang masih kecil. Kesalahan-kesalahannya pun ditoleransi, paling tidak atas dasar ia dinilai masih kecil. 

Di sisi lain, terbaca di atas bagaimana sang anak durhaka bukan saja tidak memperkenankan ajakan ayahnya dalam situasi yang demikian mencekam, tetapi juga tidak menyebutkannya sang ayah. 

Ucapan sang anak bahwa dia akan mencari perlindungan ke gunung dipahami oleh sementara ulama bahwa tempat pemukiman Nabi Nuh a.s. ketika itu adalah daerah di mana terdapat dataran tinggi dan pegunungan yang tidak sulit untuk didaki, karena jika tidak demikian, tentulah sang anak tidak akan dengan mudah lagi optimis untuk mencapai gunung. Demikianlah penjelasan Prof. Quraish Shihab. 

Sementara itu, Syekh Wahbah Zuhaili di dalam kitab Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa betapa ayat ini merupakan sebuah “hiburan” atau sebagai “adem ayem” bagi para orang tua yang memiliki anak yang kurang baik akhlaknya. Meskipun orang tuanya tergolong orang yang shalih. 

Sehingga, bagi orang tua yang memiliki putra atau putri yang kurang baik akhlaknya tidak perlu frustasi dan terbebani. Namun, sebagai kewajiban orang tua adalah memberi arahan dan petunjuk yang baik terus menerus dengan penuh kasih sayang. 

Sebagaimana juga yang dilakukan oleh Nabi Nuh a.s. kepada putranya. Beliau tidak hanya mengarahkan dan mengajak agar taat kepada Allah swt. dengan menaiki kapal. Tetapi, Nabi Nuh a.s. juga menjadi contoh yang baik kepadanya. 

Pada ayat selanjutnya (Q.S. Hud 45-47), digambarkan betapa Nabi Nuh a.s. sangat mencintai putranya dengan memohon kepada Allah swt. agar putranya diselamatkan karena ia termasuk keluarganya sebagaimana janji-Nya. Namun, Allah swt. menjelaskan bahwa putranya bukan termasuk keluarganya, karena ia termasuk orang-orang yang kufur kepada Allah swt.

Baca Juga:  Filosofi I'rab Santri: Rafa’, Nashab, Khafadh, dan Jazm

وَنَادٰى نُوْحٌ رَّبَّهٗ فَقَالَ رَبِّ اِنَّ ابْنِيْ مِنْ اَهْلِيْۚ وَاِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَاَنْتَ اَحْكَمُ الْحٰكِمِيْنَ

Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.”

قَالَ يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنِّيْٓ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.”

قَالَ رَبِّ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِيْ بِهٖ عِلْمٌ ۗوَاِلَّا تَغْفِرْ لِيْ وَتَرْحَمْنِيْٓ اَكُنْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ

Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi.”

Prof. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya (vol. 5 hal. 640) menjelaskan sebagai berikut. Putra Nabi Nuh a.s. tidak dinilai sebagai putranya, bukan karena ia tidak lahir dari pertemuan sperma Nuh dan ovum istri beliau, bukan juga karena hubungan tersebut tidak suci, tetapi karena amal anaknya itu tidak sesuai dengan nilai-nilai agama yang diajarkan oleh ayahnya. 

Sementara itu, Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munirnya menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan keadilan Allah swt. secara mutlak. Allah swt. akan membalas perbuatan manusia sebab keimanan dan amalnya, bukan disebabkan karena nasab/keturunannya. 

Demikianlah kisah kasih sayang Nabi Nuh a.s. kepada putranya yang amoral. Beliau tetap semangat memberikan pendidikan yang baik kepada putranya. Meskipun sang anak justru mengikuti hawa nafsunya dan durhaka kepadanya. 

Baca Juga:  Islam Mengapresiasi Perempuan dalam Partisipasi Bela Negara

Oleh sebab itu, bagi para orang tua, jangan sedih dan putus asa jika buah hatinya belum berakhlak mulia. Terus berusaha mengarahkannya dan mendoakan agar Allah swt. memberikan hidayah kepadanya. Begitu pula dengan para orang tua yang memiliki nasab yang baik. Janganlah terlena dengan nasab, tetap didiklah anak-anak dengan baik, karena nasab belum menentukan akhlak. Wallahu a’lam bish shawab.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Redaktur Pelaksana BincangMuslimah.Com, Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah

Komentari

Komentari

Terbaru

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Rangkaian Acara Maulid yang Sesuai Syariat Rangkaian Acara Maulid yang Sesuai Syariat

Rangkaian Acara Maulid yang Sesuai Syariat

Ibadah

Hikmah Sumpah Surah Al-Fajr Hikmah Sumpah Surah Al-Fajr

Surah al-Mujadilah: Khaulah binti Tsa’labah, Perempuan di Balik Turunnya Ayat Zhihar

Kajian

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

Alaa Salah, Perempuan Simbol Revolusi Sudan yang Diharapkan Meraih Nobel Perdamaian

Kajian

tantangan menjalani i'tikaf ramadhan tantangan menjalani i'tikaf ramadhan

Amalan yang Dianjurkan Ulama Saleh di Bulan Maulid Nabi

Ibadah

Biografi Ning Amiroh Alauddin Biografi Ning Amiroh Alauddin

Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Kemaslahatan Berkelanjutan

Muslimah Daily

Mengintip Dugaan Penyebab Laki -Laki Acap Kali Jadi Pelaku KDRT

Muslimah Talk

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

Mariam al-‘Ijliya al-Asturlabi Mariam al-‘Ijliya al-Asturlabi

Mariam al-‘Ijliya al-Asturlabi: Ilmuwan Muslimah Berpengaruh di Balik Astrolab

Muslimah Talk

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Doa yang Diajarkan Rasulullah pada Seseorang yang Baru Masuk Islam

Ibadah

Doa Nabi Adam dan Siti Hawa saat Meminta Ampunan kepada Allah

Ibadah

Doa menyembelih hewan akikah Doa menyembelih hewan akikah

Doa yang Diucapkan Ketika Menyembelih Hewan Akikah

Ibadah

Pratiwi Sudarmono Pratiwi Sudarmono

Pratiwi Sudarmono: Muslimah, Putri Ningrat dan Astronot Pertama Asia

Muslimah Talk

Perempuan Mengembalikan Cincin Tunangan Perempuan Mengembalikan Cincin Tunangan

Haruskah Perempuan Mengembalikan Cincin Tunangan Jika Pernikahan Batal?

Kajian

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Connect