BincangMuslimah.Com – Di antara ayat pernikahan yang paling banyak dijadikan rujukan tujuan pernikahan adalah QS. Ar-Rum ayat 21. Dalam ayat pernikahan tersebut, penulis menemukan dua kata yang memiliki sinonim makna menjadikan atau menciptakan. Apabaila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Yaitu kata khalaqa yang disambung dengan kata lakum azwajan, dan kata ja’ala yang diikuti oleh kata bainakum mawaddah warahmah.
Apakah rahasia Allah di balik dua makna tersebut? Sebelum itu, berikut ini adalah bunyi teks QS. Ar-Rum ayat 21
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya; “Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan) Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu pasangan-pasangan (hidup) dari jenis kamu sendiri, supaya kamu tenang kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti bagi kaum yang berpikir (tentang kuasa dan nikmat Allah swt).” (QS. Ar-Rum; 21)
Lafaz Ja’ala sebagaimana diungkapkan dalam kitab Al-Kaysaf karya Az-Zamakhsyari memiliki makna ahdatsa dan ansya-a yang memiliki arti memunculkan atau memperbarui, sebagaimana dalam QS. Az-Zukhruf 29. Sedangkan kata khalaqa memiliki makna at-taqdir artinya ketetapan. sebagaimana dalam QS. Al-A’raf: 189.
Perbedaan kedua kata ini ditegaskan oleh M. Quraish Shihab dalam bukunya Kaidah Tafisr Al-Qur’an bahwa perbedaan kedua lafadz itu terletak pada prosesnya. Kata khalaqa berarti mencipta, baik ciptaan itu telah ada sebelum yang ini diciptakan, maupun dalam bentuk baru. Sedangkan kata ja’ala berarti menjadikan sesuatu dari sesuatu yang lain. Oleh sebab itu ja’ala dalam aturan strukturalnya membutuhkan dua objek.
Dari makna ini, khalaqa lakum azwajan memiliki makna tersirat bahwa sesungguhnya pasangan, atau dalam hal ini disebut dengan jodoh adalah ketentuan Allah. Baik ketentuan itu dijadikan dari yang belum ada, atau dimaknai belum menjadi jodoh orang lain, atau jodoh orang lain yang kemudian menjadi jodoh kita.
Sedangkan Ja’ala bainakum azwaja memiliki makna bahwa untuk menjadikan keluarga itu selalu diliputi kasih sayang, rasa cinta, dan keharmonisan dibutuhkan adanya rasa ketenangan satu sama lain yang telah berhasil diraih sebagai tujuan dari pernikahan (dalam kata litaskunu).
Yang perlu digarisbawahi dan ditekankan sejatinya adalah proses untuk mencapai tiga kata di atas, bukanlah semata-mata takdir atau ketetapan Allah saja. Melainkan dibutuhkan andil dan usaha setiap pasangan untuk mengupayakannya melalui proses-proses yang sangat panjang. Memulai dengan pengenalan karakter satu sama lain, kemudian lahir pengetahuan, penerimaan dan berujung pada kerelaan satu sama lain.
Waallahu A’lam Bissawab