BincangMuslimah.Com – Manusia diperintahkan untuk beribadah dan tunduk kepada Allah. Macam-macam ibadah tentunya berbagai macam, salah satunya yaitu berdoa. Para ulama telah memberikan kita tips dan trik etika cara berdoa agar terkabul, salah satunya adalah Syekh Ali Jum’ah.
Berdoa adalah Bentuk Penghambaan pada Tuhan
Berdoa kepada Allah adalah bentuk penghambaan pada Tuhan. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Ghafir (40): 60 di bawah ini.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَࣖ
Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”
Doa berasal dari bahasa dua’ Arab (دُعَاء) yang artinya seruan, panggilan, dan sejenisnya. Doa bisa diartikan juga sebagai permohonan dari hamba kepada Sang Pencipta. Ketika seseorang berdoa, berarti sama halnya dengan menyeru kepada Tuhan agar hal yang diinginkannya tercapai. Dengan begitu, beberapa orang mempunyai prinsip atau cara masing-masing yang mendasar ketika meminta kepada Tuhan.
Cara Berdoa Agar Terkabul Menurut Syekh Ali Jum’ah
Sama halnya di atas, Syekh Ali Jum’ah salah satu guru besar di Azhar sekaligus mufti Mesir sebelum Syekh Syauqi Alam, mempunyai cara yang berbeda ketika berdoa untuk merayu Tuhan. Dalam sebuah pengajiannya, beliau menyebutkan bahwa ketika seseorang meminta, hal yang paling utama adalah bagaimana cara kita mendapatkan hatinya terlebih dahulu. Seperti halnya seorang anak yang meminta mainan kepada ibunya, sang anak melakukan apa saja yang disukai sang ibu untuk mendapatkan mainan tersebut. Maka dari itu, ada beberapa cara berdoa yang dipakai oleh Syekh Ali Goma.
Pertama, menyeru dengan memakai nama-nama Allah yang tercantum di asma al-husna
Asma al-husna adalah nama lain Allah dengan sifat-sifatnya yang menunjukkan bahwa kesempurnaan dan keagungan-Nya. Sebagaimana tercantum dalam Alquran bahwa asma al-husna digunakan untuk bertawasul kepada Allah dalam meminta sesuatu yang diinginkan dengan pujian nama-nama di dalam asma al-husna.
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Al-A’raf:80).
Dalam setiap doa, bisa diselipkan atau diserukan dengan memanggil Allah dengan namanya, seperti, يَا رَحْمن-يَا عَالِمُ – يَا مَالِك dan sebagainya. Panggilan tersebut digunakan untuk merayu Allah dengan pujian nama beserta sifatnya yang kemudian membaca shalawat atas Nabi.
Kemudian, dalam sebuah tafsir juga disebutkan bahwasanya hanya Allah semata yang memiliki segala nama yang bermakna baik. Karena kesempurnaan tersebut, Allah tidak dapat diseru kecuali dengan nama tersebut, atau digunakan dalam beribadah atau meminta.
Kedua, membaca shalawat kepada Rasulullah
Setelah memberi pujian kepada Allah, rangkaian doa dilanjutkan dengan membaca shalawat kepada Rasulullah untuk meminta syafaat dan pertolongan.
Ketiga, menyebutkan hajat atau keinginan pribadi
Setelah memuji Allah dengan asma-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah, rangakaian doa dilanjutkan dengan menyebutkan apa yang kita inginkan.
Dari cara tersebut, dapat disimpulkan bahwa doa merupakan kebutuhan seorang hamba kepada Sang Pencipta atas apa yang diinginkan. Berdoa juga bukan semata-mata meminta sesuatu dari Allah, tetapi lebih dari itu. Berdoa memperlihatkan diri sebagai hamba yang lemah dan serba keterbatasan di hadapan Allah, dengan berdoa sesuai dengan etika.