BincangMuslimah.Com- Dalam tadabbur surah Yasin ayat ke 10-11 menjelaskan bahwa Allah memberi petunjuk kepada Rasul bahwa peringatan atau dakwah hanya bagi orang-orang yang mau membuka hatinya dan menerima risalah Islam. Sebab Nabi Muhammad terus menerus mendapat penolakan ketika berdakwah kepada orang-orang kafir. Setelah pada ayat sebelumnya (Tafsir Surat Yasin Ayat 7-9) menegaskan bahwa orang-orang yang menolak dakwah Nabi saw akan mendapatkan balasan berupa malapetaka. Allah berfirman:
وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ. إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
“Dan sama saja bagi mereka (orang kafir yang demikian itu keadaan mereka), apakah engkau (wahai Muhammad), memperingatkan mereka atau tidak memperingatkan mereka. Mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya engkau (Muhammad) hanya memberi peringatan (hanya bermanfaat peringatanmu) bagi seiapa yang mengikuti al-Dzikr (al-Quran) dan yang takut kepada Yang Maha Pemurah, sedang (Dia) gaib. Maka karena itu sampaikanlah berita gembira kepadanya tentang pengampunan Allah dan ganjaran yang mulia.” (Q.S. Yasin: 10-11)
Penjelasan dari Ulama Tafsir
Imam al-Zamakhsyari dalam Tafsir al-Kassyaf menfasirkan bahwa tujuan (al-bughyah) untuk menyampaikan risalah Islam dengan peringatan dan kabar gembira. Tetapi hanya bagi orang orang yang mau menerima dan mengikuti al-Quran.
Syekh Wahbah al-Zuhaili menambahkan bahwa ada dan tidaknya peringatan adalah sama saja bagi orang-orang yang telah persisten pada kekafiran mereka. Karena dakwah tidak akan efektif dan tidak akan berguna bagi mereka, selagi mereka tidak memiliki kecenderungan dan predisposisi untuk menerima kebenaran, tunduk kepada seruan Allah, dan memerhatikan bukti-bukti petunjuk tentang kebenaran risalah Nabi saw, serta merenungkan keajaiban-keajaiban alam semesta yang menjadi bukti petunjuk akan wujud Allah dan keesaan-Nya.
Sementara Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa setiap orang hakikatnya memiliki potensi yang sama untuk dapat menerima hidayah. Akan tetapi sebagaimana ilustrasi keadaan mereka pada ayat sebelumnya, yakni mereka enggan beriman. Oleh karenanya dakwah dan peringatan hanya bermanfaat bagi orang-orang yang mau mengasah potensi keimanannya sehingga bersedia dan bersungguh-sungguh mengikuti Quran al-Karim.
Ibnu ‘Asyur memberi penafsiran terkait dengan kata ittaba’a dalam man ittaba’a al-Dzikra pada ayat 11. Maknanya, tidak hanya membenarkan dan mengikuti apa yang Nabi sampaikan, tetapi juga melakukan refleksi (tadabbur) sehingga mengamalkan ajaran yang terdapat di dalam Al-quran. Ia juga memberikan kisah sahabat Umar bin Khattab ketika masuk Islam setelah mendengarkan dan membaca Alquran (surah Taha). Sayyidina Umar membaca dan melakukan tadabbur atas apa yang dibacanya, lalu beliau pun beriman.
Teladan Dakwah Nabi dengan Kasih Sayang
Ketika menyampaikan risalah dari Allah, Nabi Muhammad terus menerus mendapat berbagai penolakan dari kaum musyrikin. Namun, beliau tetap memilih untuk memberikan peringatan kepada mereka. Hal ini agar ketika di hadapan Allah orang-orag kafir itu tidak punya alasan untuk mengelak.
Allah Yang Maha Tahu dan memahami bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi yang besar kasih sayangnya pada umat dan terus istiqamah berdakwah. Maka Allah merasa kasihan kepada Nabi jika sampai beliau saw terus berdakwah tanpa hasil kepada orang-orang tersebut. Allah kemudian memberi petunjuk sebagaimana surah Yasin ayat 7-9 di atas.
Sehingga Allah menginginkan agar mengarahkan usaha dakwah dalam kasih sayang itu kepada orang lain yang mau menerima risalah Islam dan ajaran kebaikan. Adapun kita sebagai manusia biasa, tentu saja kita tidak boleh mengatakan ‘orang ini tidak mungkin masuk Islam’. Nabi Muhammad telah memberi teladan kepada kita untuk melakukan semua dakwah dengan kasih sayang sampai akhir hayat.
Sebagaimana dalam satu kisah, ketika Nabi berdakwah, orang-orang kafir sangat menentang dakwah dan membenci beliau bahkan berusaha untuk menggelincirkan beliau. Sehingga kemudian malaikat Jabal menawarkan Nabi Muhammad untuk menghukum mereka, namun beliau tetap memilih untuk tetap bersabar dan berdakwah dengan penuh kelembutan. Akhlak inilah yang seharusnya diterapkan dalam pendidikan dan pembelajaran bagi umatnya hingga akhir zaman. Wallah musta’an.
2 Comments