BincangMuslimah.Com – Ramadan dipercayai umat muslim sebagai bulan yang sangat mulia. Bagaimana tidak, Ramadan adalah bulan di mana Alquran diturunkan kepada umat manusia di seluruh dunia. Saking mulianya, bahkan Allah Swt. memberi hadiah khusus bagi siapa saja yang berbahagia menyambut Ramadan.
Dalam hadis yang diriwayatkan An-Nasa’i dikatakan, “Barang siapa bergembira akan hadirnya bulan Ramadan, jasadnya tidak akan tersentuh sedikitpun oleh api neraka.” Mentadaburi hadits ini, ternyata masyarakat Indonesia memiliki beberapa tradisi khusus untuk menyambut bulan Ramadan.
Pertama, tradisi Megengan. Megengan menjadi salah satu tradisi masyarakat Jawa untuk menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi ini dilakukan dengan berkumpul bersama. Dimulai dengan membaca dzikir, tahlil untuk arwah keluarga yang telah wafat, dan diakhiri dengan makan bersama. Makanan yang disajikan pun merupakan hasil masakan warga sendiri yang dibawa dari rumah.
Kedua, tradisi Nyorog. Nyorog merupakan tradisi masyarakat Betawi yang diselenggarakan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Berbeda dengan Megengan, di tradisi Nyorog ini masyarakat Betawi membagikan bingkisan-bingkisan kepada sanak keluarga. Bingkisan tersebut bisa berupa bahan makanan mentah, gula, susu, kopi, ikan bandeng, daging kerbau dan makanan-makanan khas Betawi,
Ketiga, tradisi Munggahan. Muslim Jawa Barat memiliki cara tersendiri untuk menyambut bulan suci Ramadan, yakni dengan tradisi Munggahan. Tradisi Munggahan sendiri memang bervariasi bentuknya. Namun umumnya, tradisi ini berisi makan bersama kerabat atau keluarga, saling bermaafan, berdoa bersama dan bersedekah. Sejak dulu hingga kini, masyarakat Jawa Barat masih tetap antusias menggelar tradisi ini di setiap tahun.
Keempat, tradisi Malamang. Masyarakat Minang di Sumatera Barat memiliki tradisi menyambut Ramadan yang sudah sejak lama dilakukan secara turun-menurun. Yaitu, tradisi Malamang. Tradisi ini dilakukan dengan membuat makanan yang kaya gizi, mereka menyebutnya “Lamang”. Makanan yang terbuat dari beras ketan yang dimasukkan dalam buluh bambu lalu dibakar.
Kelima, tradisi Perlon Unggahan. Tradisi Perlon unggahan adalah tradisi masyarakat Banyumas Jawa Tengah untuk menyambut bulan Ramadan yang digelas seminggu sebelum bulan Ramadan. Tradisi ini dirayakan dengan mengunjungi makam Bonokeling tanpa alas kaki dengan menjinjing ‘Ambeng’. Di sana, 6 tokoh Kasepuhan berdoa dengan khusuk. Setelahnya digelar acara makan besar yang diikuti oleh warga sekitar.
Keenam, tradisi Pacu Jalur. Tradisi Pacu Jalur adalah pagelaran lomba perahu yang diadakan masyarakat Riau. Balapan perahu tersebut juga diiringi rangkaian pertunjukan tarian dan diiringi lagu tradisional. Momentum ini menjadi perhatian baik oleh warga sekitar, wisatawan lokal maupun mancanegara.
Ketujuh, tradisi Dugderan. Tradisi Dugderan merupakan salah satu tradisi masyarakat Semarang untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Dugderan terdiri dari tiga agenda. Yakni pasar malam Dugderan, ritual pengumuman awal puasa, dan kitab budaya Warak Ngendog. Dan ternyata, tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881.
Kedelapan, tradisi Balimau. Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis masyarakat Minangkabau. Tradisi ini biasa dilakukan di kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai atau tempat pemandian. Tradisi ini dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadan, dengan maksud membersihkan diri secara lahir sebelum menjalankan ibadah puasa.
Kesembilan, tradisi Nyadran. Nyadran adalah serangkain upacara yang dilakukan masyarakat Jawa berupa membersihkan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya kenduri selamatan di makam leluhur. Tradisi ini dilakukan masyarakat Jawa untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.
Terakhir, tradisi Dandangan. Tradisi Dhandhangan merupakan festival yang diadakan untuk menandai dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Dandangan dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus untuk menandai awal bulan puasa. Saat ini tradisi Dandangan juga dikenal masyarakat sebagai pasar malam yang ada setiap menjelang Ramadan.
Itulah sepuluh tradisi masyarakat Indonesia dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Mari kita sambut bulan Ramadan dengan penuh suka cita.
Editor: Zahrotun Nafisah