Ikuti Kami

Muslimah Talk

Halal Lifestyle; Tawaran Gaya Hidup untuk Muslim Perkotaan

Kesalehan dan Domestikasi Perempuan

BincangMuslimah.Com – Di tengah hiruk pikuk kehidupan urban, umat Muslim dihadapkan pada berbagai pilihan dan godaan. Halal Lifestyle hadir sebagai solusi, menawarkan gaya hidup yang sejalan dengan syariat Islam, namun tetap relevan dengan tuntutan zaman modern.

Fenomena Halal Lifestyle

Tahun 2016, untuk pertama kalinya saya menjumpai panci berlabel halal. Kaget? Pastinya donk. Dalam benak saya, mana mungkin ada seseorang di luar sana yang benar-benar makan panci. Eeeeeeh

Setahun setelahnya, saya sengaja menyempatkan untuk hadir di sebuah pameran Muslim terbesar yang diadakan di Jogja, tepatnya di gedung JEC. Niat hati seh sembari cuci mata, lihat produk-produk Muslim kekinian.

Stand demi stand saya coba berhenti, sekedar melihat, menyicipi, dan bertanya-tanya pada beberapa pedagang yang dengan sangat senang hati menjawab pertanyaan-pertanyaan receh kami. Sampailah saya di penghujung stand yang tempatnya tak begitu strategis, tapi cukup banyak calon konsumen dan pembeli yang mengitari stand tersebut.

Ditulis jelas di background utama stand tersebut “Wine Halal Pertama di Dunia”. Wow, saya kembali takjub. Seumur-umur baru kali ini saya melihat ada sebuah produk minuman yang jika dilihat dari perspektif fikih adalah haram, terus kok mendadak jadi halal. Benak saya berkecamuk, sekaligus turut melontarkan begitu banyak pertanyaan dan cukup meresahkan.

Fenomena apa ini kok sampe mengislamisasikan wine? Seberapa besar sebenarnya masyarakat Muslim yang ingin merasakan nikmatnya wine? Eeeeeeh.

Saya tak lagi peduli dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang ada di pikiran saya saat itu tentu saja mencoba minum wine untuk pertama kalinya dalam hidup. Sebagai Muslim yang baik, uhuk, pastinya saya berupaya untuk memasukkan apapun, khususnya makanan dan minuman halal ke dalam perut saya agar keberkahan hidup senantiasa menyertai, begitu kurang lebihnya ceramah yang kerapkali saya dengarkan dari Pak Kiai di pondok.

Tibalah waktunya mas-mas berkulit sawo matang dengan postur yang cukup tinggi menuangkan beberapa mili wine ke dalam gelas yang sudah saya siapkan. Pilihan saya tentu saja yang original, karena wine ini diproduksi dari Spanyol yang dikenal dengan anggurnya dengan kenikmatan tiada tara.

Wine sudah di tangan, keinginan untuk langsung meneguk-nya pun ada sedikit drama. Otak saya seketika memutar kembali dogma-dogma fikih yang sudah lama saya pelajari tentang haramnya wine. Meskipun yang ada di tangan saya ini sudah diklaim halal. Ada perasaan yang campur aduk, saling tarik menarik, muncul juga ketidakpercayaan pada produk ini. Jaminannya apa kalau halal? Apa iya halal beneran?

Tanpa pikir panjang, saya teguk segelas wine di tangan saya yang nikmatnya masih menyisakan kenangan di tenggorokan.

Baca Juga:  Larangan Mengabaikan Konteks dari Teks tentang Sifat Allah

Sembari minum wine, saya merapal doa sekuat tenaga. Kira-kira seperti ini;

“Gusti, saya pasrah dan tawakal. Kalau memang wine ini benar-benar halal, saya bersyukur. Kalaupun dalam proses penghalalannya tidak jelas dan masih menyisakan keharaman, semoga dosanya Kau limpahkan pada si penjual. Lah, salah sendiri pasang logo halal.”

Begitulah cara saya bernegosiasi dengan Tuhan.

**

Sekarang sudah empat tahun lebih semenjak saya berkenalan pertama kali dengan wine halal di sebuah pameran Muslim teresar itu. Hari ini, fenomenanya bahkan semakin menjadi-jadi. Bahkan beberapa produk yang sudah mengantongi label halal tak hanya wine yang berasal dari negara-negara Barat, tapi juga bersaing dengan soju ala Korea.

Soju sudah begitu masif dijual di mana-mana. Sudah barang tentu soju-soju yang beredar massif ya yang sudah berlabel halal. Di Jogja sendiri bahkan terdapat warung bakso ternama dan mencantumkan daftar minuman Soju sebagai identitas warungnya. Spanduknya besar sekali di pinggir jalan, lebih besar dari spanduk Caleg ibukota.

Oh ya, produk halal ini bahkan juga tak lagi menyasar pada makanan dan minuman. Coba saja tengok di beberapa rak panci di Supermarket terdekat, berapa produk non makanan yang sudah bersertifikat halal? Dulu panci, sekarang mulai dari kulkas, sutil, skin care, parfum, pakaian, pariwisata dan hampir semua produk yang tidak dimakan pun perlu mencantumkan label halal.

Otak saya tentu saja meronta-ronta, ada apa sebenarnya dengan munculnya fenomena halal lifestyle yang sekarang gaungnya semakin melejit. Pemerintah bahkan membuat lembaga khusus percepatan dan jaminan halal. Kampus mulai membuka konsentrasi halal di beberapa jurusan, bahkan di beberapa sekolah juga mulai mengenalkan secara masif terkait dengan gaya hidup halal kepada peserta didiknya.

Lantas apa yang membuat gaya hidup halal atau halal lifestyle ini semakin diminati oleh masyarakat muslim terutama perkotaan, baik di pasar nasional dan global?

Jika dirunut, sebenarnya awal mula diskursus halal lifestyle ini populer di beberapa negara Barat untuk merespons permintaan pasar Muslim yang meningkat dengan jumlah produk halal yang terbatas. Di sinilah kemudian beberapa industri makanan raksasa seperti Danone, Unilever, dll ikut andil dalam menyediakan produk-produk yang diminati tak hanya untuk konsumen Muslim tapi juga beberapa komunitas lain seperti Yahudi yang juga punya syarat khusus dalam mengonsumsi makanan misalnya daging.

Permintaan ini juga seiring dengan jumlah populasi Muslim global yang diperkirakan mencapai 1,9 Miliar pada tahun 2022 menurut Pew Reasearch Institut dan tentu saja Indonesia masih menduduki di peringkat pertama sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang angkanya diperkirakan mencapai 231 juta.

Baca Juga:  Makna Ucapan “Marhaban ya Ramadhan”

Di beberapa negara Barat, jumlah para imigran Muslim yang sudah tersebar di awal-awal tahun setelah Perang Dunia II kini semakin meninggalkan banyak keturunan. Di Jerman sendiri misalnya, populasi Muslim terbesar saat ini adalah generasi ketiga imigran yang mayoritasnya berasal dari Turki. Maka tak heran wajah Islam di Jerman kental sekali dengan warna keberagamaan di Turki.

Besarnya jumlah populasi umat Muslim di negara-negara Barat ini juga diiringi dengan meningkatnya taraf kehidupan mereka dalam hal pendidikan, ekonomi, dll. Selain itu mereka juga diuntungkan karena hidup di negara yang mengedepankan keterbukaan dalam mengakses politik, sosial, dan budaya.

Hal ini menjadi penting karena ruang-ruang yang dahulunya tertutup, sekarang menjadi lebih terbuka dan mudah diakses oleh warga Muslim di beberapa negara sekuler Barat.

Dengan ini mereka lebih punya suara, pengaruh, dan juga kekuatan baik sosial dan kapital. Terlebih dengan perkembangan digital hari ini yang semakin mudah memberikan ruang komunikasi lintas batas, sehingga topik, perkembangan gaya hidup, dan tren terbaru dengan cepat bisa menyebar luas hanya dengan satu klik saja.

Meningkatnya Budaya Konsumerisme

Catatan saya sebelumnya sudah banyak membahas tentang gaya hidup Muslim urban. Mungkin dari sini kita bisa lebih luas lagi menarik benang merah bagaimana sebenarnya ekspresi-ekspresi keagamaan ini menjadi fenomena baru yang kemudian memunculkan wacana gaya hidup halal ala Muslim urban.

Dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, diskursus halal tentu tidak seramai sekarang, meskipun secara hukum fikih terma halal sudah ada bahkan sejak Nabi Muhammad menerima wahyu al-Quran. Pandangan halal pun masih terbatas pada hal-hal yang dikonsumsi seperti makanan dan minuman seperti perihal cara penyembelihan hewan, keharaman mengonsumsi daging babi, dan seterusnya. Bukan perihal barang-barang non konsumsi yang kemudian dihalalkan.

Meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat Muslim urban, ditambah dengan masuknya budaya global di Indonesia menurut beberapa pakar turut meningkatkan gaya hidup Muslim yang konsumtif. Sekarang siapa pun bisa mengonsumsi produk-produk dari luar negeri, dari segala makanan baik dari Korea atau Barat sekalipun. Nah, di sinilah kebutuhan untuk mendapatkan kejelasan hukum produk tersebut, terutama bagi umat Muslim, cukup penting.

Menguatnya kesadaran umat Muslim untuk menjadi religius juga diasumsikan menjadi salah satu faktor meningkatnya gaya hidup halal. Permintaan pasar yang semakin besar ini secara cepat direspons oleh industri-industri kenamaan untuk turut bermain dalam menjual produk-produk makanan impor yang sudah mendapatkan sertifikat halal.

Baca Juga:  Kekerasan Berbasis Gender Meningkat; Masyarakat Harus Tingkatkan Kepedulian

Tak hanya makanan, bahkan brand fashion ternama seperti Dolce and Gabbana, H&M, ZARA dll turut mengeluarkan item fashion halal yang ditujukan ke pasar masyarakat Muslim global yang jumlahnya dari tahun ke tahun cukup menjanjikan. Maka tak heran, konsep halal ini bagi sebagian orang dianggap kian rancu dan hanya berkedok bisnis belaka.

Halal is Green

Beberapa tahun terakhir, di dunia Barat khususnya di Australia, permintaan produk-produk halal meningkat pesat. Tidak hanya karena meningkatnya jumlah warga Muslim dan imigran Muslim yang terus bertambah, tapi juga keselarasan pesan dan juga munculnya kesadaran yang tinggi terhadap isu-isu lingkungan yang selaras dengan bagaimana produk halal ini disajikan untuk masyarakat.

Kesamaan awareness inilah yang kemudian juga menjadi faktor penting kenapa masyarakat Barat yang non-Muslim juga turut mengonsumsi produk-produk halal, tanpa terbatas pada produk perdagingan saja.

Misalnya tentang kosmetik halal. Kosmetik halal diproduksi dengan tidak menggunakan bahan-bahan yang dilarang dalam Syariat Islam, seperti GMO atau tidak mengandung hewan-hewan, sekaligus juga cara penyembelihannya yang tidak sesuai ajaran Islam.

Konsep tentang kosmetik halal yang aman, bersih, higienis, dan ramah lingkungan menjadi simbol produk yang sangat digemari oleh masyarakat global dengan latar belakang keagamaan yang berbeda.

UAE bisa dikatakan sebagai salah satu negara pertama dalam memproduksi kosmetik halal. Saya ingat sekali salah satu produk brand kosmetik halal Amara yang berdiri sejak 2016 dan menjadi semacam titik poin bagaimana produk-produk kosmetik halal nan ramah lingkungan ini membuat pemahaman tentang halal menjadi semakin luas di masyarakat global. Artinya label halal tidak hanya terkait dengan ekspresi kesalehan dalam beragama, namun juga beriringan dengan isu global yaitu environmental awareness.

Halal is Green akhirnya saya pilih untuk sedikit menjelaskan tentang transformasi konsep halal yang dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat pada umumnya. Ia tak lagi menjelma sebagai sebuah ekspresi eksklusivitas sekelompok agama tertentu, namun bisa jadi juga dapat menjawab keresahan bersama tentang bagaimana agama turut berperan dalam menyelesaikan problem lingkungan dunia. Tentu saja, karena peluang cuannya juga turut meningkat, itu koentji!

Demikian penjelasan tentang Halal Lifestyle. Lebih dari halal lifestyle, bukan sekadar gaya hidup, tapi sebuah komitmen untuk hidup sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.


*Selama Ramadhan ini Bincang Syariah & Bincang Muslimah akan menghadirkan kolom artikel dari para tokoh tanah air. 

Rekomendasi

Puasa Dzulhijjah Qadha Ramadhan Puasa Dzulhijjah Qadha Ramadhan

Niat Menggabungkan Puasa Dzulhijjah dengan Qadha Ramadhan

memelihara semangat setelah ramadhan memelihara semangat setelah ramadhan

Tips Memelihara Semangat Ibadah Setelah Ramadhan

Tafsir Surah an-Nisa Ayat 4: Hukum dan Ketentuan Mahar dalam Pernikahan Tafsir Surah an-Nisa Ayat 4: Hukum dan Ketentuan Mahar dalam Pernikahan

Hikmah Disyariatkannya Puasa di Bulan Turunnya Alquran

keutamaan sedekah bulan ramadhan keutamaan sedekah bulan ramadhan

Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan

Ditulis oleh

Alumni Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir, CRCS Universitas Gadjah Mada dan Jurusan Deutsch Courses di VHS Berlin. Founder neswa.id.

543 Komentar

543 Comments

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect