Ikuti Kami

Kajian

Mahram Perempuan Keluar Rumah Menurut Ulama Kontemporer

sakit safar tidak puasa

BincangSyariah,Com- Mahram perempuan keluar rumah selalu menjadi persoalan yang selalu ada pro dan kontra. Ada yang mengatakan wajib. Artinya, seorang perempuan tidak boleh keluar rumah untuk perjalanan tanpa ada mahram. Pendapat ini banyak dipahami dan diikuti  masyarakat. Lantas sebenarnya bagaimana sejatinya mahram perempuan keluar rumah menurut ulama fikih kontemporer?

Terkait pendapat perempuan keluar rumah untuk safar (perjalanan) tanpa mahram, ada beberapa hadits yang menegaskan ketidakbolehan keluar tanpa mahram. Salah satunya adalah yang terdapat di dalam kitab Shahih Al-Bukhari, juz 2, halaman 43,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ تُسَافِرِ المَرْأَةُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَم ( تعليق مصطفى البغا) (ثلاث أيام) مسير ثلاث أيام بسير القوافل وهي مسافة القصر عند الحنفية ٍ

Artinya :”dari Ibnu Umar Ra, bahwasanya nabi Saw bersabda, ; tidak boleh bagi perempuan melakukan perjalanan selama tiga hari tanpa ditemani mahramnya” . hadits ini dita’liq oleh Syaikh Musthafa Al-Bagha “tiga hari yang dimaksud adalah jarak perjalanan kabilah-kabilah, yaitu jarak qashar shalat menurut hanafiyah.”

Jadi yang dapat dipahami dari penjelasan hadits di atas adalah seorang perempuan tidak boleh pergi sendirian dengan jarak qashar shalat (kurang lebih 48 mil) tanpa didampingi mahramnya.

Namun realita yang terjadi sekarang, ada beberapa keadaan yang memaksa kaum perempuan untuk melanggar ketentuan itu. pasalnya di zaman ini, perempuan tidak hanya berkutat di rumah saja menghabiskan waktu mengatur dan melayani keluarga.

Banyak perempuan yang jadi tulang punggung keluarga, atau menuntut ilmu di negeri orang yang tak mungkin ditemani mahram, dan ada juga yang ingin menunaikan kewajibannya ke tanah suci namun keadaan ekonomi yang tak memungkinkan untuk mengajak mahram.

Baca Juga:  Apakah Sekufu dalam Pernikahan itu Wajib?

Bagaimana pandangan ulama fiqih dengan keadaan demikian? Apakah keharaman bepergian itu tetap begitu adanya? Atau ada pengecualian? Mari kita lihat pendapat beberapa ulama terkait hal tersebut.

Pertama, perjalanan untuk haji wajib. Pelaksanaan ini boleh dilakukan perempuan meskipun sendirian. Namun ada pendapat dari imam As-Syafi’i yang membolehkan untuk haji sunah, tapi harus ada izin dari suami. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang ada di dalam kitab Al-Fiqh Al-Manhaji, juz 2, halaman 126

يجوز الخروج وحدها إذا أمن الطريق، وهذا خاص في أداء فريضة الحج، وأما في الحج غير المفروض وفي سائر الأسفار فلا بد من وجود محرم زوج أو غيره

Artinya :”seorang wanita boleh melakukan perjalanan haji meskipun sendirian apabila dalam perjalanan dijamin keamanannya. Kebolehan ini hanya tertentu untuk haji fardhu. Untuk haji sunnah dan perjalanan lainnya, harus ada mahram yang menyertainya.

Kedua, perjalanan untuk hijrah. Hijrah yang dimaksud adalah berpindah dari negara non muslim -yang dominan penduduknya kafir- ke negara muslim. Pendapat ini ada di dalam kitab Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, juz 36, halaman 206

إِلاَّ الْهِجْرَةُ مِنْ دَارِ الْحَرْبِ، فَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ عَلَيْهَا أَنْ تُهَاجِرَ مِنْهَا إِلَى دَارِ الإْسْلاَمِ

Artinya:”tidak boleh perempuan bepergian sendiri kecuali untuk pergi dari negara kafir harbi, menuju negara muslim”

Ketiga, perjalanan untuk menuntut ilmu. Perjalanan seperti ini diperbolehkan karena melihat kondisi pada zaman sekarang tentang banyaknya para mahasiswa atau pekerja imigran yang melancong ke daerah lain.

Dalil kebolehan ini sebagaimana terdapat dalam fatwa Darul Ifta Al-Mishriyyah,

والمختار للفتوى في شأن سفر المرأة لحضور منحة علمية من دون زوج أو محرم هو جواز سفرها مع الرفقة المأمونة بشرط الامان وموافقته الزوج او الولي

Baca Juga:  Pengertian Air Musta’mal dan Hukumnya untuk Bersuci

Artinya: “ pendapat yang dipilih tentang bepergiannya seorang perempuan untuk menuntut ilmu tanpa ditemani oleh suami adalah boleh. Asalkan ditemani oleh rekan terpercaya, aman, dan disertai izin dari pihak suami atau walinya”

Menilik lebih jauh, larangan tentang bepergiannya seorang perempuan tak hanya terbatas soal halal haram. Perlu kiranya menimbang dari kebiasaan adat dan sosial masyarakat. Yang mana substansi tentang larangan perempuan pergi tanpa mahram iyalah takut terjadi hal yang tak diinginkan. Solusi untuk masalah ini adalah perlunya prasyarat keamanan dan perlindungan masyarakat dalam eksistensi perempuan di ranah publik.

Sekian tulisan tentang kebolehan perempuan perempuan bepergian tanpa mahram, Semoga bermanfaat.

*Tulisan ini pernah terbit di Bincangsyariah.com

Rekomendasi

Ditulis oleh

Redaksi bincangmuslimah.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia? Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Muslimah Talk

tantangan menjalani i'tikaf ramadhan tantangan menjalani i'tikaf ramadhan

Amalan yang Dianjurkan Ulama Saleh di Bulan Maulid Nabi

Ibadah

Cara Shalat Gerhana Bulan Cara Shalat Gerhana Bulan

3 Amalan yang Bisa Dilakukan Saat Gerhana Bulan

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Sebagai Perayaan Memuliakan Perempuan

Kajian

Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban

Mengenali Dampak Kekerasan dan Upaya Membersamai Korban

Muslimah Talk

Trending

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Ibadah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Kenapa Harus Hanya Perempuan yang Tidak Boleh Menampilkan Foto Profil?

Diari

Connect