BincangMuslimah.Com – Saat berada di bawah pengasuhan pamannya, Abu Thalib, Muhammad kecil pernah menjadi perantara keberkahan di musim paceklik. Kehidupan Muhammad sebelum menjadi Nabi sebenarnya sudah menunjukkan beberapa tanda kenabian. Salah satunya adalah saat orang-orang Mekkah berdoa meminta hujan di hadapan Ka’bah. Abu Thalib bersama Muhammad kecil, ia menempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah. Hujan pun turun deras.
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menceritakan kisah hidup Muhammad sebelum mendapat risalah kenabian. Tapi sebenarnya, tanda-tanda itu sudah muncul sejak bayi. Mulai dari pengakuan Aminah yang melihat pendaran cahaya melalui jalur lahirnya Muhammad, peristiwa pembelahan dada Muhammad oleh dua sosok malaikat, dan tanda yang telah diketahui oleh seorang pendeta. Berikut beberapa penggalan kisah kehidupan Muhammad sebelum menjadi nabi.
Tanda Kenabian yang Dilihat oleh Pendeta
Saat usia Muhammad mencapai 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya melakukan perjalanan dagang ke Syam. Saat singgah di Bushra, seorang Pendeta bernama Bahira menghampiri Muhammad. Ia melihat, bahwa pohon dan bebatuan sujud pada Muhammad. Dan itu adalah salah satu tanda kenabian. Lalu ia menambahkan, tanda kenabian itu juga nampak pada Muhammad dari tanda yang ada di tulang rawan bahunya. Tanda-tanda itu terdapat dalam kitab Injil, begitu penjelasan sang Rahib. Sang Pendeta meminta Abu Thalib untuk membawa kemenakannya kembali ke Mekkah dan tidak melanjutkan perjalanannya ke Syam. Ia khawatir, keselamatan Muhammad akan terancam karena gangguan orang-orang Yahudi.
Menggembala Kambing
Beberapa riwayat menyebutkan, saat remaja, Muhammad biasa menggembala kambing milik Bani Sa’d atau milik orang-orang Mekkah dan mendapatkan imbalan. Kemudian di usianya yang ke-25, beliau mulai melakukan usaha dagang dengan menjual barang-barang dagangan milik Khadijah. Karena kepribadian Muhammad yang terkenal sangat jujur, bertanggung jawab, dan lihai dalam melakukan negosiasi, beliau dipercaya oleh Khadijah untuk menjual dagangannya ke Syam dan mendapat imbalan yang besar.
Muhammad menerima tawaran ini. Beliau pergi ke Syam bersama pembantu Khadijah, Maisaroh yang merupakan seorang laki-laki.
Menikah dengan Khadijah
Setelah perjalanan bisnis ke Syam dengan hasil yang memuaskan, Khadijah kagum pada kepribadian Muhammad. Maisaroh pun menceritakan sikap dan perilaku Muhammad yang ia temui selama perjalanan adalah orang yang sangat cerdik dan jujur. Khadijah memiliki banyak pengalaman bisnis, termasuk pengalaman kerugian akibat perilaku rekan bisnisnya. Khadijah mendapati dirinya menginginkan Muhammad menjadi pendampingnya. Ia menemui sahabatnya, Nafisah binti Munyah untuk menyampaikan hal itu kepada Muhammad.
Muhammad menyambut keinginan Khadijah. Paman-paman Muhammad pun mendatangi paman Khadijah untuk melamar. Muhammad memberikan mahar berupa 20 ekor unta muda. Muhammad saat itu berusia 25 tahun sedangkan Khadijah 40 tahun. Khadijah adalah perempuan pertama dan satu-satunya beliau nikahi sampai Khadijah wafat.
Keduanya dikaruniai tiga putra dan empat putri. Namun, ketiga putranya wafat saat masih bayi. Ketiganya adalah al-Qasim, Ibrahim, dan Abdulla. Adapun keempat putrinya adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fathimah. Putri yang bertahan usianya sampai Nabi Muhammad wafat adalah Fathimah. Sisanya wafat sebelum Nabi Muhammad wafat.
Pengambilan Keputusan Saat Renovasi Ka’bah
Bersamaan dengan usia Nabi yang ke-4, orang-orang Quraisy sepakat untuk merenovasi Ka’bah. Melihat dindingnya yang sudah mulai rapuh, terutama setelah Mekkah dilanda banjir besar. Saat itu, Ka’bah tidak memiliki atap. Akibatnya, beberapa pencuri dengan mudahnya mengambil barang-barang berharga yang disimpan di dalamnya.
Para pemuka Quraisy merenovasi bagian-bagian yang rusak dan tidak menerima sumbangan dana kecuali dari harta yang diperoleh dengan jalan yang baik. Artinya, uang dari hasil pelacuran, jual beli khimar, atau lainnya tidak diterima.
Setelah sampai pada peletakkan Hajar Aswad, mereka berselisih mengenai siapa yang pantas meletakkan kembali. Perselisihan berlangsung begitu lama, bahkan berlangsung sampai lima hari. Abu Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi memiliki tawaran solusi. Ia menawarkan, siapapun yang pertama kali masuk melalui pintu masjid saat itu, akan menjadi orang yang memutuskan tentang peletakkan Hajar Aswad.
Muhammad memberikan solusi yang cerdas dan adil. Peletakkan Hajar Aswad akhirnya menggunakan kain dan masing-masing pemuka Quraisy memegang ujung kain tersebut agar terlibat di peletakkan Hajar Aswad. Peran Muhammad saat itu membuat orang-orang Quraisy sangat terkesan dan mengakui kecerdasan beliau. Sebuah sikap yang adil dan bijaksana.
Demikianlah sepenggal kisah Muhammad sebelum mengemban risalah kenabian dan mendapatkan wahyu dari Allah melalui Jibril.
Selamat merayakan kelahiran manusia agung nan tercinta!
1 Comment