Ikuti Kami

Kajian

Kadar Najis yang Ma’fu ‘Anhu (Tolerir)

Najis ma'fu 'anhu tolerir
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Dalam kajian fikih, ada beberapa najis yang apabila mengenai tubuh, tempat, pakaian, atau benda lainnya dianggap ma’fu ‘anhu (tolerir). Artinya, najis tersebut tidak perlu dibersihkan dan dianggap diamaafkan. Tapi sejauh mana kadar najis ma’fu ‘anhu yang berimbas tidak wajibnya untuk dibersihkan?

Dalam tulisan ini, mari kita mengetahui kadar najis yang ma’fu anhu dari perspektif empat mazhab yang telah dirangkum oleh Syekh Wahbah Zuhaili dalam Mausu’atu al-Fiqh al-Islamiyah wa al-Qadha al-Mu’ashiroh.

Pertama, ulama mazhab Hanafi membatasi najis ma’fu ‘anhu pada dua jenis najis yaitu, mugholladzoh dan mukhoffafah. Kadar yang dimaafkan adalah kadar yang sedikit untuk najis yang padat maupun cair. Ukuran untuk najis benda padat seperti feses anjing atau babi adalah kurang dari satu dirham atau setara dengan 2 gram. Sedangkan najis yang berbentuk cair seperti air seni atau air liurnya berukuran kurang dari cekungan telapak tangan, yaitu saat telapak tangan menampung benda cair. Akan tetapi shalat bersama dengan najis mugholladzoh yang ma’fu ‘anhu dihukumi makruh tahrim.

Sedangkan najis muhkoffafah yang ma’fu ‘anhu adalah seukuran kurang dari seperempat benda yang terkena najis. Misal, najis tersebut mengenai anggota tangan, maka untuk bisa dihukumi ma’fu ‘anhu kadarnya harus kurang dari seperempat tangan. Sebagaimana diampuninya najis muthawassithoh yang sedikit seperti air kencing, sedikit cairan muntah yang mengenai baju karena darurat.

Hal yang perlu diperhatikan dari najis yang dima’fu anhu ini adalah keadaan yang darurat atau sulit untuk membersihkan. Karena membersihkan najis meskipun sedikit tetaplah diutamakan. Misal, najis yang sudah terlanjur terinjak kaki lalu menyebar ke beberapa tempat yang sulit diketahui. Karena ketidakjelasan tempat, kadarnya pun sedikit, dan kesulitan membersihkannya maka hal itu dimaafkan.

Baca Juga:  Haruskah Puasa Syawal Ditunaikan Langsung Setelah Idulfitri?

Kedua, ulama mazhab Maliki mengkategorikan darah, baik darah hewan, sekalipun babi atau darah manusia dalam kadar kurang dari satu dirham baghli atau setara dengan titik hitam di kaki keledai. Dan semua najis yang sulit dihindari di tempat shalat atau saat hendak melaksanakan shalat.

Begitu juga ditolerir dan diampuni bagi seseorang yang memiliki kelainan seperti penyakit beser atau istihadhoh. Misal, seseorang yang terus-menerus mengeluarkan air seni yang kemudian mengenai bajunya atau tubuhnya saat hendak atau sedang shalat. Contoh lainnya juga bagi perempuan yang terus-menerus mengalami keputihan. Hal itu ditolerir karena kesulitan menghindarinya.

Najis lainnya yang ditolerir dalam kalangan ulama mazhab Maliki adalah najis yang mengenai seorang dokter, tukang sembelih hewan, atau tukang jagal karena sulitnya menghindari najis dari tubuh dan bajunya. Selama najis tersebut dalam kadar yang sedikit. Tapi disunnahkan ia menyiapkan baju khusus untuk shalat.

Ketiga, ulama mazhab Syafi’i mentolerir darah-darah yang sedikit dari bisul, jerawat, atau luka-luka kecil yang ada di tubuh dan sulit dihindari. Begitu juga darah serangga yang darahnya tidak sampai mengalir seperti nyamuk, lalat, atau serangga lainnya. Akan tetapi, tidak seperti ulama mazhab Maliki dan Hanafi, ulama mazhab Syafi’i secara mutlak tetap mengharamkan najis yang berasal dari anjing dan babi walaupun sedikit.

Adapun kadar sedikit dalam ketentuan mazhab Syafi’i tidak diukur dengan satuan lain, tetapi dengan menurut kebiasaan masyarakat (‘urf) saja. Maka ketentuan sedikit atau banyak ditentukan menurut kebiasaan saja, tanpa ada ukuran pastinya.

Keempat, ulama mazhab Hanbali lebih ketat lagi. Najis yang ditolerir hanyalah darah yang sedikit, nanah, atau bekas luka pada tubuh karena sulit untuk membersihkannya. Begitu juga darah dalam jumlah sedikit dari manusia atau hewan yang halal atau tidak boleh dimakan. Kecuali bila darah-darah tersebut mengenai benda cair untuk bersuci, atau makanan dan minumam, maka hal itu tidak menjadi najis yang ditolerir.

Baca Juga:  Hikmah Pengharaman Menikahi Sedarah dan Saudara Sepersusuan

Begitu juga lumpur-lumpur di jalanan yang mengenai baju atau badan karena sulitnya menjaga diri dari najis tersebut. Begitu juga najis yang berasal dari orang beser atau istihadhoh karena sulitnya menjaga diri atau pakaian dari najis-najis itu.

Demikian beberapa jenis dan kadar najis yang dima’fu ‘anhu atau ditolerir. Menjaga diri dari najis terutama saat hendak beribadah adalah wajib. Namun dalam kondisi dan syarat tertentu, hal tertentu bisa ditolerir jika mengalami kesulitan. Wallahu a’lam.

 

 

Rekomendasi

Pakaian terkena Percikan Air Menggenang, Apakah bisa untuk Salat? Pakaian terkena Percikan Air Menggenang, Apakah bisa untuk Salat?

Pakaian terkena Percikan Air Genangan, Apakah bisa untuk Salat?

Pengertian Najis dalam Islam yang Perlu Kita Ketahui

ludah dan upil najis ludah dan upil najis

Apakah Ludah dan Upil Itu Najis?

Najis Ainiyah Hukmiyah Najis Ainiyah Hukmiyah

Najis Ainiyah dan Hukmiyah; Perbedaan Serta Cara Mensucikannya

Ditulis oleh

Sarjana Studi Islam dan Redaktur Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

Peluncuran Buku “Kisah Inspiratif Pemimpin Pesantren: Pengalaman Rihlah Kiai/Nyai ke Negeri Sakura Peluncuran Buku “Kisah Inspiratif Pemimpin Pesantren: Pengalaman Rihlah Kiai/Nyai ke Negeri Sakura

Peluncuran Buku “Kisah Inspiratif Pemimpin Pesantren: Pengalaman Rihlah Kiai/Nyai ke Negeri Sakura

Muslimah Daily

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan? Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Ibadah

Momentum Istimewa Dalam Bulan Zulkaidah Momentum Istimewa Dalam Bulan Zulkaidah

Momentum Istimewa Dalam Bulan Zulkaidah

Kajian

Tafsir Q.S An-Nisa' Ayat 135: Keadilan Bukan Ditentukan Oleh Sorotan Publik Tafsir Q.S An-Nisa' Ayat 135: Keadilan Bukan Ditentukan Oleh Sorotan Publik

Tafsir Q.S An-Nisa’ Ayat 135: Keadilan Bukan Ditentukan Oleh Sorotan Publik

Khazanah

Istri Pilih Karir keluarga Istri Pilih Karir keluarga

Parenting Islami : Nabi Menegur Sahabat yang Pilih Kasih kepada Anak, Ini Alasannya

Keluarga

Azan Namun Sedang Belajar: Lanjutkan Belajar atau Salat Dulu? Azan Namun Sedang Belajar: Lanjutkan Belajar atau Salat Dulu?

Azan Namun Sedang Belajar: Lanjutkan Belajar atau Salat Dulu?

Ibadah

Imam Nahe'i : Pentingnya Menghadirkan Pengalaman Perempuan dalam Penafsiran Al-Qur'an Imam Nahe'i : Pentingnya Menghadirkan Pengalaman Perempuan dalam Penafsiran Al-Qur'an

Imam Nahe’i : Pentingnya Menghadirkan Pengalaman Perempuan dalam Penafsiran Al-Qur’an

Kajian

fisik perempuan fisik perempuan

Perempuan dan Fisiknya (2)

Diari

Trending

Istri Pilih Karir keluarga Istri Pilih Karir keluarga

Parenting Islami : Nabi Menegur Sahabat yang Pilih Kasih kepada Anak, Ini Alasannya

Keluarga

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Diari

Sinopsis Film Rentang Kisah: Potret Muslimah yang Berdaya  

Diari

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan? Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Ibadah

Bagaimana Islam Memandang Konsep Gender?

Kajian

Benarkah Rasulullah Menikahi Maimunah saat Peristiwa Umratul Qadha?

Kajian

Cara Membentuk Barisan Shalat Jama’ah Bagi Perempuan

Ibadah

Kisah Hakim Perempuan yang Menangani Kasus Poligami di Malaysia Kisah Hakim Perempuan yang Menangani Kasus Poligami di Malaysia

Kisah Hakim Perempuan yang Menangani Kasus Poligami di Malaysia

Muslimah Talk

Connect