Ikuti Kami

Kajian

Sahkah Melakukan Jual Beli dengan Anak-Anak dalam Undang-undang Hukum Perdata?

rasulullah asah anak mandiri
Credit: photo from gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Jual beli adalah peristiwa yang hampir kita lihat dan lakukan setiap hari. Mulai dari membeli makanan hingga barang berharga seperti emas, tanah, dan bangunan. Jual beli akan sangat berbeda tergantung pada benda atau hal apa yang diperjual belikan. Namun, bagaimana jika jual beli tersebut dilakukan oleh anak-anak, apakah jual beli tersebut sah? Tentu pembahasan kali ini akan berfokus pada jual beli yang memiliki nilai besar, seperti rumah, tanah, dan barang berharga lainnya.

Jual beli merupakan peristiwa hukum yang akan melahirkan hak dan kewajiban bagi yang melakukannya. Menurut Subekti dalam bukunya ‘‘Hukum Perjanjian“ jual beli adalah suatu perjanjian, dimana salah satu pihak mengikatkan diri untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, dan pihak lain berkewajiban untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Masih menurut Subekti bahwa jual beli merupakan salah satu perjanjian, maka tentu haruslah tunduk pada syarat sahnya perjanjian.

Dalam sebuah perjanjian harus memenuhi 4 syarat sah perjanjian, sesuai dengan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Syarat pertama, sebuah perjanjian harus dilakukan oleh orang yang sudah cakap. Kedua, semua pihak haruslah mencapai kesepakatan, tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Ketiga, adanya hal tertentu, dalam sebuah perjanjian objek yang diperjanjikan haruslah ada dan jelas bentuknya, serta tidak bertentangan dengan undang-undang. Yang dilarang oleh undang-undang misalnya, jual beli narkoba.

Terakhir, yakni adanya sebab yang halal, maksudnya bahwa suatu sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Misalnya seseorang menjual pisau, sedang pisau tersebut hanya boleh dijual hanya untuk membunuh orang, maka perjanjian ini memiliki sebab yang terlarang.

Dua syarat pertama disebut syarat subjektif, yang mana jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan. Sementara itu, dua syarat terakhir adalah syarat objektif, yang berarti jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka perjanjian batal demi hukum. Artinya perjanjian itu akan batal dengan sendirinya. Dan dianggap tidak pernah ada perjanjian tersebut.

Baca Juga:  Marak Balap Liar, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?

Nah, bagaimana dengan “perjanjian dapat dibatalkan“ hal ini akan menjawab pertanyaan besar kita, apakah sah melakukan jual beli dengan anak kecil? Jika kita merujuk pada syarat sahnya perjanjian, maka itu termasuk dalam syarat subjektif. Masalahnya terletak pada siapa yang melakukan perjanjian, yakni seorang anak kecil. Sebuah perjanjian yang sah  harus dilakukan oleh orang yang sudah cakap.

Cakap berarti seseorang bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Berdasarkan KUH Perdata dalam buku pertama tentang orang, Pasal 330 mendefinisikan anak adalah mereka yang berusia dibawah 21 tahun, dan belum menikah. Jadi jika seseorang melakukan jual beli dengan anak yang belum berusia 21 tahun, maka perjanjiannya tidak sah. Tentu karena belum memenuhi syarat-syarat sah perjanjian. Dan perjanjian tersebut dapat dibatalkan, karena termasuk dalam syarat subjektif, yakni tentang kecakapan.

Maksudnya, salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta agar perjanjian tersebut dibatalkan. Permintaan pembatalan perjanjian dilakukan oleh pihak yang belum cakap pada hakim di pengadilan. Pembatalan tersebut dapat dilakukan setelah si anak sudah memasuki usia dewasa, atau bisa juga dilakukan oleh orang tua/wali. Namun, hak untuk memintakan pembatalan perjanjian ini dibatasi dalam kurun waktu 5 tahun sejak orang tersebut dianggap cakap oleh hakim, sesuai dengan pasal 1454 KUH Perdata. Jika perjanjian tidak dimintakan pembatalan, maka perjanjian tersebut tetap mengikat.

Rekomendasi

menjual buah masih pohon menjual buah masih pohon

Bolehkah Menjual Buah yang Masih Berada di Pohon?

Membeli Minuman Vending Mesin Membeli Minuman Vending Mesin

Bolehkah Membeli Minuman di Vending Mesin?

jual beli ijab kabul jual beli ijab kabul

Apakah dalam Jual Beli Harus Ada Ijab Kabul?

pekerja anak negatif dihapuskan pekerja anak negatif dihapuskan

Pekerja Anak yang Mengeksploitasi Harus Dihapuskan

Ditulis oleh

Alumni Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera (Indonesia Jentera School of Law).

Komentari

Komentari

Terbaru

Islam kebebasan syeikh mutawalli Islam kebebasan syeikh mutawalli

Antara Islam dan Kebebasan Menurut Syeikh Mutawalli al-Sya’rawi

Kajian

korban kdrt dapat perlindungan korban kdrt dapat perlindungan

Di Zaman Rasulullah, Korban KDRT yang Melapor Langsung Dapat Perlindungan

Kajian

tetangga beda agama meninggal tetangga beda agama meninggal

Bagaimana Sikap Seorang Muslim Jika Ada Tetangga Beda Agama yang Meninggal?

Kajian

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

doa tak kunjung dikabulkan doa tak kunjung dikabulkan

Ngaji al-Hikam: Jika Doa Tak Kunjung Dikabulkan

Kajian

rasulullah melarang ali poligami rasulullah melarang ali poligami

Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Khazanah

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

Puasa Syawal Tapi Kurang dari Enam Hari, Bagaimana Hukumnya?

Kajian

orang tua beda agama orang tua beda agama

Bagaimana Sikap Kita Jika Orang Tua Beda Agama?

Khazanah

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

Connect