Ikuti Kami

Khazanah

Sejarah Singkat Bubur Suro atau Tajhin Sora dalam Tradisi Jawa

bubur suro Tajhin Sora
kompas.com

BincangMuslimah.Com – Bagi umat Islam khususnya daerah Jawa, Muharram atau Asyura’ menjadi salah satu satu bulan yang dianggap sakral serta memiliki banyak makna. Muharram merupakan bulan pertama di tahun kalender Hijriyah yang juga bertepatan dengan bulan Suro dalam kalender Jawa.

Tanggal 1 Muharram atau 1 Suro dijadikan Tahun Baru Islam dan juga tahun baru Jawa, tanggal ini dinilai sebagai tanggal yang sangat penuh makna. Pada daerah Jawa sendiri terdapat beragam acara atau tradisi dalam rangka menyambut datangnya Tahun Baru Islam dan juga Tahun Baru Jawa. Acara tersebut mulai dari prosesi adat, melakukan tirakatan, wayangan semalam suntuk, kirab budaya dan menyajikan makanan khas tahun baru Islam.

Termasuk salah satu sajian istimewa yang menjadi ciri khas dalam menyambut tahun baru Islam adalah bubur suro atau di daerah Madura biasa disebut Tajhin Sora. Makanan yang berupa bubur ini berkomposisi beras, santan, garam, gula dan batang tumbuhan serai.

Cita rasa bubur ini sangat gurih lebih-lebih ketika disajikan dengan kombinasi serpihan jeruk bali, bulir delima, kacang, irisan mentimun serta beberapa lembar daun kemangi yang di jadikan toping di atasnya.

Sejarah Bubur Suro Tajhin Sora

Bubur suro atau Tajhin Sora biasa dijadikan sebagai salah satu sajian istimewa dalam rangka untuk menyambut Tahun Baru Islam karena memiliki makna atau filosofi yang sangat mendalam. Tidak serampangan, dalam sepiring bubur suro sendiri ternyata terdapat doa.

Bagi mereka yang mengosumsi bubur suro pada tahun baru Islam diharapkan diberi perlindungan oleh Allah. Selain itu juga sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas keselamatan, rahmat dan kebahagiaan yang telah diberikan Allah Swt selama ini.

Menurut Arie Novan, salah satu pemerhati budaya Jawa, Bubur Suro merupakan lambang dari bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh. Konon hidangan ini sudah ada sejak zaman pemerintahab Sultan Agung Tirtayasa bertahta di Jawa. Terlepas dari apapun itu tentu bubur Suro ini merupakan refleksi dari masyarakat Jawa atas berkah dan rezeki yang di berikan Allah kepada mereka.

Baca Juga:  Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Di Bulan Muharram

Tidak hanya itu, dalam literatur sejarah Islam ternyata Bubur suro juga dimaknai sebagai simbol untuk memperingati hari kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun. Bubur Suro konon juga dianggap sebagai peringatan atas kemenangan Nabi Muhammad dalam perang Badar melawan musuh Islam.

Sedangkan sumber lainnya lagi menyebutkan bahwa Bubur Suro dibuat dalam rangka untuk mengenang hari di mana Nabi Nuh selamat setelah 40 hari mengarungi banjir besar yang melanda dunia saat itu. Hal ini seperti yang tertera pada kitab ulama klasik, di antaranya Kitab Nihayatuz Zain Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani, Nuzhalul Majalis karya Syaikh Abdul Rahman Al-Usfuri, dan Jam’ul Fawaid karya Syaikh Daud Fatani.

Diceritakan ketika itu Nabi Nuh bertanya kepada para sahabatnya masih adakah makanan yang tersisa di dalam kapal. Lalu sahabatnya menjawab “Masih ada wahai Nabi”, dengan menyebutkan bahan makanan yang tersisa mulai dari kacang poi, kacang adas, ba’ruz, tepung, dan kacang hinthon. Bahan tersebut kemudian dimasak secara bersamaan.

Ini yang kemudian menjadi cikal bakal hidangan lezat yang kini dinamakan Bubur Suro. Hidangan tersebut terbuat dari beras yang dimasak dengan aneka bumbu dan rempah tradisional seperti santan, serai, dan daun salam sehingga rasanya lebih lezat daripada bubur biasanya.

Tak hanya dinikmati sebagai makanan untuk menyambut tahun baru Islam, di berbagai negara seperti Brunei darussalam dan Malaysia, bubur suro juga disajikan sebagai menu ketika buka puasa Asyura’. Di daerah lain, bubur suro ini juga dibuat dalam jumlah banyak dan dibagikan ke masyarakat sebagai bentuk sedekah.

 

Rekomendasi

Beberapa Kesunahan 10 Muharram Beberapa Kesunahan 10 Muharram

Beberapa Kesunahan pada 10 Muharram

puasa asyura bulan muharram puasa asyura bulan muharram

Keutamaan Puasa Asyura di Bulan Muharram

puasa syaban izin suami puasa syaban izin suami

Alasan Disunnahkan Puasa Tasu’a di Bulan Muharram

Beberapa Kesunahan 10 Muharram Beberapa Kesunahan 10 Muharram

Lima Amalan yang Dianjurkan di Bulan Muharram

Ditulis oleh

Santri Tahfidz Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuwangi Jawa Timur

Komentari

Komentari

Terbaru

Pembubaran Ibadah Katolik Pamulang Pembubaran Ibadah Katolik Pamulang

Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik di Pamulang: Islam Melarang Menyakiti Umat Beda Agama

Kajian

pekerja migran dilarang jilbab pekerja migran dilarang jilbab

Ketika Pekerja Migran Dilarang Majikannya untuk Memakai Jilbab, Apa yang Harus Dilakukan?

Kajian

Menjawab Salam Agama Lain Menjawab Salam Agama Lain

Haruskah Menjawab Salam dari Pemeluk Agama Lain?

Kajian

pewarna karmin halal dikonsumsi pewarna karmin halal dikonsumsi

Apakah Makanan dari Pewarna Karmin Halal Dikonsumsi? Berikut Fatwa para Ulama Dunia

Video

Pembangunan Ibadah Agama Lain Pembangunan Ibadah Agama Lain

Nabi Pernah Memerintahkan Sahabat untuk Membantu Pembangunan Rumah Ibadah Agama Lain

Khazanah

Kenaikan Suhu Udara Ekstrem Kenaikan Suhu Udara Ekstrem

Waspada Dampak Kenaikan Suhu Udara Ekstrem bagi Perempuan

Muslimah Daily

Nyai Nafiqah ulama perempuan Nyai Nafiqah ulama perempuan

Nyai Nafiqah: Sosok Ulama Perempuan dan Istri Kyai Hasyim

Khazanah

fatimah ahli fikih uzbekistan fatimah ahli fikih uzbekistan

Fatimah as-Samarqandi, Sang Ahli Fikih Perempuan dari Uzbekistan

Khazanah

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

Connect