BincangMuslimah.Com – Menangis dapat terjadi dalam berbagai macam situasi. Akibat merasa sedih, mendapatkan kegagalan, kehilangan, atau perasaan negatif seperti kemarahan dan rasa bersalah. Bukan hanya itu, menangis juga biasanya diakibatkan oleh rasa puas atau kebahagiaan yang tak terkira. Biasanya istilah “menangis” lebih identik dengan perempuan. Mengapa perempuan mudah menangis?
Ada beberapa faktor penting yang membuat seseorang cenderung mudah untuk menangis. Misalnya perbedaan gender. Selama beberapa dekade, para peneliti di seluruh dunia telah mengekplorasi hal tersebut. Hasilnya, semua penelitian mencapai kesimpulan yang sama: Wanita lebih banyak menangis daripada pria. (dikutip dari American Psychological Association, Februari 2014, Vol. 45, No. 2)
Ahli biokimia William H. Frey, PhD, (1980-an) menemukan bahwa wanita menangis rata-rata 5-3 kali sebulan. Sementara pria menangis rata-rata 1-3 kali per bulan. Definisi tangisan ini mulai dari mata lembab hingga isakan penuh. Menurut penelitian yang lebih baru oleh Lauren Bylsma, PhD, dari University of Pittsburgh (Journal of Research in Personality, 2011) juga menyampaikan hasil rata rata yang sama.
Secara biologis ada alasan mengapa wanita lebih sering menangis daripada laki-laki:
Hormon
Dalam diri perempuan terdapat hormon prolaktin. Semakin tinggi hormon prolaktin, semakin mudah perempuan menangis. Hormon prolaktin diproduksi oleh kelenjar hiposis yang berhubungan dengan emosi. Menurut ahli biokimia William H. Frey, PhD, (1980-an), air mata emosional mengandung prolaktin. Pada perempuan dewasa, kadar prolaktin serum mencapai 60 % di atas lelaki. Besarnya yakni sekitar sekitar 25 nanogram per millimeter (dalam keadaan tidak hamil). Sedangkan hormon prolaktin pada pria hanya sekitar 17 nanogram per millimeter. Pada masa sebelum pubertas, kadar prolaktin perempuan dan laki-laki hampir sama. Mungkin hal tersebutlah yang membuat tingkat menangis anak perempuan dan anak laki-laki sebelum pubertas cenderung sama.
Sedangkan pada laki-laki juga ada hormon testosteron. Hormon tersebutlah yang dapat menghambat keluarnya air mata. Jika seorang laki-laki dilakukan tindakan medis yang memerlukan pengobatan dengan cara menurunkan horman tertosteron, maka laki-laki tersebut akan cenderung lebih emosional (bisa jadi mudah menangis).
Hormon sangat berpengaruh pada perempuan untuk mengeluarkan air mata. Misal saja saat hamil dan menyusui, hormon prolaktin bisa menjadi 10-20 kali lipat dari keadaan normal. Tidak heran jika dalam situasi ini, para perempuan lebih sensitif dan mudah menangis.
Saluran Air mata
“Beberapa penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa pria memiliki saluran air mata yang lebih besar di mata mereka, sehingga kecil kemungkinan untuk membuat air mata ke titik tumpah dari kelopak mata ke pipi,” menurut Geoffrey Goodfellow, seorang profesor di Illinois College of Optometry di Chicago.
Pada tahun 1960, dilakukan penelitian lain dengan mengukur tengkorak perempuan dan laki-laki, didapatkan hasil bahwa perempuan memang memiliki saluran air mata yang lebih pendek dan dangkal. Sedangkan saluran air mata pada laki-laki lebih besar dari perempuan.
Fakta bahwa saluran air mata laki-laki lebih besar dari perempuan membuat laki-laki lebih mampu menahan air mata jauh lebih besar dari pada perempuan. Sehingga, kemungkinan air mata laki-laki tumpah dari kelopak mata ke pipi lebih kecil. Oleh karena itu, mudah saja bagi perempuan untuk menumpahkan air matanya.
Selain alasan biologis, penyebab lain yang memudahkan perempuan menangis yakni karena stigma budaya masyarakat bahwa seorang perempuan itu cengeng dan laki-laki harus kuat. Inilah alasan yang menjadi pemicu mengapa laki-laki lebih sulit untuk menangis. Menangis bagi laki-laki merupakan tindakan yang menunjukkan sisi kelemahan. Sehingga, laki-laki terbiasa untuk menahan air matanya.
Saat ini, telah terjadi pergeseran budaya. Menangis bukan lagi monopoli para perempuan. Seperti yang diamati oleh Lutz (1999) pada “Crying. The natural and cultural history of tears”, yang menjelaskan bahwa laki-laki diperbolehkan menangis. Hal tersebut untuk menunjukkan bahwa laki-laki tidak terlalu keras, tidak dingin, dan punya perasaan.
Sebaliknya, perempuan dalam politik sekarang merasa setara. Mereka mencoba untuk tidak menangis di depan umum karena takut dihakimi stereotip ” feminin ”, yaitu terlalu lemah dan emosional.
Jelas, bahwa memberikan label “cengeng” pada perempuan itu kurang tepat jika mengacu karena seorang perempuan itu mudah menangis. Ternyata ada alasan ilmiah yang membuat perempuan lebih mudah menangis dari pada laki-laki.
Melepaskan emosi dengan menangis terkadang perlu. Karena menangis bukan berarti lemah. Menangis merupakan salah satu reaksi alamiah manusia dalam menghadapi emosi.