BincangMuslimah.Com – I’tikaf atau berdiam diri di dalam masjid dengan niat ibadah adalah hal yang disunahkan dalam Islam. I’tikaf menjadi sangat disunahkan di saat bulan Ramadhan terlebih di sepuluh hari terakhirnya. Lalu, bagaimana hukum perempuan haid i’tikaf di masjid?
Dr. Mustafa Al-Khan, Mustafa Al-Bagha dan Ali Al-Syarbaji di dalam kitab Al-Fiqh Al-Manhaji Ala Madzhab Al-Imam As-Syafii menjelaskan sebagaimana berikut.
ويدخل في هذا الشرط شروط جواز اللبث في المسجد، وهي الطهارة من الجنابة، والطهارة من الحيض والنفاس، وخلو الثوب والبدن من نجاسة يحتمل أن يتلوث بها المسجد.
Dan masuk di dalam syarat ini syarat-syarat diperbolehkan berdiam diri di dalam masjid, yakni suci dari janabat, suci dari haid dan nifas, serta baju dan pakaian bersih dari najis yang dapat mengotori masjid.
Di samping itu, datangnya haid itu dapat menyebabkan rusak/batalnya i’tikaf.
مفسدات الاعتكاف
1:ـ الجماع عمداً، ولو بدون إنزال. قال تعالى: (وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ) البقرة: 187.
أما المباشرة بغير الجماع: كاللمس والقبلة، فإنها لا تبطل الاعتكاف إلا إذا أنزل
الخروج عمداً من المسجد لغير حاجة .
الردة والسكر، والجنون.
الحيض والنفاس.
Hal-hal yang dapat merusak i’tikaf adalah, 1. Bersetubuh dengan sengaja, meskipun tidak sampai mengeluarkan sperma. Allah swt. berfirman, “Dan janganlah kalian menyentuh mereka sementara kalian sedang i’tikaf di dalam masjid.” (Q.S. Al-Baqarah: 187). Adapun sentuhan dengan tanpa bersetubuh, seperti hanya memegang dan mencium, maka hal itu tidak membatalkan i’tikaf kecuali sampai keluar sperma. 2. Keluar dengan sengaja dari masjid bukan karena ada keperluan. 3. Murtad/keluar dari agama Islam, mabuk, dan gila. 4. Haid dan nifas.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat i’tikaf adalah harus suci dari hadas besar; janabat, haid, dan nifas. Bahkan ketiga hal itu termasuk dalam hal-hal yang membatalkan i’tikaf. Sehingga hukum perempuan haid i’tikaf di masjid adalah haram/tidak boleh karena tidak memenuhi syarat i’tikaf. Sementara, bagi perempuan yang sedang i’tikaf lalu ia mengeluarkan darah haid, maka i’tikafnya batal. Wa Allahu a’lam bis shawab.