Ikuti Kami

Kajian

Peran Besar Perempuan di Pertempuran Surabaya

Peran Perempuan Pertempuran Surabaya
Peran Besar Perempuan di Pertempuran Surabaya

BincangMuslimah.Com – Pertempuran Surabaya adalah peristiwa sejarah yang kita kenal dengan Hari Pahlawan (sesuai surat Keputusan Presiden (Keppres) No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 yang ditandatangani Ir Soekarno). Perang antara pasukan Indonesia yang gigih berani tanpa pantang mundur melawan tentara Inggris. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Tak hanya kaum laki-laki, terdapat catatan peran besar perempuan yang turut berjuang di balik pertempuran di Surabaya tersebut.

Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI) merupakan organisasi kelaskaran yang bersifat kemiliteran. Pembentukan organisasi kelaskaran PPRI tidak terlepas ketika pemerintahan militer Jepang di Indonesia tahun 1942. Para pemuda putri dilatih dalam barisan Joshi Seinen Shuishintai (Barisan Pelopor Wanita) yang didirikan pada tanggal 11 November 1944.

Sebelum terjun ke medan perang membantu kaum pria, para pemuda putri telah diberikan pendidikan kemiliteran. Adanya organisasi ini merupakan bukti nyata perempuan ikut berperan serta dalam pertempuran di Surabaya melawan penjajah.

Peran sebagai Garda Depan Bantuan Medis

Pertempuran Surabaya merupakan pengalaman pertama bagi para anggota organisasi PPRI untuk terjun ke medan pertempuran. Nama PPRI telah resmi dibentuk saat pertempuran 10 November 1945. Secara spontan PPRI membentuk tenaga Palang Merah Khusus.

Setelah itu, menurut Irna H.N. dalam buku Lahirnya Kelaskaran Wanita Dan Wirawati Catur Panca, PPRI selanjutnya menjadi Palang Merah tentara yang mengurus korban dalam pertempuran dari garis depan, diangkut ke pos-pos Palang Merah atau ke Rumah Sakit terdekat. Oleh karena waktu itu belum ada prajurit kesehatan, maka PPRI pimpinan Lukitaningsih inilah yang mendapat tugas.

Barlan Setiadijaya menjelaskan dalam buku 10 November 1945: Gelora Kepahlawanan Indonesia, bahwa di bawah pimpinan dokter Sutopo dan istri, latihan keterampilan P3K dan perawatan diselenggarakan di RS Simpang yang waktu itu dikenal sebagai CBZ.

Baca Juga:  Berprasangka Baik Pada Allah Melahirkan Kebahagiaan

Dalam proses desentralisasi kegiatan lingkungan, selain tugas yang digariskan dalam rencana kerja bagi satuan-satuan tugas di pos-pos yang telah ditentukan dalam kota, masih terdapat kelompok Pemuda Putri bergerak dalam lingkungan kesatuannya di berbagai sektor perjuangan.

Mengerahkan Tenaga di Dapur Umum

Selain dalam bidang kesehatan, peran perempuan di medan pertempuran Surabaya tidak bisa dianggap remeh. Kebanyakan tugas PPRI juga berkaitan dengan kegiatan lain, seperti dapur umum, membagi makanan yang dapat diambil dari kampung-kampung, maupun sumbangan yang diterima dari luar kota, untuk diteruskan kepada pejuang di garis depan daerah pertempuran.

Mereka terus memasak untuk mengisi kebutuhan logistik yang dibutuhkan para laki-laki. Bisa dibayangkan bagaimana nasib laki-laki yang sedang berperang tanpa asupan makanan? Mereka pasti akan sangat “kelabakan” dalam memenuhi asupan energi untuk perang.

Alvi Dwi Ningrum mengemukakan dalam paper berjudul Peran PRRI dalam Pertempuran Surabaya Tahun 1945, bahwa inisiatif untuk menyelenggarakan dapur umum antara lain datang dari Dariyah. Beliau pun mendatangi Doel Arnowo (ketua KNI) untuk minta izin mendapatkan beras yang disimpan di gudang Kalimas.

Setelah mendapat bantuan dari Polisi Istimewa, Bu Dar mulai mendirikan Dapur Umum Ngemplak Gentengkali. Suasana dapur umum itu terasa sangat akrab dan selalu gembira, sekalipun tidak saling mengenal sebelumnya. Ibu-ibu dibantu oleh pemudi- pemudi secara suka rela. Mereka menyumbangkan tenaga secara bergilir memasak dan membagikan.

Beberapa Peran Lainnya

Para perempuan PPRI juga bertugas sebagai pengintai bahkan menggerakkan sabotase terhadap musuh. Ada pula kelompok Dariyah dan Murtinah yang pada waktu pertempuran Surabaya mempunyai kegiatan sendiri dalam menolong para pejuang. Dariyah lebih dikenal sebagai Bu Mortir karena susur atau suginya yang tak lepas bertengger di mulut yang menjadi ciri khasnya. Kalau dia sedang geregetan, maka dilemparkannya susur tersebut seperti mortir.

Baca Juga:  Adat Kawin Tangkap Sumba, Budaya yang Mengsubordinasi Perempuan

Irna H.N. mengemukakan bahwa peran PPRI tidak hanya itu saja. Terdapat kelompok Supiyah yang giat di bidang kesejahteraan dalam Markas Besar PRI di Sociteit Simpang, kelompok Yetty Zein di bidang sosial-politik di staf Kementerian Pertahanan di gedung HVA sebagai sekretaris, juru bahasa merangkap sebagai penghubung PRI, BKR, dan PPRI. Tenaganya sangat diperlukan dokter Mustopo dalam menghadapi Jepang dan Sekutu.

Anggota PPRI juga membantu Markas Besar PRI dan Cologne kelima, sebagai caraka dan penyelidik dalam tugas membantu TKR, menyusup sebagai matamata di daerah musuh dan daerah pertempuran pada waktu itu melawan sekutu. Mereka antara lain Lukitaningsih, Tuty Amisutin, Sutiyem, dan Siti Chatijah.

Kader-kader yang digembleng di Jakarta maupun Surabaya, dengan motto “Merdeka atau Mati”, sejak awal bergerak melawan Jepang dan secara spontan didukung oleh rakyat dan pemuda-pemudi. Banyak diantara mereka yang langsung bergabung di markasmarkas perjuangan seperti BKR, TKR, BPRI (Barisan Pemberontak Republik Indonesia), Hisbullah, dan lain-lain.

Peristiwa 10 November ternyata juga mencatat peran besar kaum perempuan. Kontribusi perempuan Surabaya telah membuktikan bahwa revolusi bukan hanya milik kaum lelaki. Pada satu barisan di gugus belakang perjuangan, para mudi-mudi dan ibu-ibu telah ikut berjuang dalam kobaran semangat mempertahankan Surabaya. Mereka turut mengobati dan menyelamatkan para lelaki yang menjadi korban perang.

Rekomendasi

nyai hamdanah sejarah islam nyai hamdanah sejarah islam

Hukum Ziarah ke Makam Pahlawan

nyonya abdoerachman gerakan perempuan nyonya abdoerachman gerakan perempuan

Hari Pahlawan: Mengenal Nyonya Abdoerrachman, Pelopor Gerakan Perempuan Indonesia

mempertahankan kemerdekaan mempertahankan kemerdekaan

Peran PPRI dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Ditulis oleh

Alumni MA Salafiyah Kajen yang menamatkan kuliah di Program Jurusan Fisika Univesitas Diponegoro. Saat ini sedang merintis perpustakaan dan hobi menulis. Pernah menyabet juara 1 lomba puisi nasional dan menjuarai beberapa Lomba Karya Tulis Ilmiah.

Komentari

Komentari

Terbaru

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan? Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Ibadah

Momentum Istimewa Dalam Bulan Zulkaidah Momentum Istimewa Dalam Bulan Zulkaidah

Momentum Istimewa Dalam Bulan Zulkaidah

Kajian

Tafsir Q.S An-Nisa' Ayat 135: Keadilan Bukan Ditentukan Oleh Sorotan Publik Tafsir Q.S An-Nisa' Ayat 135: Keadilan Bukan Ditentukan Oleh Sorotan Publik

Tafsir Q.S An-Nisa’ Ayat 135: Keadilan Bukan Ditentukan Oleh Sorotan Publik

Khazanah

Istri Pilih Karir keluarga Istri Pilih Karir keluarga

Parenting Islami : Nabi Menegur Sahabat yang Pilih Kasih kepada Anak, Ini Alasannya

Keluarga

Azan Namun Sedang Belajar: Lanjutkan Belajar atau Salat Dulu? Azan Namun Sedang Belajar: Lanjutkan Belajar atau Salat Dulu?

Azan Namun Sedang Belajar: Lanjutkan Belajar atau Salat Dulu?

Ibadah

Imam Nahe'i : Pentingnya Menghadirkan Pengalaman Perempuan dalam Penafsiran Al-Qur'an Imam Nahe'i : Pentingnya Menghadirkan Pengalaman Perempuan dalam Penafsiran Al-Qur'an

Imam Nahe’i : Pentingnya Menghadirkan Pengalaman Perempuan dalam Penafsiran Al-Qur’an

Kajian

fisik perempuan fisik perempuan

Perempuan dan Fisiknya (2)

Diari

fisik perempuan fisik perempuan

Perempuan dan Fisiknya (1)

Diari

Trending

Istri Pilih Karir keluarga Istri Pilih Karir keluarga

Parenting Islami : Nabi Menegur Sahabat yang Pilih Kasih kepada Anak, Ini Alasannya

Keluarga

kedudukan perempuan kedudukan perempuan

Kajian Rumahan; Lima Pilar Rumah Tangga yang Harus Dijaga agar Pernikahan Selalu Harmonis

Keluarga

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Diari

Sinopsis Film Rentang Kisah: Potret Muslimah yang Berdaya  

Diari

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan? Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Ibadah

Bagaimana Islam Memandang Konsep Gender?

Kajian

Benarkah Rasulullah Menikahi Maimunah saat Peristiwa Umratul Qadha?

Kajian

Cara Membentuk Barisan Shalat Jama’ah Bagi Perempuan

Ibadah

Connect