BincangMuslimah.Com- Belakangan ini, ramai pembicaraan tentang kasus seorang pendakwah yang bercanda secara berlebihan dengan penjual es teh. Dalam video yang viral, muballigh tersebut terlihat menggunakan humor yang kurang pantas sehingga menimbulkan beragam reaksi negatif dari masyarakat. Meskipun niat awalnya mungkin untuk mencairkan suasana, tetapi cara bercandanya justru menyakiti perasaan banyak orang.
Kasus seperti ini sejatinya memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Salah satunya ialah dalam dakwah. Para muballigh biasanya menggunakan humor dan candaan saat menyampaikan pesan agama. Hal tersebut memang dapat menciptakan suasana yang lebih akrab, menyenangkan, dan mudah diterima oleh jamaah.
Akan tetapi, sebaliknya jika bercanda dalam dakwah dilakukan tanpa memperhatikan etika dan batasan yang ada. Sebagaimana dalam beberapa kasus, humor yang tidak tepat ataupun berlebihan justru dapat menyinggung serta menyakiti perasaan orang lain, bahkan bisa mengarah kepada kesalahpahaman dan perpecahan.
Ihwal Bercanda dan Batas-batasnya dalam Islam
Islam mengajarkan pentingnya menyampaikan dakwah dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Banyak riwayat menyatakan bahwa Rasulullah sendiri meskipun terkenal sebagai pribadi yang serius, ada kalanya beliau melemparkan gurauan yang membuat orang-orang di sekitarnya tertawa. Namun, humor beliau tidak pernah ada kebohongan, tidak merendahkan dan menyakiti hati pihak lain, serta selalu mengandung pelajaran yang mendalam.
Sebagaimana dalam riwayat masyhur, humor beliau dengan seorang badui yang meminta doanya dikabulkan. Rasulullah bukan hanya bercanda untuk menghibur, tetapi juga memberikan pengajaran yang berharga. Beliau ingin mengajarkan bahwa kadang-kadang, kita perlu merenung dan berpikir lebih dalam tentang apa yang kita inginkan dalam hidup.
Humor Rasulullah juga mencerminkan sikapnya yang rendah hati dan tidak kaku. Beliau mampu membuat suasana menjadi lebih ringan dan akrab, bahkan ketika membahas hal-hal serius seperti doa dan harapan. Ini adalah contoh bagaimana humor bisa digunakan untuk menyampaikan pelajaran penting. Dengan cara yang menyenangkan tanpa harus merendahkan dan menyakiti perasaan orang lain.
Dalam konteks dakwah, seorang muballigh atau pendakwah seharusnya mampu menghadirkan bercanda yang cerdas, mendidik, dan tidak melukai perasaan siapapun. Ada banyak cara untuk membuat jamaah tersenyum dan tertawa tanpa harus merendahkan martabat orang lain. Humor yang baik adalah humor yang mengangkat derajat kemanusiaan, bukan merendahkannya.
Sebagimana Gus Dur pernah mengungkapkan bahwa humor terbaik adalah yang mampu menertawakan diri sendiri. Sementara humor yang paling merugikan adalah saat penggunaannya untuk merendahkan mereka yang lemah, dhaif, dan tidak memiliki kuasa.
Dakwah itu Mengajak Bukan Mengejek
Islam juga mengajarkan bahwa dakwah seharusnya mengajak orang kepada kebaikan dengan penuh kasih sayang, bukan untuk mengejek ataupun merendahkan. Dalam al-Quran, surah an-Nahl ayat 125, Allah berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.”
Ayat di atas menekankan pentingnya pendekatan yang bijaksana dan penuh hikmah dalam berdakwah. Mengejek, menghina, atau merendahkan orang dengan kata-kata yang tajam meskipun hanya bercanda, apalagi dalam konteks dakwah, sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur Islam.
Dalam dakwah, humor yang berlebihan dan menyakiti audiens justru berisiko menjauhkan orang-orang dari pesan yang ingin disampaikan. Bukan rasa ingin belajar yang tumbuh, melainkan rasa malu atau bahkan perasaan terhina. Lebih-lebih lagi, jamaah yang merasa menjadi korban tersebut bisa saja kecewa dan tidak mau mengaji lagi atau bahkan enggan mengamalkan ajaran agama.
Oleh karena itu, dakwah seharusnya mengedepankan nilai-nilai moral dan spiritual yang terkandung dalam ajaran Islam, yakni menjaga perasaan dan martabat orang lain. Rasulullah juga telah meneladankan kepada umatnya untuk selalu berdakwah dengan cara yang baik, penuh kasih, dan tanpa paksaan. Dakwah yang bijak adalah dakwah yang mengajak umat untuk meningkatkan kualitas hidup dan ibadah mereka dengan penuh penghormatan, bukan dengan cara merendahkan siapa pun. Wallah a’lam.[]
3 Comments