BincangMuslimah.Com – Ada anggapan bahwa tasawuf hanyalah dunia milik para lelaki. Hal ini disebabkan karena banyak riwayat yang disampaikan hanya menyoroti karya para sufi laki-laki. Nyaris tidak ada satu pun karya sufisme yang bisa dikatakan sebagai warisan dari para sufi perempuan, kecuali berbagai kisah kesalehan dan kearifan yang dikisahkan oleh para sufi laki-laki.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah memang kenyataan dalam sejarah Islam memang demikian? Tidak adakah perempuan yang menggeluti dunia tasawuf? Apakah memang dunia tasawuf sepenuhnya hanya milik kaum laki-laki saja?
Sebenarnya, kiprah perempuan dalam dunia tasawuf sudah dimulai sejak masa awal Islam, masa abad pertengahan, pada masa perkembangan tarekat, perkembangannya pun sampai di Indonesia. Annemarie Schimmel dalam buku Dimensi Mistik dalam Islam (1999) kisah-kisah kesalehan dan kearifan yang dikisahkan oleh para sufi laki.
Padahal, ada banyak perempuan yang disebut sebagai perempuan sufi. Sebut saja misalnya Aminah, ibunda Rasulullah Saw. dan Fatimah, putri Rasulullah Saw. yang dipuja kaum Muslim karena hubungan dekatnya dengan Rasulullah Saw.
Sementara istri itu, istri Nabi yang lain, seperti Zaynab binti Khuzaymah juga terkenal karena kebaikan hatinya dan sifat suka menolong orang lain sampai ia diberi gelar sebagai Umm al-Masâkîn yang berarti ibu orang-orang miskin.
Pada masa Rasulullah Saw. juga tercatat nama-nama perempuan yang turut berperan dalam kehidupan masyarakat dan agama, juga ada perempuan yang terkenal akan kesucian jiwanya. Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah Saw. rela mengorbankan harta benda demi mendukung perjuangan suaminya. Kekayaan tidak menjadi penghalang bagi Khadijah untuk menyucikan jiwa. Sebaliknya, ia malah menjadi sarana dalam berjuang untuk mendapatkan ridha-Nya.
Putri Rasulullah Saw., Siti Fatimah, dalam banyak riwayat dikisahkan mengemban penderitaan yang menjadi ujian dalam hidupnya untuk lebih mendekatkan diri pada Allah Swt. Penderitaan bagi Fatimah bukan alasan menjadi lemah, tapi justru menjadi sumber kekuatan untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta, Allah Swt.
Ibn Sa’ad dalam Kitab al-Thabaqat al-Kabir Jilid VIII menuliskan tentang kemuliaan para sahabat perempuan Nabi Muhammad Saw. Sahabat perempuan Rasulullah Saw. lebih senang mengorbankan harta bendanya untuk Rasulullah Saw. ketimbang digunakan untuk kepentingan diri sendiri.
Ummu Haram misalnya, tercatat sebagai seorang sufi yang makamnya ditemukan di Lanarka Siprus. Ia adalah putri Milhan dan masih memiliki hubungan dengan keluarga Nabi Muhammad Saw. Suaminya adalah Ubaydah bin al-Shamit.
Dikisahkan bahwa Ummu Haram sangat ingin mengambil bagian dalam perang setelah bermimpi bertemu Rasulullah Saw. Ia diizinkan untuk bergabung dengan bala tentara yang terjun dalam peperangan di laut. Pada tahun 27 Hijriyah, izin tersebut diturunkan oleh Utsman bin Affan untuk berperang di laut. Suami istri tersebut beserta beberapa sahabat pun berangkat dari Madinah dan memasuki Damaskus lalu melanjutkan perjalanan ke Jerusalem.
Kemudian, rombongan tersebut diserang oleh kaum kafir dan Ummu Haram pun terjatuh dari kudanya dan tewas tersungkur dengan membawa kemenangan jiwa. Saat itu juga, ia dimakamkan di tempat tersebut. Karena gugur dalam perang suci, maka Ummu Haram disebut sebagai syahidah, dan makamnya disebut sebagai makam orang sufi.
Ada banyak kisah tentang perempuan sufi pada masa awal Islam. Meskipun kisah yang diceritakan cenderung tentang suri tauladan, ada banyak pelajaran tentang sufisme yang bisa kita ambil dan dijadikan sebagai bagian dari riwayat perempuan sufi pada masa awal Islam.[]