BincangMuslimah.Com- Lubna al-Qurthubiyah atau Lubna of Cordoba (927-984) merupakan seorang muslimah yang namanya begitu terkenal di kalangan istana kekhalifahan Umayyah pada masa Khalifah ‘Abd al-Rahman III (w.961), di abad 10. Ia adalah sekretaris dan juru tulis dari Khalifah ‘Abd al-Rahman III dan putranya al-Hakam (w.976).
Menurut keterangan sejarahnya, Lubna adalah seorang budak dari Spanyol. Entah bagaimana perjalanannya hingga ia kemudian memiliki peranan penting di istana kekhalifahan Umayyah di Cordoba.
Kepala Perpustakaan Cordoba
Menurut sejarawan abad 10, Ibnu Fayyad, waktu itu di Cordoba sedang maraknya melakukan penyalinan manuskrip, di antaranya adalah Alquran yang disalin dalam aksara Kufi. Setidaknya ada seratus wanita Cordoba yang melakukan aktifitas itu. Bahkan budak-budak perempuan juga punya peranan. Mereka mengajarkan Alquran, puisi, dan kaligrafi kepada anak majikannya, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Hazm, ahli hukum dan teolog.
Kehadiran Lubna berkaitan dengan masa keemasan dari kekhalifahan di Cordoba. Pada waktu itu, ilmu pengetahuan berkembang pesat. Khalifah ‘Abd al-Rahman III membangun perpustakaan Cordoba yang kemudian menjadi perpustakaan terbesar di wilayah Eropa dan salah satu yang terpenting di dunia. Perpustakaan itu memiliki 400.000 buku.
Berkat potensi besar yang ada pada dirinya, Lubna kemudian diangkat menjadi kepala perpustakaan Cordoba. Ia tidak hanya bertanggungjawab mengurus secara operasional saja, tapi ia juga mendapat tugas untuk bepergian ke luar negeri, seperti Baghdad, Kairo, dan Damaskus, dengan tujuan untuk membeli karya-karya baru untuk perpustakaan.
Lubna juga bertugas menyalin, bahkan di antaranya Hadis, membeli buku-buku salinan teks kuno para filsuf pra-Socrates. Ia juga menerjemahkan dan memberi banyak anotasi pada karya Archimedes dan Euclid. Oleh karenanya, ia terlihat memiliki sebagian besar pengetahuan dunia yang tersimpan di kepalanya.
Pendiri Perpustakaan Medina Azahara
Lubna al-Qurthubiyah bekerjasama dengan sarjana Yahudi dan seorang pendukung, Hasdai Shaprut, untuk mendirikan perpustakaan Medina Azahara (Madinah al-Zahra) yang juga memiliki pengaruh di Cordoba. Perpustakaan itu menampung lebih dari 500.000 buku, yang secara khusus pada buku-buku astronomi dan matematika.
Tidak hanya pandai dalam tulis menulis, Lubna juga seorang matematikawan besar. Ia juga berperan sebagai guru privat matematika di luar istana. Tanpa rasa lelah, ia mengajarkannya kepada anak-anak. Saat akan kembali ke istana, anak-anak akan mengikutinya sambil membaca tabel perkalian. Ia merasa senang dan puas, karena anak-anak Cordoba belajar matematika.
Menurut salah seorang cendekiawan Andalusia, Ibn Bashkuwal, Lubna memiliki kemahiran dalam menulis, tata bahasa, dan puisi. Pengetahuannya tentang ilmu matematika juga sangat luas, serta ilmu-ilmu lainnya. Menurutnya, tidak ada orang sehebat Lubna di istana kekhalifahan Umayyah pada masa itu.
Sekalipun sulit sekali menemukan kisah hidupnya secara lengkap, namun setidaknya dari cuplikan-cuplikan kisah yang tercecer bisa terlihat bahwa perjalanan yang ia lewati sangat menakjubkan. Betapa tidak, dari seorang budak kemudian melejit menjadi seorang perempuan yang terkenal dan disegani.
Sumber Bacaan:
Muslim Women Reclaim their Gender Legacy
Mathematics in Historical Context