BincangMuslimah.Com – Mengelola emosi dengan baik merupakan bagian penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, pengendalian diri dan ketenangan hati adalah tanda kedewasaan spiritual dan merupakan akhlak yang luhur.
Al-Quran memberikan banyak petunjuk tentang mengelola emosi. Apa saja tips meregulasi emosi yang tersaji dalam al-Quran?
Surat Ali Imran ayat 134: Mengendalikan Amarah
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan amarahnya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ayat ini menegaskan bahwa menahan amarah merupakan salah satu bentuk kebaikan yang sangat dicintai oleh Allah. Sikap ini mencerminkan kekuatan iman dan pengendalian diri yang tinggi dalam diri seseorang. Dalam Islam, kemampuan untuk mengendalikan amarah bukanlah sebuah kelemahan, melainkan sebagai tanda kedewasaan spiritual dan moral.
Selain itu juga mengajarkan pentingnya kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan dan perasaan negatif. Kesabaran menjadi fondasi utama dalam meraih ketenangan hati, memperkuat hubungan dengan Allah, serta menjaga hubungan harmonis dengan sesama.
Dengan bersabar dan menahan amarah, seorang Muslim diajak untuk menjalani hidup dengan lebih bijak, tenang dan penuh kasih sayang.
Surat Al-Baqarah ayat 153: Sabar dan Salat Sebagai Kekuatan
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Surat al-Baqarah ayat 153 menegaskan pentingnya sabar dan salat sebagai dua kekuatan utama dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk menjadikan sabar dan salat sebagai penolong mereka. Ini menunjukkan bahwa sabar bukanlah sekadar kemampuan menahan emosi tanpa ekspresi, melainkan sikap mental yang kuat untuk menghadapi ujian dengan tenang, bijak dan penuh pengharapan kepada Allah.
Selain sabar, salat juga memiliki peran penting dalam menenangkan jiwa. Salat adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dan Allah, tempat seorang Muslim mencurahkan segala keluh kesah dan harapan.
Ketika seseorang menjalankan salat dengan khusyuk, ia merasakan ketenangan batin yang luar biasa. Dalam kondisi emosional yang tidak stabil, salat menjadi jalan untuk menenangkan diri, mengembalikan fokus kepada Allah dan memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi masalah.
Dengan demikian, kombinasi antara sabar dan salat menjadi fondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan. Keduanya saling melengkapi, sabar menjaga emosi dan perilaku, sementara salat menguatkan hati dan spiritualitas.
Surat Qaf ayat 18: Berpikir Sebelum Berbicara
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang mencatat.
Surat Qaf ayat 18 menyampaikan pesan yang sangat mendalam tentang pentingnya menjaga lisan, terutama saat emosi sedang memuncak. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa tidak ada satu kata pun yang diucapkan oleh manusia kecuali dicatat oleh malaikat yang selalu mengawasi.
Ketika seseorang sedang marah atau diliputi emosi negatif, sering kali lisan menjadi alat pelampiasan yang paling mudah. Kata-kata kasar, tuduhan, atau hinaan bisa keluar tanpa disadari dan dampaknya bisa sangat besar. Baik menyakiti perasaan orang lain maupun merusak hubungan.
Oleh karena itu, mengelola emosi dalam Islam bukan hanya tentang menenangkan diri, tetapi juga tentang mengendalikan lisan agar tidak melontarkan ucapan yang bisa membawa penyesalan di kemudian hari.
Kesadaran bahwa setiap ucapan kita dicatat menjadi motivasi kuat bagi seorang Muslim untuk berpikir sebelum berbicara. Hal ini juga mengajarkan pentingnya introspeksi diri dan kepekaan terhadap perasaan orang lain.
Dengan demikian, Surat Qaf ayat 18 menanamkan nilai tanggung jawab atas setiap kata yang keluar dari mulut kita. Mengelola emosi dengan baik mencakup kemampuan untuk menahan diri dari berkata buruk atau menyakitkan dan menggantinya dengan ucapan yang membawa kebaikan atau memilih untuk diam saat diperlukan. Ini bukan hanya menjaga hubungan antar sesama, tetapi juga bentuk ketaatan kepada Allah yang Maha Mengetahui segala yang kita ucapkan.
Mengelola emosi juga melibatkan pembersihan hati dari penyakit-penyakit seperti iri, dengki dan dendam. Al-Quran mendorong kita untuk berprasangka baik dan memperbanyak dzikir sebagai cara menjaga hati tetap lembut dan bersih. Dengan membiasakan diri mendekat kepada Allah, berdoa dan introspeksi diri, seseorang akan lebih mudah mengelola emosinya dan menjadikannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya.
Rekomendasi

4 Comments