BincangMuslimah.Com – Sejak akhir 2019 lalu Corona Virus Disease (Covid-19) melanda beberapa negara di dunia dan ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020 karena tingkat penyebarannya yang begitu cepat. Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan global. Selain banyak korban jiwa yang berjatuhan, pandemi Covid-19 juga menyebabkan beberapa negara seperti Singapura, Korea Selatan, bahkan Amerika Serikat mengalami resesi ekonomi.
Adapun yang menarik dari pandemi Covid-19 yang melanda negara-negara di dunia yaitu kenyataan bahwa pemimpin perempuan dinilai lebih berhasil dalam menangani pandemi Covid-19. Dikutip dari Luka Coscieme, dkk., sebagian besar negara yang dipimpin oleh perempuan lebih cepat memperkenalkan langkah-langkah restriktif pada fase awal epidemi, memprioritaskan kesehatan masyarakat daripada masalah ekonomi, serta lebih berhasil dalam meningkatkan kerja sama masyarakat.
Lihat saja bagaimana dunia memuji Republik Taiwan dan Selandia Baru, yang berhasil menangani laju Covid-19 dan berhasil selama 200 hari menurunkan angka pengidap Covid menjadi 0. Tentu saja ini berkat kerja keras rakyat Taiwan dan Selandia Baru, serta tak lepas oleh pengaruh pemimpinnya yang berhasil mengelola negara dengan baik, yaitu, Tsai Ing-wen, Presiden Republik Taiwan, dan Jacinda Ardern, keduanya adalah perempuan-perempuan perkasa yang selalu memperioritaskan kesehatan rakyatnya.
Saya menganggap Tsai Ing-Wen dan Jacinda Ardern seperti Margaret Thatcher masa kini. Ia kekeuh memegang prinsip dan penuh perhatian pada kondisi rakyatnya. Ya, keberhasilan Taiwan dan Selandia Baru dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan juga krisis ekonomi yang menjerat dunia adalah bukti tangan lembut perempuan begitu efektif dalam memimpin negara.
Selain itu, sebagian besar negara yang dipimpin oleh perempuan merupakan negara dengan fokus yang lebih kuat pada masalah kesetaraan sosial, kebutuhan manusia juga empati. Dengan begitu, negara-negara yang dipimpin oleh perempuan seperti Jerman yang dipimpin oleh Angela Markel, Denmark yang dipimpin oleh Mette Frederiksen, dan Finlandia yang dipimpin oleh Sanna Maria, memiliki catatan 1,6 kali lebih sedikit (per kapita) jumlah kematian akibat Covid-19 dibandingkan dengan negara-negara yang dipimpin oleh laki-laki.
Kenyataan bahwa pemimpin perempuan lebih berhasil dalam menangani pandemic Covid-19 mengaminkan pernyataan National Democratic Institute for International Affairs bahwa representasi perempuan dalam ruang publik khususnya ranah politik dapat meningkatkan standar kehidupan yang lebih tinggi di dalam suatu negara, produktivitas ekonomi, perkembangan positif yang dapat dilihat dari aspek pendidikan, pembangunan infrastruktur, aspek kesehatan, serta langkah-langkah konkret yang diambil untuk mewujudkan demokrasi.
Stereotipe bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah sehingga image perempuan kerapkali dilekatkan oleh para ulama tradisional tidak bisa memimpin sama sekali terpatahkan jika kita melihat fakta-fakta di atas. Fakta-fakta di atas menunjukkan bagaimana seorang perempuan justru lebih berkompeten dan membuat gebrakan nyata ketimbang dugaan-dugaan kosong yang disebarkan oleh kaum konservatif dan fundamental.