BincangMuslimah.Com – Air ketuban adalah cairan berisi nutrisi dan zat penting lain untuk melindungi dan menopang janin yag tumbuh dalam janin.
Cairan ketuban diproduksi di dalam kantong ketuban sekitar dua minggu setelah pembuahan. Komposisinya tersusun atas nutrisi, hormon, dan sel pembentuk kekebalan tubuh yang berguna untuk mendukung perkembangan janin. Warnanya bening dan sedikit kekuningan, tapi tampak jernih dan nggak berbau. Volumenya akan terus meningkat seiring bertambahnya usia janin, tapi bakal berkurang saat usia kandungan mencapai 38 minggu untuk mempersiapkan kelahiran.
Namun satu hal yang patut dikhawatirkan oleh para ibu ketika menanti kelahiran sang buah hati adalah ketika terjadi penumpukan air ketuban yang berlebih pada saat kehamilan Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan sebutan polihidramnion. Pada kehamilan normal, jumlah cairan ketuban harus tetap dalam kisaran tertentu.
Volume normal cairan ketuban bisa bervariasi tergantung ukuran bayi, minimal 500 ml dan maksimal 1000 ml. Volume cairan ketuban yang normal memuncak pada minggu ke-34 kehamilan, yakni sekitar 800 ml. Menjelang kelahiran, air ketuban akan berkurang perlahan sekitar 600 ml. Sementara pada kasus polihidramnion, volume air ketuban melampaui jumlah normal.
Menurut Dr. Risman F. Kaban, dari Departemen Opstetri dan Genekologi FK-USU, polihidramnion biasanya muncul sesudah kehamilan lebih dari 20 minggu ketika volume air ketuban lebih dari 2000 cc. Rata-rata angka kejadian polihidramnion 1; 150-200 kehamilan dan sering terjadi pada trimester terakhir. Pada kasus polihidramnion ringan gejalanya biasanya sesak nafas ringan. Pada kasus polihidramnion berat, air ketuban lebih dari 4000 cc.
Sebagian besar polihidramnion merupakan kasus ringan. Namun, ada juga kasus polihidramnion sedang hingga berat yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan dan kelahiran. Di kasus polihidramnion, risiko kelahiran prematur meningkat. Kelahiran prematur meningkatkan risiko bayi mengalami masalah kesehatan, termasuk cedera saat lahir. Polihidramnion juga dapat menyebabkan pertumbuhan janin berlebih atau makrosomia.
Janin yang terlampau besar tak bisa dilahirkan melalui persalinan normal. Polihidramnion pun dapat memicu kasus malposisi janin, di mana posisi bayi sungsang sehingga mempersulit persalinan. Kondisi paling berbahaya yang bisa disebabkan oleh polihidramnion adalah prolaps umbilical atau kasus tali pusar turun ke saluran lahir di depan bayi selama persalinan. Kondisi ini bisa membuat bayi kekurangan oksigen, dan bahkan berujung pada kematian janin.
Serangkaian faktor pun menjadi pemicu mengapa gangguan ini bisa terjadi. Beberapa di antaranya seperti gangguan kesehatan pada janin, ibu hamil yang menderita diabetes, berbagai infeksi, penumpukan cairan pada salah satu bagian tubuh janin, serta kondisi kromosom yang abnormal.
Untuk memastikan apakah sang Ibu mengalami Polihidramnion atau tidak, sangat disarankan untuk melakukan USG atau memeriksakan darah untuk mengetahui kemungkinan gejala diabetes. Saat terdiagnosis Polihidramnion, kehamilan pasien perlu diamati secara lebih rutin dan saksama oleh dokter. Penanganan oleh dokter kandungan sangat disarankan untuk mengetahui penyebab utama dari Polihidramnion ini.
Meski terlihat cukup mengkhawatirkan, kondisi Polihidramnion tidak selalu berat atau parah. Gejala yang ringan umumnya akan hilang dengan sendirinya tanpa harus melalui tahap penanganan khusus. Pasien biasanya akan disarankan untuk beristirahat sebanyak mungkin oleh dokter dan menjalani pemantauan rutin.