BincangMusllimah.Com – Salah satu scene kisah pelarian Nabi Musa dari Mesir dalam QS. Al-Qashash: 23 adalah pertemuannya dengan dua perempuan Negeri Madyan yang merupakan putri Nabi Syu’aib. Setting dalam ayat tersebut rupanya menampilkan perhatian Alquran mengenai tantangan perempuan di dunia kerja yang serupa dengan isu gender yang terjadi di tengah-tengah kita.
Sumber air Madyan adalah ibarat tempat kerja, di mana seringkali terdapat lingkaran previlese untuk laki-laki. Sebagaimana ayat tersebut mengisahkan dua putri Nabi Syu’aib yang bekerja sebagai peternak dan sedang mencari air untuk ternaknya. Namun kedua perempuan itu mendapatkan tantangan dalam pekerjaannya.
Mereka kesulitan untuk memperoleh air sebab beberapa kelompok istimewa, dalam hal ini adalah para pengembala laki-laki yang dengan mudah memonopoli sumber daya, sehingga sebagian orang seperti dua putri Nabi Syu’aib tidak bisa mendekat ke mata air.
Dalam Alquran diceritakan, “Ketika dia (Nabi Musa) sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai sekumpulan orang yang sedang memberi minum ternaknya. Dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghalau ternaknya…”(QS. al-Qashash: 23)
Nabi Musa yang menyadari bahwa kedua perempuan itu jelas kesulitan untuk mendekat ke mata air, dengan niat untuk menolong, Nabi Musa langsung menanyakan kendala yang mereka hadapi. “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” kedua perempuan itu menjawab. “Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami) sebelum para penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.” kata perempuan itu seperti diceritakan surat al-Qashash: 23.
Meski hanya satu ayat, namun ada sejumlah hikmah dari kisah tersebut. Di antaranya, Alquran yang menampilkan dua perempuan di mana dalam bahasa hari ini dapat disebut perempuan karier. Ini membuktikan Islam tidak menutup gerak perempuan dalam sejumlah sektor, khususnya dalam dunia kerja.
Dua putri Nabi Syu’aib tersebut bekerja di luar rumah, mereka merawat ayahnya yang sudah renta, mereka memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan ternak mereka. Dua perempuan tersebut melakukan pekerjaan harian yang umumnya dilakukan oleh pria pada zaman itu. Meskipun mendapatkan tantangan dalam pekerjaan seperti dijelaskan sebelumnya, tampaknya mereka biasa berusaha mengatasi kesulitan tersebut.
Maka keduanya tidak meminta bantuan secara langsung ketika kendala tersebut mendapat perhatian. Hal itu dapat dilihat dari jawaban mereka atas pertanyaan Nabi Musa dengan memberitahukan situasi yang tengah mereka hadapi. Walaupun begitu, seperti disebutkan dalam QS. Qashash ayat 24, Nabi Musa tetap membantunya.
Dalam konteks hari ini, banyak sekali perempuan bekerja dan berkontribusi pada keluarga. Sebagaimana dua perempuan Madyan yang disebut dalam Alquran, mereka juga menghadapi tantangan di dunia kerja. Mulai dari diskriminasi; seperti dalam kesempatan mendapatkan promosi, kenaikan jabatan, ataupun lapangan pekerjaan, membuat wanita harus berusaha lebih keras untuk maju dalam karirnya. Hingga kasus pelecehan terhadap perempuan di dunia kerja yang sampai hari ini kian marak terjadi.
Kisah dua putri Nabi Syu’aib di atas adalah ilustrasi sempurna dari lingkungan sosial yang kurang peka terhadap keberadaaan perempuan. Hal itu mengingatkan kita untuk memperhatikan keadaan di sekitar kita dan menyadari siapa saja yang mungkin membutuhkan dukungan dan perlindungan.
Dalam kisah itu dapat dipahami, bahwa perempuan tidak selalu ingin menyikut jalan, menerobos, bahkan sekadar untuk meminta bantuan. Namun, kepekaan dalam memotret realitas sosial yang kurang adil bagi perempuan dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya itu sangatlah penting.
Seperti Nabi Musa yang sangat peka dan membantu tanpa diminta. Inisiatif seperti itu masih sangat jarang dilakukan oleh masyarakat modern. Realitanya, masih banyak perempuan melakukan pekerjaan yang sangat berharga bagi rumah tangga, keluarga, ataupun sebagainya. Namun, tanggung jawab yang mereka emban dinilai tidak kurang penting dari laki-laki.
Demikian, itulah pelajaran hikmah dari Alquran tentang kisah dua putri Nabi Syu’aib dan tantangan perempuan dalam dunia kerja. Pada intinya, ayat ini mengajarkan kita sebagai seorang muslim agar memperhatikan orang-orang sekitar, khususnya mereka yang terjebak dalam marginalisasi. Wallahu a’lam bi as-shawwab.
1 Comment