Ikuti Kami

Kajian

Hukum Menyanyikan Ayat al-Quran

Hukum Menyanyikan Ayat al-Quran
www.freepik.com

BincangMuslimah.Com- Membaca al-Quran merupakan salah satu ibadah yang bisa dilakukan oleh setiap Muslim untuk mendapatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Akan tetapi, dalam membaca al-Quran tidak boleh sembarangan. Karena al-Quran merupakan kalamullah yang agung sehingga terdapat aturan dalam membaca al-Quran. Lantas bagaimana jika membaca al-Quran tersebut dengan nada sebagaimana bernyanyi atau bahkan bagaimana jika ada dari ayat al-Quran yang menjadi bagian dari lirik lagu?

Perintah Membaca al-Quran dengan Tartil

Seseorang yang hendak membaca al-Quran mesti memahami bagaimana cara yang benar dalam membaca al-Quran agar bacaannya bisa bernilai pahala. Seperti membaca al-Quran dengan memperhatikan hukum tajwidnya, membaca al-Quran dengan bacaan yang benar dan tidak membaca terlalu terlalu cepat. Hal ini tergambar di dalam perintah Allah di dalam QS. Al-Muzammil [73]:4:

‌وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلًا

“Bacalah al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan).”

Menurut Imam al-Mawardi di dalam kitab al-Nukat wa al-‘Uyun juz 6 halaman 126 mengatakan bahwa terdapat 3 pendapat dalam memaknai makna tartil di dalam ayat ini. menurut pendapat Ibnu Abbas dan Zaid bin Salim potongan ayat ini bermakna “jelaskanlah al-Quran dengan jelas”. Menurut Ibnu Jabir bermakna “tafsirilah al-Quran dengan tafsir”. Sedangkan menurut Ibn Bahr bermakna “bacalah al-Quran sesuai dengan aturan dan urutannya.” Pendapat yang terakhir ini menjelaskan bahwa ketika membaca al-Quran tidak boleh merubah lafaznya atau mengubah-ubah susunan lafaz.

Di dalam kitab Is’ad al-Rafiq juz 2 halaman 87, Abdullah bin Husein juga menyebutkan tentang kewajiban dengan membaca al-Quran menggunakan tajwid:

ويجب على القارئ مراعاة أحكام التجويد مما أجمع عليه القراءة كالمد والقصر والإدغام بقسميه والإظهار والإقلاب والإخفاء ويأثم بتركه ذلك على المعتمد الذي جرى عليه جمهور علمائنا

Baca Juga:  Bagaimana Hukum Memotong Kuku dan Rambut bagi yang Hendak Berkurban?

“Wajib bagi orang yang membaca al-Quran untuk memperhatikan hukum tajwid dari bacaan al-Quran yang sedang dibaca. Seperti mad (bacaan panjang), qashr (bacaan pendek), idgham beserta macam-macamnya, izhar, iqlab, dan ikhfa’. Sedangkan seseorang tersebut berdosa karena meninggalkan hukum tajwid tersebut menurut pendapat yang dipegang oleh mayoritas ulama.”

Hukum Menyanyikan al-Quran

Ketika menjadikan al-Quran sebagai nyanyian, sangat kecil kemungkinan membacanya sesuai dengan aturan dan tajwid al-Quran. Karena dalam ketika menjadi lagu atau nyanyian, memaksa al-Quran untuk mengikuti nada dari nyanyian tersebut yang membuat hukum tajwid dari al-Quran tersebut rusak. Sehingga sejatinya Rasulullah sudah mewanti-wanti umatnya agar tidak menjadikan al-Quran sebagai nyanyian. Hal ini sebagaimana penjelasan al-Zabidi di dalam kitab al-Amaly halaman 74:

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ،رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‌اقْرَؤُوا ‌الْقُرْآنَ ‌بِلُحُونِ ‌الْعَرَبِ ‌وأَصْوَاتِها، وَإِيَّاكُمْ ولُحُونَ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ، وَأَهْلِ الْفسقِ، فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ بَعْدِي قَوْمٌ يُرَجِّعُونَ بِالْقُرْآنِ تَرْجِيعَ الْغِنَاءِ وَالرَّهْبَانِيَّةِ وَالنَّوْحِ، لا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، مفتونةٌ قُلُوبُهُمْ، وقلوبُ مَنْ يُعْجِبُهُمْ شَأْنُهُمْ

“Dari Huzaifah ra ia berkata, Rasulullah saw bersabda, bacalah al-Quran sebagaimana gaya bahasa orang Arab. Janganlah kalian membaca sebagaimana gaya bahasa ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan ahli fasik. Karena sesuangguhnya akan datang setelahku satu kaum yang akan membaca al-Quran layaknya nyanyian, lagu sesembahan patung dan lagu berteriak-teriak. Bacaan tersebut tidak melalui tenggorokan mereka (tidak sampai ke hati mereka). Hati mereka terkena fitnah. Begitu pula dengan hati orang-orang yang takjub terhadap keadaan mereka.”

Berdasarkan hadis ini, membaca ayat al-Quran seperti lagu sebagaimana nyanyian hukumnya tidak boleh karena dapat merusak kesakralan al-Quran dan pesan yang ada di dalam al-Quran berpotensi besar tidak sampai ke hati pendengarnya akibat perubahan makna dan potensi adanya fokus lain terhadap nada bacaan bukan ayat itu sendiri.

Baca Juga:  Ayat Waris Menjadi Salah Satu Bukti Islam Memuliakan Perempuan

Menurut Fatwa MUI

Akan tetapi menurut fatwa MUI tahun 1983, ketika ingin menyanyikan ayat al-Quran seseorang mesti memperhatikan hukum tajwid yang ada di dalam ayat tersebut agar pesan dan makna di dalam ayat tersebut tidak rusak. Sedangkan menyanyikan terjemahan ayat al-Quran hukumnya boleh dengan syarat tetap beradab dan beretika demi menjaga keagungan dan kesakralan ayat al-Quran.

Dengan demikian yang menjadi fokus utama dalam membaca al-Quran adalah adab dan tajwid yang menunjang kejelasan makna dari ayat al-Quran. Ketika menyanyikan al-Quran menjadikan makna yang terkandung rusak dan pesan al-Quran tidak tersampaikan atau bahkan membuat kesakralan al-Quran luntur, maka hal tersebut tentu tidak diperbolehkan.

Sedangkan jika menyanyikan di sini dalam konteks memperindah bacaan al-Quran seperti tilawah dan tartil maka hal ini tidak masalah. Selagi masih menjaga hukum tajwid pada saat membacanya. Sementara melagukan terjemahan al-Quran hukumnya boleh di samping tetap menjaga adab dan etika terhadap keagungan al-Quran.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Alumnus Ponpes As'ad Jambi dan Mahad Ali Situbondo. Tertarik pada kajian perempuan dan keislaman.

Komentari

Komentari

Terbaru

Haruskah Wudu Kembali Ketika Terkena Najis Haruskah Wudu Kembali Ketika Terkena Najis

Haruskah Wudu Kembali Ketika Terkena Najis?

Ibadah

posisi imam perempuan jamaah posisi imam perempuan jamaah

Haruskah Imam Jamaah Perempuan Mengeraskan Bacaan dalam Shalat?

Ibadah

Parenting Islami : Betapa Berharganya Anak Bagi Orangtua? Ini Tiga Gambaran Al-Qur’an

Keluarga

Empat Nasihat Gus Dur untuk Putri Bungsunya

Diari

Perempuan Multitasking Dalam Pandangan Islam  

Kajian

Diskusi Cendekiawan Kontemporer Tentang Hadis Umur Pernikahan Sayidah Aisyah Diskusi Cendekiawan Kontemporer Tentang Hadis Umur Pernikahan Sayidah Aisyah

Diskusi Cendekiawan Kontemporer Tentang Hadis Umur Pernikahan Sayidah Aisyah

Kajian

Perempuan dalam Belenggu Terorisme

Kajian

Hukum Sholat Berjamaah Dengan Imam Anak Kecil Hukum Sholat Berjamaah Dengan Imam Anak Kecil

Hukum Salat Berjamaah Dengan Imam Anak Kecil

Ibadah

Trending

Perempuan Memakai Anting-anting, Sunnah Siapakah Awalnya?

Muslimah Daily

posisi imam perempuan jamaah posisi imam perempuan jamaah

Haruskah Imam Jamaah Perempuan Mengeraskan Bacaan dalam Shalat?

Ibadah

Citra Perempuan dalam alquran Citra Perempuan dalam alquran

Lima Keutamaan Asiyah Istri Firaun yang Disebut Dalam Hadis dan al-Qur’an

Kajian

Hijab Menurut Murtadha Muthahhari Hijab Menurut Murtadha Muthahhari

Lima Trik agar Poni Rambut Tidak Keluar Jilbab

Muslimah Daily

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Kapan Kita Dianjurkan Bertasbih?

Ibadah

ummu haram periwayat perempuan ummu haram periwayat perempuan

Asma’ binti Umais : Perempuan yang Riwayat Hadisnya Tersebar dalam Kutub As-Sittah

Muslimah Talk

Empat Nasihat Gus Dur untuk Putri Bungsunya

Diari

Karir Perempuan dalam Pandangan Islam  

Kajian

Connect