Ikuti Kami

Ibadah

Benarkah Ibadah Puasa Meneguhkan Spiritualitas?

BincangMuslimah.Com – Banyak orang yang menjalankan ibadah puasa tapi hanya mendapat lapar dan dahaga. Padahal, ibadah puasa tidak ditujukan pada semua makhluk, tapi hanya dikhususkan untuk orang-orang yang beriman. Keistimewaan ibadah ini berbeda dengan ibadah lain. Modal utama puasa harus beriman. Umat lain selain Islam pun mempunyai tradisi puasa sebab ibadah puasa adalah upaya atau mekanisme kontrol diri meneguhkan spiritualitas, semacam pelatihan rohani untuk kita semua untuk memahami bagaimana diri kita.

Allah Swt. berfirman dalam Q.S. al-Baqarah Ayat 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alallażīna ming qablikum la’allakum tattaqụn

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183)

Ada tiga tahapan dalam menjalankan ibadah puasa. Tiga tahapan ini dikemukakan oleh Siti Musdah Mulia dalam edisi pertama Kajian Ramadhan Muslimah Reformis bersama Musdah Mulia pada 28 April 2020 yang diselenggarakan oleh Mulia Raya Foundation (MR). Kajian ini diselenggarakan tiap hari Selasa selama bulan Ramadhan, mulai jam 16.00 WIB sampai dengan selesai. Tiga tahapan tersebut diantaranya adalah:

Pertama, orang berpuasa tapi hanya sekadar menahan hawa nafsu dan seks. Kedua, puasa sebagai pengendalian diri dari perasaan-perasaan yang tidak mengenakan orang lain dan pikiran negatif, serta mampu mengontrol diri dari perilaku dan perbuatan yang menciderai orang lain. Ketiga, tahapan membebaskan diri dari semua perilaku dan ucapan yang tidak berguna atau sudah merdeka dari kenikmatan duniawi. Melatih diri dalam tahapan ini memang sulit tapi tekad untuk membersihkan diri yang kuat akan membawa kita sampai pada level pertama, kedua, bahkan ketiga.

Baca Juga:  Empat Minuman yang Cocok Menemani Buka Puasa Selama Covid-19

Puasa Bisa Menentukan Spiritualitas Diri

Dalam banyak kajian, spiritualitas identik dengan ayat-ayat berpuasa dengan tujuan ketaqwaan. Indikasi orang bertaqwa adalah beriman. Taqwa bisa diibaratkan dengan kita yang melihat seluruh benda di dunia sebagai mata Allah Swt. Kesadaran ini tidak mudah dibangun sebab kita seringkali lupa dan terlalu asyik dalam urusan dunia. Perjuangan dibutuhkan untuk menyadari bahwa ada mata Allah Swt. yang senantiasa mengawasi. Apabila orang beriman pada Allah Swt., maka :

Pertama, ia tidak mungkin korupsi, membuang sampah sembarangan dan berbuat hal-hal buruk lain. Beriman pada Allah Swt. terdengar mudah, tapi dalam pelaksanaannya sangat sulit.

Kedua, mendirikan shalat. Shalat adalah kesalehan individual dan merupakan kebutuhan, bukan kewajiban. Shalat di sela-sela aktivitas adalah istirahat. Bukan hanya istirahat fisik, tapi juga istirahat batin untuk evaluasi dan meminta petunjuk kepada Allah Swt. Sama dengan shalat, guna puasa Ramadhan adalah untuk detox, jiwa dan raga manusia dicharge agar menambah atau memulihkan kembali kekuatan. Puasa adalah evaluasi, bukan kewajiban.

Ketiga, bersedekah untuk membangun kesalehan sosial. Sedekah bukan hanya berbentuk uang tapi juga bisa dengan menyumbangkan gagasan-gagasan yang positif dan konstruktif. Kita punya panca indera dan tubuh yang bisa disedekahkan untuk membantu orang lain. Manusia masih bisa berdiri dan bernapas tanpa bantuan ventilator adalah anugerah Allah Swt. Prinsip sharing berbagi hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi sesama adalah sedekah.

Keempat adalah beriman pada ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan kitab agama lain yang diturunkan agama sebelumnya. Percaya pada hari akhir akan membuat kita juga percaya bahwa hidup bukan hanya hura-hura. Selain itu, Al-Qur’an juga mengajarkan toleransi. Semakin kuat sikap seseorang, spiritualitas juga akan meningkat. Ada orang yang setiap hari shalat, tapi apakah shalatnya implikatif dan reflektif dalam kehidupan sehari-hari?

Baca Juga:  10 Hadis Tentang Keutamaan Puasa

Allah Swt. berfirman dalam Q.S.Al-Ankabut ayat 54 sebagai berikut:

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Utlu mā ụḥiya ilaika minal-kitābi wa aqimiṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta tan-hā ‘anil-faḥsyā`i wal-mungkar, walażikrullāhi akbar, wallāhu ya’lamu mā taṣna’ụn

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)

Prinsip shalat sama dengan prinsip puasa. Berharap dan berdoa semoga dengan puasa akan betul-betul menjadi orang yang betaqwa. Berjuang setiap hari dari level yang pertama dan meningkatkan dengan level yang paling tinggi. Memanajemen diri sangat tidak mudah—apalagi nafsu dalam diri kita—agar tidak terseret dalam hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain sebab nafsu manusia selalu menginginkan hal-hal yang instan.

Puasa di Indonesia hanya berlangsung selama 12 jam. Puasa Ramadhan yang dijalankan hasilnya tidak akan terlihat sekarang tapi akan terlihat pada 11 bulan mendatang. Hasil akan menunjukkan apakah kita bisa lebih disiplin, tanggung jawab, dan selalu melakukan introspeksi diri (muhasabah). Sebab, pasti ada saja hal-hal buruk yang manusia lakukan. Tapi, apakah kita sadar?

Banyak negara beragama yang hanya mengedepankan ibadah ritual semata. Mengedepankan ritualitas tapi tidak mengedepankan esensi dari ibadah. Nilai esensi seperti spiritulitas yakni dengan menghargai orang lain dan tidak menyakiti sesama manusia. Menghargai, disiplin, dan tanggung jawab. Pendidikan negara maju mengedepankan nilai-nilai spiritualitas. Kita mesti mencontohnya agar tak hanya mengedepankan ritualitas semata.

Baca Juga:  Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadan

 

Rekomendasi

Puasa Dzulhijjah Qadha Ramadhan Puasa Dzulhijjah Qadha Ramadhan

Niat Menggabungkan Puasa Dzulhijjah dengan Qadha Ramadhan

Kesalehan dan Domestikasi Perempuan Kesalehan dan Domestikasi Perempuan

Halal Lifestyle; Tawaran Gaya Hidup untuk Muslim Perkotaan

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

Puasa Syawal Tapi Kurang dari Enam Hari, Bagaimana Hukumnya?

memelihara semangat setelah ramadhan memelihara semangat setelah ramadhan

Tips Memelihara Semangat Ibadah Setelah Ramadhan

Ditulis oleh

Tim Redaksi Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

Maulid Nabi sebagai Momentum Mewujudkan Warisan Keadilan

Khazanah

Hukum Jual Beli ASI

Kajian

imamghazali.org imamghazali.org

Qasidah Imam Busyiri, Bentuk Cinta Kepada Nabi

Khazanah

Retno Marsudi: Diplomat Handal dengan Segudang Prestasi

Diari

Cara mendidik anak Nabi Ibrahim Cara mendidik anak Nabi Ibrahim

Teladan Rasulullah Sebagai Kepala Keluarga

Khazanah

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid? Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

Tafsir Surah al-Ahzab Ayat 21: Rasulullah Teladan Bagi Manusia

Khazanah

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Doa yang Diajarkan Rasulullah pada Seseorang yang Baru Masuk Islam

Ibadah

Doa Nabi Adam dan Siti Hawa saat Meminta Ampunan kepada Allah

Ibadah

Doa menyembelih hewan akikah Doa menyembelih hewan akikah

Doa yang Diucapkan Ketika Menyembelih Hewan Akikah

Ibadah

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Mengeraskan Bacaan Niat Puasa Mengeraskan Bacaan Niat Puasa

Doa Qunut: Bacaan dan Waktu Pelaksanaannya

Ibadah

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

mona haedari pernikahan anak kdrt mona haedari pernikahan anak kdrt

Suami Boleh Saja Memukul Istri, Tapi Perhatikan Syaratnya!

Kajian

Connect