Ikuti Kami

Diari

Perempuan Rentan Krisis Quarter Life: Kenali dan Hadapi

krisis quarter life

BincangMuslimah.Com – Tadinya tidak ada isyarat apa-apa akan terjadi sesuatu hal di hari ini. Paginya normal dan masih sempat sarapan dengan nikmat. Tentu dengan menu ala anak kos perantauan yang dituntut untuk mengikis pengeluaran yang tidak perlu. Sampai saat waktu pulang kerja tiba, pimpinan memanggil dan mengajak untuk berbicara serius empat mata. Dipecat katanya.

Perempuan itu mengangguk lalu pulang dengan hati hampa. Ada rasa gagal yang bergelut di dalam hatinya. Pikiran perempuan itu berkecamuk. Ia adalah anak pertama, perempuan sekaligus perantau. Daerah asalnya berada di seberang dan perlu modal tidak sedikit untuk pulang.

Di sisi lain saat senggang, beberapa orang menghabiskan waktu dengan berselancar di media sosial. Melihat postingan seorang kawan yang terlihat sudah melakukan banyak pencapaian. Sesaat ada jeda waktu. Membandingkan apa yang kita lakukan tidak gemilang seperti mereka. Kok hidup rasanya begini-begini saja. Ingin mencoba karena terhalang oleh realita.  Sudah mencoba namun hasil tak sama.

Dahulu, kita punya mimpi yang digadang-gadangkan akan terwujud di masa depan. Idealisme kala itu masih melimpah ruah, semangat pun tak juga berkurang. Sudah sedemikian rupa menyusun rencana. Sekuat tenaga kita usahakan dan tiap malam dibisikkan doa. Namun saat beranjak dewasa, idealisme itu mengabur dan harapan seiring waktu memudar. Yang terpikirkan kini adalah bagaimana cara bertahan hidup. Ya, idealisme memang selalu berbenturan dengan realita.

Kisah di atas adalah seletingan dinamika dalam kehidupan. Pikiran di atas sudah seperti minum obat alias sering terjadi. Lebih-lebih di zaman pandemik seperti ini. Menjadi pengangguran adalah satu dari sekian banyak masalah yang paling lumrah dihadapi. Beberapa di antara orang menganggapnya sebagai bentuk kegagalan. Merasa tidak berguna dan hanya menjadi beban bagi keluarga bagi.

Baca Juga:  Tapak Tilas Jejak Mahaguru Ulama Nusantara di Kakap Darat (Eps. 2)

Khususnya bagi perempuan. Sudah susah payah berusaha keluar dari stigma dengan berdiri tegak sendiri untuk mengeksekusi hidup agar bisa mengeskpresikan diri, semua tiba-tiba terasa berat saat menjadi pengangguran. Kesialan seperti datang bertubi-tubi. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Perempuan yang tidak bekerja, sudah dewasa dan dianggap cukup umur pun diarahkan pada sebuah pernikahan. Ada anggapan jika perempuan tidak segera menikah akan jadi beban keluarga dan tidak sedap dipandang.  Pernikahan tentu saja bukanlah sesuatu yang buruk. Tapi akan berbeda cerita jika belum siap.

Umumnya, perasaan gelisah, takut dan sedih memang sering terjadi pada usia 20-an. Dimana saat masa remaja telah terlewati, di usia inilah status dewasa mulai bertransisi. Kehidupan yang cukup ‘keras’ merubah Ideologi menjadi praghmatis. Semua adalah tentang uang. Dengan uang, apa pun dapat diukur dan dimiliki.

Perasaan gelisah dan tidak menentu di masa transisi tersebut punya istilah yang cukup ‘beken’ yaitu krisis quarter life.

Belum lagi nilai-nilai dan harapan keluarga, perempuan pun kerap dilema saat krisis quarter life melanda. Ketika banyak target yang ingin dicapai, keluarga mendesak untuk melangsungkan pernikahan dengan pelbagai alasan. Usia yang cukup matang misalnya. Apa lagi jika di tengah pengejaran pencapaian, kegagalan pun turut menerpa. Desakan itu semakin membucah.

Hal ini mungkin didukung pula oleh perbedaan cara pandang antara generasi terdahulu dengan generasi sekarang (millenial). Dimana jika para orangtua melihat bekerja merupakan upaya untuk mengejar materil,  sedangkan bagi millenial bekerja merupakan bentuk usaha mengasah diri. Tentu saja kebanyakan pekerjaan yang dicari dipilih berdasarkan kemampuan yang dikuasai dan disukai.

Lantas apa yang harus dilakukan saat krisis quarter life melanda? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menguras tekanan yang disebabkan oleh fenomena yang cukup tidak mengenakkan ini. Pertama perbanyaklah rasa syukur dengan apa yang kita dapatkan saat ini. Cobalah lihat di sekeliling kita. Entah disadari atau tidak, banyak di luar sana yang berharap bisa berada di posisi kita saat ini.

Baca Juga:  Umar bin Khaththab; Para Istri Berhak Bersuami yang Rajin Merawat Diri

Kedua, berhentilah membandingkan apa yang kita miliki dengan pencapaian orang lain. Dirimu sudah melakukan yang terbaik. Bertahan sampai saat ini adalah sebuah pencapaian luar biasa. Ketimbang memikirkan pendapat orang lain yang mengubah jati dirimu, berjanjilah mulai saat ini akan medengarkan keinginanmu sendiri. Cari potensi yang kamu dimiliki dan munculkan aksi positif.

Dan yang paling utama dari semua itu adalah jangan pernah merasa sendiri. Saat krisis quarter life, perasaan hampa dan tidak ada yang peduli rentan terjadi. Apa lagi jika dirimu saat ini adalah seorang perantau yang hidup mandiri dan jauh dari handai taulan. Perasaan ambyar akan mudah datang pada diri. Jika sudah demikian, perasaan depresi mudah menggerogoti.

Pikirkan dan rasakan, masih banyak orang-orang terkasih yang selalu menjadi support system untuk kita. Mereka selalu siap berdiri dan memberikan dukungan tanpa berharap balas. Sebut saja keluarga. Welas asih yang selalu diberikan adalah sokongan terbesar di dalam kehidupan pada setiap orang.

Lalu jangan lupakan Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Bukankah di dalam Al-Quran sudah tercantum jelas janji-Nya bahwa tiada tempat yang luput dari pengawasan-Nya?

“..Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada..” (QS. Al-Hadid/57:4)

Allah tidak pernah meninggalkan hamba. Ia melihat dan mendengar. Di dalam Al-Quran pun tertulis banyak penghiburan dimana hari tidak akan selalu mendung. Matahari akan muncul dan terbitlah pelangi.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Al-Insyirah 5-6).

 

Rekomendasi

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect