Ikuti Kami

Diari

Momen Lebaran: Kenali Dirimu untuk Jawab “Kapan Nikah”

High Angle View Portrait Of Smiling Young Woman - gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Lebaran tahun ini beda banget, kehadiran virus covid-19 membuat kebiasaan berubah, biasanya kalau lebaran gini berkumpul semua, sekarang cukup silaturahim virtual. Ada satu kebahagiaan bagi teman-teman jomblo saat momen lebaran tahun ini, apakah itu? Yups, pertanyaan “kapan nikah” turun drastis.

Pertanyaan klasik yang sangat mengusik, sebenarnya banyak meme yang muncul di media sosial sebagai balasan untuk menjawab pertanyaan itu, seperti jika ada pertanyaan kapan nikah, maka bisa dijawab “kamu kapan mati?”, “kamu kapan cerai?”, tapi itu hanya sekedar meme, dalam dunia nyata mana berani jawab begitu ya kan? Apalagi jika yang bertanya saudara-saudara tua yang harus kita hormati, paling dijawab sambil tersenyum kecut, hehe.

Tapi semua itu sudah jarang terjadi tahun ini, karena silaturrahim dibatasi virtual, jarang ada basa-basi, meskipun masih ada beberapa yang iseng nanyain itu, hehe. Sebenarnya pertanyaan “kapan nikah” hanya bisa dijawab oleh Allah SWT, karena jodoh sudah diatur oleh yang Maha Kuasa, jadi gak salah kalau kamu gak bisa jawab pertanyaan itu. Tapi tekanan dari pertanyaan “kapan nikah” yang dilakukan secara terus-menerus mampu memberikan ketidaknyamanan, bahkan bisa mempengaruhi seseorang untuk segera menikah tanpa tahu kesiapan dirinya, nah hal seperti ini yang berpotensi menimbulkan kedzaliman dalam pernikahan.

Beda lagi kalau pertanyaannya “kapan siap nikah?” nah, itu setiap individu ukurannya berbeda, karena tanggung jawab yang diemban oleh setiap orang pun berbeda. Kalau pertanyaan model begini, kemungkinan besar kamu bisa menjawabnya. Lalu apasih yang mempengaruhi kesiapan seseorang untuk menikah?

Setiap orang mempunyai perbedaan hukum nikah, karena hukum nikah selalu mengikuti kondisi orang yang bersangkutan, jadi hukum nikah gak bisa dipukul rata untuk semua orang. Seperti pelajaran yang bisa diambil dalam kitab Fiqh al-Manhaji karya Sa’id Musthafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha yang membagi hukum nikah jadi lima.

Baca Juga:  Perempuan dan Tuhannya  

Hukum asal menikah pada dasarnya adalah sunnah, kalau ini sudah tidak ada alasan lagi buat menunda menikah, dalam tahap ini kamu mempunyai kesiapan lahir dan batin, tapi bisa jadi belum menikah karena belum ketemu sama calon nya. Mencari calon pasangan memang butuh ikhitiar dan kesabaran, carilah mereka yang mau diajak bekerjasama dalam situasi apapun, komunikasi terbuka, menerapkan prinsip kesalingan (mubaadalah), demi tercapainya keluarga sakinah mawaddah dan warahmah.

Selanjutnya menikah berhukum sunnah ditinggalkan, pada kondisi ini seseorang sudah siap untuk menikah, tapi belum ada biaya buat nikah, mending cari biaya dulu, paling tidak harus mampu membiayai diri sendiri sebelum biaya untuk keluarga nanti. Misal kamu dalam kondisi ini sekarang, sudah melamar calon pasangan, nikah udah ditetapkan harinya, tapi tiba-tiba di PHK oleh perusahaan karena pandemi, yaahh.. mau gimana lagi? Tinggal satu kata, berjuang! Yakinlah Allah SWT sudah mengatur rejeki hamba-hamba Nya, tinggal kita harus berusaha semaksimal mungkin dan tidak lupa berdoa memohon pertolongan-Nya.

Hukum ketiga yaitu makruh, kamu bisa dalam kondisi ini jika memang belum siap untuk nikah, bisa karena secara lahir dan batin belum siap nikah, atau karena tidak mau nikah secara pribadi, misal tidak mau menikah karena pengalaman masa lalu yang traumatik, sehingga belum siap untuk menikah. Kondisi seperti ini tidak bisa dipaksa untuk menikah, harus ada keinginan dari yang bersangkutan untuk menikah, kembali lagi bahwa hukum nikah tergantung pada individu tersebut. Kalau masih dipakas untuk nikah, dikhawatirkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan setelah menikah, seperti terbengkalainya hak dan kewajiban hingga kekerasan dalam rumah tangga.

Selanjutnya hukum yang nomer empat, lebih utama jika tidak menikah. Biasanya seseorang dalam kondisi ini secara lahir sudah cukup siap untuk menikah, tapi secara batin masih belum ingin menikah, alasannya macam-macam tergantung individu tersebut, misal karena kesibukan menuntut ilmu atau kegiatan yang sangat menyita fokus dan waktumu. Tapi kalau kamu meskipun sibuk menuntut ilmu tapi mempunyai kesiapan lahir dan batin maka hukum menikah kembali ke sunnah.

Baca Juga:  Suami Meninggal, Apa yang Mesti Dilakukan agar Istri Mampu Bertahan?

Hukum yang terakhir yaitu lebih utama jika menikah, kalau lebih utama menikah pastinya harus siap lahir dan batin dong, ada calon dan tidak ada kegiatan yang sangat menyita fokus dan waktumu.

Membahas persoalan menikah memang gak ada habisnya dan selalu menyita perhatian, tapi memaksakan menikah atau memberi tekanan pada orang yang belum menikah bukan pilihan yang bijak. Karena syarat utama untuk menikah adalah adanya calon pasangan, meskipun siap lahir dan batin untuk menikah tapi belum menemukan calon pasangan, yaa.. gak jadi nikah dong, hehe

Menemukan calon pasangan juga bukan perkara mudah, butuh ikhtiar dan kesabaran, selain itu menikah bukan hanya tentang kamu dan calon pasangan, tapi hubungan antar dua keluarga dan dua tradisi yang berisi banyak orang. Semua itu akan mudah jika kita mendapat pertolongan Allah SWT, kalau kamu saat ini belum menikah karena belum menemukan calon pasangan, padahal sudah berusaha, ya berati belum sampai pada waktu yang Allah SWT tentukan.

Urusan dunia ini jika kita fikir mendalam tanpa melibatkan Allah SWT, ya akhirnya stress sendiri, hidup yang bikin Allah SWT, urusan dunia kalau kita gak mampu menyelesaikan ya serahkan ke Allah SWT. Tetap semangat dan berdoa cari calon pasangan ya mblo.. hehe

Rekomendasi

Ditulis oleh

Penulis buku "Melacak Jejak Keadilan Perempuan", aktif di komunitas Perempuan Bergerak, Alumni pascasarjana UIN Malang dan anggota dari Womens Writer Asian Muslim Action Network Chapter Malang

Komentari

Komentari

Terbaru

doa terhindar dari keburukan doa terhindar dari keburukan

Doa yang Diajarkan Rasulullah kepada Aisyah Agar Terhindar Keburukan

Ibadah

mengqadha puasa orang meninggal mengqadha puasa orang meninggal

Cara Mengqadha Puasa Orang yang Sudah Meninggal

Kajian

Keutamaan Melaksanakan I’tikaf Ramadhan Keutamaan Melaksanakan I’tikaf Ramadhan

Keutamaan Melaksanakan I’tikaf di Bulan Ramadhan

Kajian

doa nuzulul quran diamalkan doa nuzulul quran diamalkan

Doa Nuzulul Quran yang Bisa Diamalkan

Ibadah

Doa Setelah Shalat Witir

Ibadah

lupa qunut shalat witir lupa qunut shalat witir

Imam Lupa Qunut Saat Shalat Witir, Wajibkah Sujud Sahwi?

Kajian

keberkahan orang makan sahur keberkahan orang makan sahur

Keberkahan untuk Orang Makan Sahur

Ibadah

kebiasaan shalat tarawih mesir kebiasaan shalat tarawih mesir

Tiga Kebiasaan Shalat Tarawih di Mesir

Kajian

Trending

doa terhindar dari keburukan doa terhindar dari keburukan

Doa yang Diajarkan Rasulullah kepada Aisyah Agar Terhindar Keburukan

Ibadah

perempuan tulang punggung keluarga perempuan tulang punggung keluarga

Dua Pahala yang Dijanjikan untuk Perempuan yang Jadi Tulang Punggung Keluarga

Kajian

Benarkah Janin yang Gugur Menjadi Syafaat Bagi Orang Tuanya Kelak?

Kajian

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Pendarahan Sebelum Melahirkan, Apakah Termasuk Nifas?

Kajian

Dalil Kewajiban Puasa Ramadhan dalam Al-Qur’an dan Hadis

Ibadah

Hijab Menurut Murtadha Muthahhari Hijab Menurut Murtadha Muthahhari

Konsep Hijab Menurut Murtadha Muthahhari

Kajian

Doa Setelah Shalat Witir

Ibadah

Zainab Fawwaz Penggerak Pembebasan Zainab Fawwaz Penggerak Pembebasan

Zainab Fawwaz, Penggerak Pembebasan Perempuan Mesir

Khazanah

Connect