BincangMuslimah.Com – Setiap keputusan yang diambil seseorang tidak terlepas dari dukungan dan bantahan dari orang lain. Terlebih ketika keputusan saat seseorang sedang menjabat sebagai pemimpin di dalam suatu organisasi ataupun pemerintah. Hasil keputusan sering kali mengundang kritik dari pihak yang menganggap bahwa keputusan dari seorang pemimpin tersebut kurang tepat.
Namun, pada zaman yang serba canggih, di mana sarana menyampaikan kritik semakin mudah, membuat setiap orang memiliki ruang untuk menyampaikan kritik bahkan pada sesuatu yang mungkin tidak ia pahami. Hal ini membuat penyampaian berbagai kritik terkadang dengan kata-kata kasar atau bahkan dalam bentuk ujaran kebencian. Lantas bagaimana Islam mengajarkan etika dalam memberi kritik kepada seorang pemimpin?
Perintah Mentaati Pemimpin
Di dalam Islam, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mentaati para pemimpin setelah mentaati Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah di dalam QS. An-Nisa’:[4]:59:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah rasul dan para pemimpin di antara kalian.”
Namun, taat pada pemimpin di dalam ayat ini tidak bersifat mutlak. Karena ketika pemerintahan di bawah seorang pemimpin tersebut mengandung kemaksiatan atau durhaka kepada Allah, maka perintah tersebut termasuk suatu larangan dari Allah. Di sinilah salah satu fungsi adanya kritik terhadap pemimpin di dalam Islam. Sehingga pada hakikatnya agama melarang memberi kritik.
Etika Menyampaikan Kritik Kepada Pemimpin
Akan tetapi, dalam menyampaikan kritik, khususnya kritik kepada pemimpin harus memperhatikan beberapa hal. Berikut beberapa cara untuk mengkritik pemimpin yang terdapat di dalam al-Quran dan hadits.
Pertama, QS. Thaha:[20]:44:
فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
Ayat ini menceritakan tentang nabi Musa dan nabi Harun yang mendapat perintah dari Allah untuk menemui Fir’aun yang berposisi sebagai raja pada saat itu. Sebagaimana penjelasan yang terdapat di dalam sejarah, Fir’aun adalah sosok raja yang kejam dan zhalim, bahkan ia mengakui diri sendiri sebagai tuhan. Sehingga Allah mengutus rasulnya untuk menegur kesombongannya tersebut.
Namun, untuk mengingatkan atau mengkritik seorang yang sangat kejam sekalipun seperti Fir’aun, Allah tetap memerintahkan untuk berbicara kepada Fir’aun dengan kata yang lemah lembut. Begitu pula dengan mengkritik pemimpin kita, hendaklah kita mengkritik dengan kata yang sopan dan lemah lembut.
Kedua, HR. Imam Ahmad (Musnad Ahmad halaman 24 No. 49)
من أراد أن ينصح لسلطان بأمر، فلا يبد له علانية، ولكن ليأخذ بيده، فيخلو به، فإن قبل منه فذاك، وإلا كان قد أدى الذي عليه له
“Barangsiapa yang ingin memberi nasehat kepada pemimpin, maka janganlah disampaikan secara terang-terangan. Tapi peganglah tangannya, lalu bawalah ke tempat yang sepi untuk menyampaikan nasehat. Lalu apabila nasehat tersebut diterima, maka itulah. Dan jika tidak, ia telah menyampaikan kepada pemimpin sesuatu yang tidak baik baginya.”
Tidak Memberi Nasehat di Tempat Umum
Pada hadits ini, mengajarkan kita untuk tidak terang-terangan dalam memberikan nasehat. Karena seharusnya memberikan nasehat di tempat yang sepi. Maksudnya yang mengetahui kritik atau nasehat hanya pemberi nasehat dan orang yang mendapat nasehat agar orang tersebut tidak merasa malu dan nama baiknya menjadi tercoreng.
Hal ini memang sulit dipraktikkan dalam memberikan kritik kepada pemimpin sebuah negara. Namun, setidaknya dari hadits ini kita belajar bahwa memberi kritik tidak boleh dilakukan hingga mencemarkan nama baik yang dinasehati.
Dari kedua ibarat ini, setidaknya ada 3 hal yang harus kita perhatikan dalam memberi kritik kepada seorang pemimpin. Pertama harus mengkritik dengan kata yang sopan, sebisa mungkin meminimalisir publikasi dalam mengkritik keburukan seorang pemimpin yang masih bisa ditoleransi. Dan ketiga hendaknya kita mengkritik dengan kritikan yang tidak menyebarkan ujaran kebencian yang dapat mencoreng nama baik seorang pemimpin.
16 Comments