BincangMuslimah.Com – Seiring berjalannya waktu, orang tua semakin sadar pentingnya pola asuh yang sesuai dan baik dalam mendidik anak. Di tengah berbagai metode pola asuh yang bermunculan, lahir istilah yang sering jadi perbincangan yaitu parenting VOC dan gentle parenting. Keduanya memiliki filosofi yang sangat kontras, bak langit dan bumi.
Istilah parenting VOC sejatinya adalah sindiran pada gaya pengasuhan yang otoriter dan keras. Mungkin saja merujuk pada masa penjajahan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), di mana pendekatan kekuasaan dan hukuman menjadi ciri khas.
Pola asuh yang diberi julukan ini identik dengan ciri seperti anak harus patuh tanpa bertanya. Ada pun hukuman fisik dan verbal dianggap wajar. Di sisi lain, otoritas orang tua tak boleh diganggu gugat. Ekspresi emosi anak sering dianggap lemah atau “drama”. Dan biasanya fokus pada disiplin dan hasil, bukan proses.
Lalu bagaimana dengan gentle parenting? Jika mengintip di media sosial, menganggap gentle parenting sebagai pola asuh yang terkesan memanjakan anak. Tidak memberikan sanksi jika anak membuat kesalahan. Selain itu, pola asuh ini dianggap membiarkan anak tanpa ada batasan atau disiplin.
Namun, sejattinya gentle parenting merupakan pola pengasuhan yang berbasis pada empati. Menghargai perasaan anak, dan menjalin koneksi emosional yang sehat. Tujuannya, bukan memanjakan anak, tetapi membimbing dengan kasih sayang dan konsistensi.
Berbeda dengan pola asuh sebelumnya, gentle parenting memiliki ciri-ciri yang bertolak belakang. Di antaranya, komunikasi dua arah, di mana anak boleh bertanya, berdiskusi, bahkan tidak setuju. Pola asuh ini tidak menggunakan kekerasan fisik atau verbal. Mengajarkan disiplin melalui pemahaman, bukan ketakutan.
Memperlakukan anak sebagai manusia yang utuh dengan perasaan yang valid. Dan terakhir, fokus pada hubungan jangka panjang dan pertumbuhan emosional anak. Gentle parenting menekankan bahwa anak belajar dari contoh, bukan dari ancaman. Ini membuat anak tumbuh lebih percaya diri, empati, dan punya kontrol diri yang lebih baik.
Lantas mana yang lebih baik?
Hadirnya dua tren pola asuh ini pun kerap memunculkan perdebatan. Orang tua seakan terbelah menjadi dua kubu. Sebagian meyakini jika VOC parenting lebih baik. Begitu pula sebaliknya. Lantas mana yang lebih baik?
Melansir dari BMC Psychiatry sebuah studi besar yang melibatkan lebih dari 1.400 anak menyoroti peran krusial pola asuh orang tua dalam membentuk kondisi emosional dan sosial anak. Dua gaya pengasuhan menjadi fokus utama yaitu gaya otoritatif yang sering kali sejajar dengan pendekatan gentle parenting, dan gaya otoriter, yang serupa dengan praktik pengasuhan konvensional yang keras dan menuntut kepatuhan mutlak.
Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak yang diasuh secara otoriter lebih rentan terhadap gangguan emosional dan perilaku, termasuk kecemasan, agresivitas, dan kesulitan bersosialisasi.
Sebaliknya, gaya pengasuhan otoritatif secara konsisten terkait dengan lebih sedikit masalah kesehatan mental dan perilaku pro sosial yang lebih baik. Anak lebih peduli, bisa bekerja sama, dan cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik.
Yang menarik, kombinasi gaya juga diperiksa. Mengasuh anak-anak dengan pola asuh otoritatif dan otoriter, menyampur jadi satu, menunjukkan hasil yang lebih bervariasi. Meski unsur otoritatif bisa sedikit mengurangi dampak buruk dari gaya keras, anak-anak tetap berisiko mengalami kebingungan dan tekanan emosional karena pesan pengasuhan yang bercampur aduk.
Masih dalam penelitian yang sama, faktor sosio-demografis juga memainkan peran. Pengasuh dengan pendidikan tinggi dan status ekonomi lebih baik cenderung memilih gaya otoritatif. Sebaliknya, mereka yang hidup dalam tekanan ekonomi atau memiliki anak laki-laki lebih cenderung menggunakan pendekatan otoriter.
Pentingnya Kesehatan Mental Anak Mendorong Pergeseran Pola Asuh
Dengan urbanisasi cepat dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental anak, para peneliti mendorong kampanye untuk mendorong pergeseran dari pola asuh otoriter ke pola otoritatif,.
Terakhir, studi ini menyimpulkan bahwa mengasuh anak dengan pendekatan hangat, terbuka, dan tegas secara moderat bukan hanya menciptakan anak yang lebih bahagia, tetapi juga lebih tangguh secara psikologis.
Dalam perbandingan antara VOC parenting dan gentle parenting, banyak pakar dan studi ilmiah merekomendasikan pendekatan gentle sebagai gaya pengasuhan yang lebih sehat secara psikologis dan sosial.
Namun, gentle parenting bukan tanpa tantangan. Butuh konsistensi, kesabaran, dan kesadaran diri tinggi dari orang tua. Dan yang terpenting: pendekatan apa pun harus menyesuaikan dengan karakter anak, nilai keluarga, dan kondisi sosial-budaya.
Referensi
https://bmcpsychiatry.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12888-024-05707-1
12 Comments