Ikuti Kami

Muslimah Talk

Bukan Kewajiban Korban Mengubah Pelaku Kekerasan dalam Ranah Domestik

Bukan Kewajiban Korban Mengubah Pelaku Kekerasan dalam Ranah Domestik
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com Dalam relasi rumah tangga, banyak yang mengajarkan tentang kesabaran, pengorbanan, dan memperjuangkan cinta. Namun, ketika cinta berbalut kekerasan baik fisik, verbal, psikologis, seksual, maupun ekonomi, maka batas antara memperjuangkan dan mengabaikan diri sendiri menjadi kabur.

 

Warisan Pemahaman Keliru dalam Kekerasan Domestik

Pada situasi kekerasan dalam ranah domestik atau rumah tangga, ada satu pemahaman keliru yang kerap diwariskan secara turun-temurun. Yaitu bahwa pasangan korban punya tanggung jawab untuk mengubah pelaku. Selain itu, ada kepercayaan lain seperti korban yang sabar, akan mengubah pelaku menjadi manusia lebih baik.

Sehingga tidak heran jika di tengah masyarakat akan menemukan seorang istri yang berkata seperti ini, walau sudah mendapat kekerasan, siksaan atau diberikan haknya:

Kalau saya lebih sabar, dia pasti berubah.

“Dia trauma masa kecil, saya harus jadi penyembuhnya.

“Kalau saya tinggalkan dia, siapa lagi yang akan menolongnya?

Kalimat-kalimat seperti ini sering kali muncul dalam benak korban KDRT, terutama mereka yang telah terikat secara emosional, finansial, atau spiritual. Ini tidak hanya anggapan yang s, Tetapi juga berbahaya.

Namun, cinta bukanlah terapi, dan pasangan bukanlah terapis atau penyelamat. Perubahan hanya akan terjadi jika pelaku mau berubah—bukan karena korban mendorongnya, tetapi karena ia mengakui kesalahan dan bertanggung jawab penuh.

Jika dipikirkan secara seksama, pelaku kekerasan sering kali tetap mampu mengendalikan diri di lingkungan kerja, sosial, atau keagamaan. Mereka hanya memilih menunjukkan kekerasan pada pasangan di balik pintu tertutup. Ini menunjukkan bahwa kekerasan bukan “tidak sengaja” atau sekadar emosi yang meledak, melainkan bentuk kontrol dan dominasi yang disengaja.

Membebankan perubahan kepada korban, secara tidak langsung, menyalahkan korban atas kekerasan yang dialaminya. Ini bisa saja memperpanjang luka psikologis dan menghambat proses pemulihan.

Baca Juga:  Ramai Soal Gentle dan VOC Parenting, Mana yang Lebih Baik Diterapkan pada Anak?

Budaya kita sering kali mengajarkan perempuan (dan juga laki-laki korban) untuk “bertahan demi keluarga”, “tidak membuka aib”, atau “berdoa agar pasangan berubah”. Tapi ini bisa membuat korban dalam siklus kekerasan berulang.

Pelaku melakukan tindak kekerasan, merasa bersalah, lalu meminta maaf, dan berjanji berubah. Korban luluh, bertahan dan kemudian kekerasan terjadi lagi.

Tanpa intervensi profesional dan sistem hukum yang jelas, perubahan nyaris mustahil. Dan tidak adil jika membebanlan beban perubahan itu pada korban yang sedang terluka.

 

Bukan Tugas Pasangan untuk Menyembuhkan atau Mengubah Pelaku Kekerasan.

Melansir dari The Guardian, Pakar dari Men’s Behaviour Change Programs, Australia, Simon Port dan Sandra Rajic menggarisbawahi bahwa hanya pelaku yang benar-benar ingin berubah, dan mau mengakui tanggung jawabnya, yang bisa mengalami transformasi nyata.

Poin pentingnya adalah kita tidak akan bisa mengubah seseorang yang tidak punya niat dan tekad untuk berubah. Lantas bagaimana agar pelaku untuk ‘sembuh’ dari perilaku kekerasan?

Mengutip dari Australian Psychological Society (APS), pendekatan psikoterapi ini membantu pelaku memahami dan menghentikan mekanisme internal yang mendorong kekerasan. Metode ini biasanya berfokus pada mengatasi pikiran dan keyakinan yang membenarkan perilaku kekerasan. Kemudian menggabungkan pemecahan masalah dan keterampilan komunikasi, teknik manajemen kemarahan dan kontrol impuls

Pada praktiknya, ini akan melibatkan eksplorasi asal-usul dan pemeliharaan keyakinan yang melegitimasi kekerasan, termasuk dampak dari pengalaman perkembangan utama, seperti trauma. Pelaku dibantu untuk memperoleh keterampilan baru untuk membantu mereka mengelola konflik interpersonal dengan cara yang tidak melibatkan kekerasan.

Sehingga dapat kita simpulkan jika perlu menyuarakan bahwa bukan tugas pasangan untuk menyembuhkan atau mengubah pelaku kekerasan. Setiap orang bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya sendiri. Relasi sehat tidak bisa dibangun oleh satu pihak saja.

Baca Juga:  Ibu dan Gangguan Psikis yang Berujung Depresi

Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami kekerasan, ingat:
Kamu tidak bersalah. Juga berhak hidup aman. Kamu tidak wajib memperbaiki orang yang menyakitimu. Mendukung perubahan bukan berarti memaklumi kekerasan. Yang kita dukung adalah tanggung jawab dan transformasi perilaku, bukan pembenaran atau “kasihan”.

 

Link

https://www.theguardian.com/society/article/2024/jun/08/power-patriarchy-victimhood-denial-three-experts-on-why-men-hurt-women

https://psychology.org.au/inpsych/2015/october/day?utm_source

 

 

 

Rekomendasi

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025 Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri

Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Hak-Hak Anak yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025 Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Berita

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri

Keluarga

Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Hak-Hak Anak yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Keluarga

Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan

Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan

Ibadah

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Muslimah Talk

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Muslimah Daily

Amalan Rebo Wekasan Amalan Rebo Wekasan

Amalan Rebo Wekasan Menurut Pandangan Islam

Kajian

Trending

Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan

Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan

Kajian

Doa yang Diajarkan Nabi kepada Abu Bakar untuk Diamalkan Sehari-hari

Ibadah

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Kenapa Harus Hanya Perempuan yang Tidak Boleh Menampilkan Foto Profil?

Diari

maria ulfah kemerdekaan indonesia maria ulfah kemerdekaan indonesia

Maria Ulfah dan Kiprahnya untuk Kemerdekaan Indonesia

Khazanah

Dunia Membutuhkan Sains dan Sains Membutuhkan Perempuan

Muslimah Daily

Nor “Phoenix” Diana: Gadis Pemalu Menjadi Pegulat Berhijab Pertama di Dunia Nor “Phoenix” Diana: Gadis Pemalu Menjadi Pegulat Berhijab Pertama di Dunia

Nor “Phoenix” Diana: Gadis Pemalu Menjadi Pegulat Berhijab Pertama di Dunia

Muslimah Talk

Connect