BincangMuslimah.Com – 13 Juni lalu, baru saja tayang film layar lebar terbaru karya Hanung Bramantiyo yang diperankan oleh Michelle Ziudith, Deva Mahenra, dan Davina Karamoy, berjudul “Ipar Adalah Maut”. Judul film ini terinspirasi dari salah satu penggalan hadis yang menyebutkan bahwa ipar adalah maut (kematian) yang ditampilkan di akhir film tersebut.
Lebih lengkap hadis Rasulullah saw. sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad Ahmad juz 28 halaman 581 No. 17348:
عَنْ عُقْبَةَ بن عَامِرٍ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: ” إيِاَّكُمْ وَالدُّخُول عَلَى النِّسَاءِ ” فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ (1) : يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قال: ” الْحَمْوُ الْمَوْتُ
Artinya: Dari ‘Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Berhati-hatilah kalian masuk (ke dalam ruangan) menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang ipar?” Rasulullah bersabda, “Ipar adalah maut.”
Sinopsis Film
Film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Nissa. Nissa adalah perempuan mandiri dan pekerja keras. Ia ditakdirkan untuk berjodoh dengan seorang dosen muda bernama Aris yang menjadi salah satu dosennya di kelas. Pada mulanya, kehidupan Nissa sangat bahagia, ia menjadi ibu sekaligus pengusaha roti yang sukses.
Namun, kebahagiaan rumah tangga Nissa dan Aris mulai diuji sejak adiknya, Rani, hadir ke dalam kehidupan mereka. Meski Rani adalah adik kandung Nissa, Aris tetap kalap saat melihat Rani yang beberapa kali tidak menutup aurat di depannya.
Begitu pun Rani, ia terpesona melihat kebaikan Aris yang menurutnya mampu mengisi kekosongan hidupnya dari sosok seorang ayah. Hingga akhirnya kedekatan mereka melampaui batas wajar hingga mengotori rumah tangga Aris dan Nissa dengan sebuah perselingkuhan.
Awalnya Aris dan Rani bisa menyembunyikan perselingkuhan mereka, tapi bangkai tersebut akhirnya tercium oleh Nissa. Nissa tentu marah dengan suami dan adiknya. Tapi apa daya pertengkaran hebat antara Nissa dan adiknya membuat ibunya jatuh sakit dan meminta tinggal bersama mereka.
Nissa mencoba ikhlas untuk takdir yang menimpanya. Namun, di saat bersamaan adik yang sangat disayanginya ternyata mengandung anak suaminya dan ibunya meninggal dunia. Pada akhirnya Nissa memilih untuk tinggal hanya berdua dengan anaknya dan berusaha kuat demi anaknya.
Pesan Moral Film
Film ini sangat sarat makna, baik dari segi pendidikan parenting, kehidupan sosial, terlebih kehidupan berumah tangga. Terutama tentang cara bagaimana sebaiknya bersikap kepada ipar yang sejatinya mahram muaqqat (mahram sementara). Artinya, posisi seorang ipar menjadi mahram hanya ketika saudari perempuannya masih berstatus sebagai seorang istri. Sedangkan jika tidak, maka ipar tersebut boleh dijadikan sebagai istri, atau sering diistilahkan orang Indonesia sebagai “turun ranjang”.
Meskipun mahram, ipar juga bisa membatalkan jika bersentuhan. Oleh karenanya, hubungan dengan saudara ipar haruslah dijaga agar tidak melanggar syariat.
Di dalam film ini juga mengajarkan betapa pentingnya menjaga kejujuran dalam rumah tangga sebagaimana salah satu dialog dosen senior Pak Junaidi kepada Aris bahwa kebohongan itu tidak sendirian, dia akan membawa teman-temannya. Teman-temannya adalah kesedihan, kehancuran dan kematian.
Benar saja, hidup memang sangat membutuhkan kejujuran di dalam segala hal, termasuk dalam sebuah hubungan. Jika sekali berbohong maka akan banyak kebohongan lain yang dibuat. Konsekuensinya bukan hanya kesedihan yang dialami oleh orang yang dibohongi, melainkan juga kesedihan dari seorang pembohong saat kebusukannya terungkap. Tidak sampai di situ, saat sebuah kebohongan terungkap, seseorang juga akan merasakan kehilangan, kehancuran dan tidak menutup kemungkinan akan berimplikasi kematian.