Ikuti Kami

Kajian

Resensi Buku: Tepi Feminis Al-Qur’an Aysha A. Hidayatullah (bag II)

Tepi Feminis Al-Qur'an Aysha A. Hidayatullah
amazon.com

Judul Buku    : Feminist Edges Qur’an (Tepi Feminis Al-Qur’an)

Penulis          : Aysha A. Hidayatullah

Penerbit        : Oxford University Press

Tebal Buku    : 255

Tahun Cetak  : 2014

ISBN              : 9780199356591

BincangMuslimah.Com – Pada artikel sebelumnya, telah dijelaskan secara singkat tentang sejarah Rafsir Al-Qur’an dari klasik hingga manifestasi modern dan kontemporernya. Dalam bagian bab II, Aysha berusaha menjelaskan Hermeneutika Feminis bagi penafsiran Al-Qur’an. Memulai dari pemikiran tokoh-tokoh intelektual feminis Islam yang menggagas kesetaraan dan keadilan gender dalam tafsir Al-Qur’an diformulasikan dengan sebuah metode berbasis feminis. Pada bagian sub bab pertama bab II ini, Aysha menjelaskan mengenai tiga Metode Penafsiran Al-Qur’an Feminis.

Diawali dengan metode kontektualisasi sejarah yakni menafsirkan Al-Qur’an dengn konteks waktu turunnya dan latar belakang turunnya ayat atau wahyu. Metode ini membedakan antara ayat-ayat Al-Qur’an deskritif dan preskriptif yakni membedakan antara ayat-ayat yang menjelaskan praktik khalayak Arab abad ketujuh  yang ditujukan langsung  dan ayat-ayat yang mengatur praktik-praktik untuk semua orang.  Seluruh manusia.

Serta membedakan antara ayat universal dan khusus  yakni ayat-ayat yang hanya berlaku untuk manusia pada umumnya. Dan mengidentifiksi sistuasi historis yang membentuk konteks wahyu dan penafsiran Al-Qur’an. Metode kontekstual ini menempatkan peran sejarah dalam melahirkan bias, kontruksi dan substansi biologis dalam tafsir klasik.

Pada bagian kedua bab II dilanjutkan dengan metode pembacaan intratekstual dengan meggunakan Al-Qur’an secara holistic yakni mempelajari bagaimana bentuk-bentuk linguistic yang digunakan di semua teks Al-Qur’an dan membandingkan ayat yang satu dengan ayat yang lainnya  dalam tema yang sama secara keseluruhan dengan merujuk pada prinsip al-Qur’an, yakni keadilan untuk seluruh manusia.

Baca Juga:  Apakah Jamaah Perempuan Wajib Berhaji dengan Mahram?

Dalam menggunakan metode ini, kita juga dapat menulusuri penggunaan argument eksegetis feminis bahwa tidak ada interpretasi yang tepat dari Al-qur’an yang dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip Al-Qur’an yang menyeluruh tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan serta keharmonisan pernikahan. Metode ini menjelaskan bahwa semua ayat harus dibaca dalam terang Al-Qur’an.

Bagian akhir dari bab II dari buku ini melanjurtkan dengan metode paradigma tauhid yang sangat berhubungan dengan konsep utama Islam yakni tauhid. Paradigm tauhid secara jelas mengacu pada keesaan Allah, tidak dibagi dan dibandingkan. Menurut paradigma tauhid paham yang membedakan gender dapat diberhalaan, karena manusia merupakan khalifah di bumi. Jika perempuan dikatakan kapasitasnya tidak sempurna, maka hal tersebut adalah sebuah kekeliruan memahami makna Tuhan tentang manusia sebagai khalifah di bumi.

Bila perempuan dipandang tidak sempurna, maka perempuan tidak bisa memenuhi perannya sebagai wali Allah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paradigma tauhid merupakan dasar dari kesetaraan dan keadilan gender. Penggunaan paradigm tauhid dalam tafsir Al-Qur’an feminis merupakan strategi yang mengambil konsep inti tauhid Islam, doktrin keesaan dan ketidakterbandingan Tuhan.

Metode ini  menjelaskan tentang  bagaimana para penafsir menggunakan argument-argumen ini untuk melawan pembaca Al-Qur’an yang seksis dan untuk menghadapi bagian-bagian teks yang menciptakan tantangan khusus bagi eksegesis feminis.

Selanjutnya pada bab III membicarakan mengenai kritik tafsir Al-Qur’an feminis. Bab ini dimulai dengan sub bab mengenai Kesimpulan Awal. Kesimpulan awal membahas konsep kesetaraan d alam tafsir feminis Al-Qur’an dan tantangan mendamaikan perbedaan laki-laki dan perempuan juga kesetaraan dalam Al-Qur’an. Aysha mengkaji secara kritis kecenderungan penafsiran Al-Qur’an feminis terhadap apologia dan inkonsistensi serta masalah manipulasi teks dan pemaksaan makna feminis.

Baca Juga:  Talak Menurut Hukum Islam atau Hukum Negara, Mana yang Berlaku??

Bagian ini mencoba mencatat bahwa para penafsir telah mengaitkan makna yang bermasalah dari teks damaikan dengan teks Al-Qur’an. Beliau mencoba membedakan antara ayat “mutualitas” dan “hirarki” Al-Qur’an, beliau berpendapat bahwa dalam konteks pewahyuan Al-Qur’an, keberadaan dua jenis ayat ini mungkin tidak menghasilkan kontradiksi. Beliau menjabarkan ketidaksetujuannya dengan posisi bahwa Al-Qur’an tidak mengatur peran gender  dan asumsi bahwa mutualitas mengesampingkan hirarki.

Terakhir pada bagian sub bab Menghadap Tepi Feminis membicarakan kemungkinan kejantanan konstitutif  otoritas eksegesis, mencatat penolakan terhadap tafsir feminis karena menghasilkan hasil yang secara radikal berangkat dari asumsi tradisional tentang hubungan laki-laki dan perempuan dan karena kerentanan  argument feminis bahwa tafsir Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan manusianya.

Disini interpretasi Aysha meninjau kembali asumsi feminis tentang perbedaan seksual, menyerukan perlakuan seks sebagai konsep yang cair  dan secara historis kontingen dan perbedaan seksual sebagai relasi saling ketergantungan yang bergeser. Setelah mencactat berbagai masalah preskiptif praktis, Aysha menguraikan pertanyaan teologis yang muncul setelah analisisnya dan mengklaim posisi “ketidakpastian radikal”.

Rekomendasi

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Lebih Senyap Dari Bisikan Lebih Senyap Dari Bisikan

Lebih Senyap Dari Bisikan: Pahit Manis Kehidupan Perempuan dalam Pencarian

Resensi Buku Pedoman Wanita Muslimah: Fatwa-fatwa Seputar Perempuan & Beberapa Permasalahan yang Sering Ditanyakan Resensi Buku Pedoman Wanita Muslimah: Fatwa-fatwa Seputar Perempuan & Beberapa Permasalahan yang Sering Ditanyakan

Resensi Buku: Pedoman Wanita Muslimah

Jati Diri Perempuan dalam Islam Jati Diri Perempuan dalam Islam

Resensi Buku Jati Diri Perempuan dalam Islam

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

tetangga beda agama meninggal tetangga beda agama meninggal

Bagaimana Sikap Seorang Muslim Jika Ada Tetangga Beda Agama yang Meninggal?

Kajian

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

doa tak kunjung dikabulkan doa tak kunjung dikabulkan

Ngaji al-Hikam: Jika Doa Tak Kunjung Dikabulkan

Kajian

rasulullah melarang ali poligami rasulullah melarang ali poligami

Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Khazanah

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

Puasa Syawal Tapi Kurang dari Enam Hari, Bagaimana Hukumnya?

Kajian

orang tua beda agama orang tua beda agama

Bagaimana Sikap Kita Jika Orang Tua Beda Agama?

Khazanah

Nyi Hadjar Dewantara pendidikan Nyi Hadjar Dewantara pendidikan

Perjuangan Nyi Hadjar Dewantara dalam Memajukan Pendidikan Indonesia

Khazanah

isu perempuan najwa shihab isu perempuan najwa shihab

Kekerasan, Kesenjangan, dan Krisis Percaya Diri: Isu Penting Perempuan Menurut Najwa Shihab

Kajian

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Connect