Ikuti Kami

Kajian

Apakah Sah Menikahi Perempuan yang Sedang Hamil?

puasa ramadan perempuan hamil

BincangMuslimah.Com – Pertanyaan ini seringkali terlontar dari masyarakat. Apakah sah hukumnya menikahi perempuan hamil? Dalam hal ini, terdapat dua macam kasus pernikahan perempuan hamil. Pertama perempuan hamil bersama suaminya yang terdahulu, kedua hamil karena hasil perzinahan (Na’udzubillah).

Untuk jenis kasus yang pertama jelaslah pernikahan tidak sah. Karena telah terang dalam surat at-Thalaq ayat 4 bahwa perempuan hamil yang cerai atau suaminya wafat maka iddahnya sampai ia melahirkan:

وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Artinya: Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istriistrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya. (QS. At-Thalaq; 4)

Berdasarkan ayat tersebut, semua ulama sepakat bahwa pernikahan antara lelaki dengan perempuan hamil yang dicerai suami atau ditinggal wafat tidaklah sah. Karena kehamilan tersebut merupakan hasil dari pernikahan suami sebelumnya. Dan bagi perempuan yang dicerai suami atau ditinggal wafat memiliki masa iddah. Sedangkah iddah perempuan hamil adalah sampai melahirkan.

Beberapa hadis menguatkan penjelasan ayat ini. seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasai dan dikutip dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir. Disebutkan bahwa seorang perempuan bernama Subai’ah binti al-Harits memiliki suami yang meninggal saat melaksanakan haji Wada’.

Ia melahirkan sebelum berlalunya 4 bulan 10 hari, yakni iddahnya perempuan yang ditinggal wafat suami. Setelah nifas ia bersolek layaknya perempuan yang telah selesai masa iddah. Salah satu sahabat bernama Abu Sanabil melihatnya saat itu dan berkomentar perihal itu.

Baca Juga:  Anhar al-Deek, Perempuan Palestina yang Nyaris Melahirkan di Penjara

Mendengar komentar itu, Su’aibah bertanya pada Rasulullah dan beliau pun bersabda bahwa sungguh Su’aibah telah melahirkan kandungannya. Artinya masa iddahnya telah selesai karena melahirkan.

Lalu, bagaimana mengenai kasus kedua? Menikahi perempuan hamil karena perbuatan zina. Dalam hal ini terbagi lagi menjadi dua. Lelaki yang menikahinya adalah lelaki yang menghamilinya, sedangkan kasus lainnya adalah lelaki yang menikahinya bukanlah bapak dari bayi yang dikandungnya.

Untuk kasus yang pertama Imam Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Qutul Habibil Gharib Tausyih ‘ala Fathil Qaribil Mujib menyebutkan:

ولو نكح حاملا من زنا، صح نكاحه قطعا، وجاز له وطؤها قبل وضعه على الأصح

Artinya: Kalau seorang pria menikahi perempuan yang hamil karena zina, maka akad nikahnya sah secara qath’i. Menurut pendapat shahih ia juga tetap boleh menyetubuhi istrinya selama masa hamil kehamilan.

Hal ini mengacu pada penjelasan fiqih karena perempuan hamil di luar pernikahan tidak memiliki masa iddah. Begitu juga pendapat ulama mayoritas, mengatakan akan sahnya pernikahan antara perempuan hamil dengan lelaki yang menyetubuhinya asalkan ia tak lupa untuk juga melakukan pertaubatan yang sungguh.

Namun bagaimana jika perempuan hamil ini dinikahi oleh orang lain yang bukan bapak biologisnya? Dalam hal ini ulama sepakat akan keabsahannya, asalkan ada hal yang harus dipenuhi.

Dr. Yusuf Qardhawi, sosok ulama kontemporer nan masyhur dari Mesir pernah mengeluarkan fatwa mengenai ini. Saat ia melakukan kunjungan ke Bosnia seperti yang dilansir dari Republika.co.id, boleh bahkan wajib bagi pemuda untuk menikahi perempuan yang hamil karena diperkosa, sebab pada saat itu terjadi pelecehan seksual yang dilakukan kepada muslimah Bosnia.

Menikahi perempuan hamil karena perkosaan diperbolehkan karena untuk memulihkan luka batin korban dan pendampingan terhadapnya. Akan tetapi tidak diperbolehkan untuk melakukan jimak karena dikhawatirkan bercampurnya nasab bayi yang sedang dikandungnya.

Baca Juga:  Iddah Perempuan Hamil yang Keguguran

Mayoritas ulama sepakat akan kebolehannya menikahi perempuan hamil dari perzinahan dengan orang lain. Akan tetapi Imam Ahmad menegaskan agar tak melakukan jimak sampai ia melahirkan berdasarkan dalil yang merujuk pada sabda Nabi:

Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyiramkan air (maninya) ke tanaman orang lain (HR. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan al-Baihaqi)

Demikianlah penjelasan kebolehannya menikahi wanita hamil dari luar pernikahan. semoga Allah melindungi kita semua dari perbuatan zina dan perbuatan keji lainnya. Wallahu a’lam bisshowaab.

 

Rekomendasi

Masa iddah perempuan hamil Masa iddah perempuan hamil

Masa Iddah Perempuan Hamil yang Cerai Kemudian Keguguran

iddah perempuan hamil keguguran iddah perempuan hamil keguguran

Iddah Perempuan Hamil yang Keguguran

hukum mapati mitoni islam hukum mapati mitoni islam

Hukum Tradisi “Mapati” dan “Mitoni” bagi Ibu Hamil dalam Islam

keguguran pengalaman perempuan dibicarakan keguguran pengalaman perempuan dibicarakan

Keguguran, Pengalaman Perempuan yang Jarang Dibicarakan

Ditulis oleh

Sarjana Studi Islam dan Redaktur Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

korban kdrt dapat perlindungan korban kdrt dapat perlindungan

Di Zaman Rasulullah, Korban KDRT yang Melapor Langsung Dapat Perlindungan

Kajian

tetangga beda agama meninggal tetangga beda agama meninggal

Bagaimana Sikap Seorang Muslim Jika Ada Tetangga Beda Agama yang Meninggal?

Kajian

Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak? Muslimah Shalat Tanpa Mukena, Sah atau Tidak?

Sahkah Muslimah Shalat Tanpa Mukena? Simak Penjelasan Videonya!

Video

doa tak kunjung dikabulkan doa tak kunjung dikabulkan

Ngaji al-Hikam: Jika Doa Tak Kunjung Dikabulkan

Kajian

rasulullah melarang ali poligami rasulullah melarang ali poligami

Kala Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib untuk Poligami

Khazanah

puasa syawal kurang enam puasa syawal kurang enam

Puasa Syawal Tapi Kurang dari Enam Hari, Bagaimana Hukumnya?

Kajian

orang tua beda agama orang tua beda agama

Bagaimana Sikap Kita Jika Orang Tua Beda Agama?

Khazanah

Nyi Hadjar Dewantara pendidikan Nyi Hadjar Dewantara pendidikan

Perjuangan Nyi Hadjar Dewantara dalam Memajukan Pendidikan Indonesia

Khazanah

Trending

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

nama bayi sebelum syukuran nama bayi sebelum syukuran

Hukum Memberi Nama Bayi Sebelum Acara Syukuran

Ibadah

Connect